Mengenal Asal-usul Dang Hyang Nirartha, Leluhur Pendeta Siwa di Bali

Author:
Sumber Foto: https://alchetron.com

Dang
Hyang Nirartha datang dari Jawa ke Bali pada masa pemerintahan Raja Gelgel
yakni Dalem Waturenggong. Beliau datang ke Bali tahun 1489 Masehi untuk
melakukan perjalanan suci atau dharma yatra. Memiliki banyak nama atau gelar
yakni Dang Hyang Dwijendra, maupun Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh.
Goris
yang dikutif dari dalam artikel I Made Sendra yakni Membangun Image Bali
Sebagai Destinasi Religious Tourism: Studi Geneaologi Perjalanan Dharmayatra (Pilgrimage)
Danghyang Nirarta ke Bali
mengatakan Dang Hyang Nirartha menguasai berbagai
pengetahuan tentang keagamaan, kesusastraan, pemerintahan, dan ilmu usada (pengobatan) sehingga dijuluki Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh. Sementara gelar
Dang Hyang Dwijendra dikarenakan beliau selain penganut aliran Siwa juga Bodha
(Sogata).
Di
Bali Dang Hyang Nirartha diangkat menjadi purohita atau pendeta kerajaan oleh Raja
Gelgel. Selain itu, beliau juga merupakan nenek moyang dari banyak pendeta di
Bali. Lalu siapakah sebenarnya beliau?
Dalam
Dwijendra Tatwa yang disusun oleh IBG Agastia disebutkan beliau adalah putra dari
Dang Hyang Asmaranatha yang menjadi purohita Wilwatikta (Majapahit). Beliau
merupakan saudara dari Dang Hyang Angsoka yang dianggap sebagai leluhur pendeta
Buddha di Bali, sedangkan Dang Hyang Nirartha merupakan leluhur pendeta Siwa di
Bali. “Sebuah naskah yang dimiliki oleh informan Ida Bagus Ketut Kajeng
memberikan keterangan, bahwa Dang Hyang Asmaranatha mempunyai dua orang putra
yaitu Dang Hyang Angsoka dan Dang Hyang Nirartha,” tulis Agastia.
Dang
Hyang Asmaranatha adalah putra Dang Hyang Angsoka (namanya sama  dengan putra beliau), Dang Hyang Angsoka
adalah putra Sri Bahula Candra, Sri Bahula Candra adalah putra Sri Peradah
(Empu Beradah), Sri Peradah adalah putra Mpu Tanuhun, Mpu Tanuhun adalah putra
Mpu Bajra Satwa, dan Mpu Bajra Satwa adalah putra Sri Mahadewa. Dalam garis
keturunan ini ada nama Mpu Beradah, yang memiliki peran penting dalam pemerintahan
Raja Airlangga di Jawa Timur.
Dikarenakan
Kerajaan Majapahit mengalami masa keruntuhan, Dang Hyang Nirartha kemudian
melakukan perjalanan ke Pasuruhan. Setelah beberapa lama di Pasuruhan beliau melanjutkan
perjalanan ke Blambangan, dan dari Blambangan 
beliau
meneruskan perjalanan ke Bali. Perjalanan ini diiringi oleh istri dan
putra-putri beliau.
I Made Sendra
mengatakan kedatangan beliau ke Bali dikarenakan ingin melakukan penyelamatan
budaya Hindu Majapahit. Sehingga beliau melakukan perjalanan ke timur menuju
Bali yang nantinya juga ke Lombok dan Sumbawa. “Dang Hyang Nirarta
mendirikan Pura-Pura di sepanjang pantai Pulau Bali berfungsi sebagai benteng
spiritual dan juga sebagai pengasraman. Pura-Pura ini dijadikan sebagai sabuk
spiritual (the spiritual belt) untuk memperkuat sendi-sendi keagamaan di Bali,
sehingga bisa menjaga keajegan (sutainable) agama Hindhu di Bali,”
katanya. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!