Istimewa |
Belakangan
ini, jagat media sosial heboh dengan pernikahan Gede Sukrada dan Luh Laksmi.
Pernikahannya menimbulkan kontroversi. Ada yang mengatakan pernikahan yang
dilakukan hanya konten.
Lalu
siapakah sebenarnya Gede Sukrada ini sehingga membuat heboh? Berikut sosoknya
yang dirangkum dari sumber NusaBali, IDN Times Bali, serta Bali Expres.
Bagi
mereka yang sering nongkrong di kawasan Pantai Lovina, Desa Kalibukbuk,
Buleleng, pasti tak asing dengan sosok Gede Sukrada. Gede merupakan sosok
fenomenal yang selalu memberikan hiburan bagi pelaku wisata mulai dari guide,
kapten boat, pedagang, karyawan hotel dan pengunjung maupun warga Lovina.
Tingkah kocaknya membuat siapapun yang bersamanya selalu tertawa terpingkal.
Belakangan,
wajahnya semakin familiar dengan seringnya dirinya muncul di laman facebook,
instagram maupun youtube. Ia pun terkenal hampir di seluruh Bali.
Gede
Sukrada berasal dari Desa Anturan Kecamatan dan Kabupaten Buleleng.
Ia
dikenal sebagai sosok yang sangat ramah dan mudah bergaul dengan siapapun.
Sukarda
merupakan sosok multitalenta, karena ia bisa mekidung, menari, menghafal
pancasila sampai berakting.
Gede
Sukrada memang merupakan penderita down syndrome. Namun Gede Terkenal berkat
campur tangan Ketut Agus Suadnyana yang terkenal dengan nama Jem Tattoo yang
merupakan vokalis Band Jem Tattoo. Pria asal Pemaron inilah yang sering
melibatkan Gede Sukrada untuk membintangi video-video lucu yang mampu menghibur
penonton di dunia maya.
Jem
Tattoo berkenalan dengan Sukrada pada tahun 2017 lalu, saat Band Jem Tattoo membuat
video klip untuk single berjudul Metajen. Dari sanalah ia terinspirasi untuk
melibatkan Sukrada dalam penggarapan vieo klip tersebut. Ia dikenalkan oleh salah
satu crew yang kebetulan kenal dengan Gede Sukrada yang juga masih ada hubungan
keluarga
Video
klip tersebut pun ditonton jutaan di akun Youtube. Karena kesuksesan tersebut,
Jem Tattoo bersama Sukrada kian dikenal. Mereka kemudian mendapat banyak
tawaran job untuk meng-endorse produk-produk dari sponsor yang berasal dari
seluruh Bali.
Jem
Tatto menuturkan, untuk satu kali take video bersama Sukrada, butuh waktu hingga
delapan jam. Itu pun lebih banyak improvisasinya, karena Sukrada memang kerap
mengeluarkan celotehan yang tak disangka, namun garing dan lucu.
Karena
penikmat lawakan Sukrada yang tinggi, Jem pun meneruskan ratusan produksi video
pendek baik iklan produk maupun iklan layanan masyarakat. Sukrada juga sempat
dilirik produser dari Sila Home Production untuk membintangi klip video, salah
satunya video klip Mik Pok Neh ciptaan Jun Bintang yang dicover oleh Dewi
Pradewi dengan sajian Keroncong.
Jem
Tatto pun menganggap hubungannya dengan Gede Sukrada sudah seperti saudara.
Terlebih saat berkunjung langsung ke rumah Sukrada dan bertemu dengan kedua
orangtuanya yang sudah renta. Jem pun merasa iba karena saat mendapatkan honor
kerja kerasnya langsung diserahkan ke orangtua untuk membeli kebutuhan
sehari-hari.
Jem
Tatto menyebut, sifat Gede Sukrada tak dimiliki siapa pun yakni selalu happy,
tak punya rasa dendam, benci, apalagi marah. Sikapnya yang luwes dan fleksibel
membuat banyak orang suka dengannya.
Sebelum
terkenal seperti sekarang, kesehariannya Sukrada hanya mondar-mandir dan
luntang-lantung jalan dari Desa Anturan menuju Pantai Lovina.
Menurut
Jem Tatto, Sukrada disebut orangtuanya terlahir prematur. Sempat mengalami step
bahkan mati suri di usia remaja. Sakit itu membuatnya mengalami keterlambatan
perkembangan kecerdasan. Orangtuanya pun memilih tak menyekolahkan Sukrada
karena kondisinya itu.
Walaupun
menderita tingkat kecerdasan rendah, tapi dia masih nyambung jika diajak
bercakap ringan. Jika dia pergi meninggalkan rumah hanya sebatas berjalan dan
main ke Pantai Lovina. Jika bosan keluyuran, dia pun kembali pulang ke
rumahnya berjalan kaki nyeker atau tanpa sandal. Sukrada pun suka memakai baju
bergambar barong. (TB)
Referensi:
NusaBali
https://www.nusabali.com/berita/81955/belog-belogan-tapi-jadi-bintang-iklan
Bali
Express https://baliexpress.jawapos.com/bali/22/09/2020/gede-sukrada-sempat-mati-suri-kini-jadi-tulang-punggung-keluarga