Ilustrasi Anak-anak Bali |
Baru-baru
ini, Gubernur Bali, Wayan Koster mengatakan dirinya akan membangkitkan KB
(Keluarga Berencana) versi Bali. Menurutnya KB Bali yakni empat anak. Saat penandatangan
prasasti dan penyerahan serta pencanangan pelaksanaan Perda Bali Nomor 4
tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali yang digelar di Wantilan Pura Samuan
Tiga, Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Selasa, 4 Juni 2019 lalu, Koster
mengatakan pertumbuhan orang Bali di bawah dua. “Paling tinggi Badung
di atas dua. Aget sing defisit (untung tidak defisit),” kata Koster.
ini, Gubernur Bali, Wayan Koster mengatakan dirinya akan membangkitkan KB
(Keluarga Berencana) versi Bali. Menurutnya KB Bali yakni empat anak. Saat penandatangan
prasasti dan penyerahan serta pencanangan pelaksanaan Perda Bali Nomor 4
tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali yang digelar di Wantilan Pura Samuan
Tiga, Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Selasa, 4 Juni 2019 lalu, Koster
mengatakan pertumbuhan orang Bali di bawah dua. “Paling tinggi Badung
di atas dua. Aget sing defisit (untung tidak defisit),” kata Koster.
Menurutnya,
KB Bali dengan 4 anak ini memiliki makna yang mendalam dan telah dipikirkan
secara matang oleh para leluhur. Dengan memiliki anak empat, seandainya orang
tuanya meninggal dan tidak ada yang membantu negen (membawa ke setra),
setidaknya empat anak itu yang akan membawanya ke setra atau kuburan.
KB Bali dengan 4 anak ini memiliki makna yang mendalam dan telah dipikirkan
secara matang oleh para leluhur. Dengan memiliki anak empat, seandainya orang
tuanya meninggal dan tidak ada yang membantu negen (membawa ke setra),
setidaknya empat anak itu yang akan membawanya ke setra atau kuburan.
Menurutnya, saat ini di Bali nama Nyoman atau Komang dan Ketut sudah langka. Ini
diakibatkan orang Bali yang mengikuti aturan KB dari pusat yakni dua anak. Oleh
karenanya Koster akan menggalakkan penerapan KB Bali dengan empat anak.
diakibatkan orang Bali yang mengikuti aturan KB dari pusat yakni dua anak. Oleh
karenanya Koster akan menggalakkan penerapan KB Bali dengan empat anak.
Terkait
tata nama orang Bali sebagaimana yang dikatakan Koster bahwa Nyoman dan Ketut
mulai hilang, sudah ada sejak dahulu. Tata nama yang terdiri atas Wayan, Made,
Nyoman, dan Ketut diwarisi hingga turun temurun. Penggunaan nama ini
disesuaikan dengan urutan kelahiran. Lalu bagaimana sebenarnya asal-usul dan
aturan tata nama tersebut?
tata nama orang Bali sebagaimana yang dikatakan Koster bahwa Nyoman dan Ketut
mulai hilang, sudah ada sejak dahulu. Tata nama yang terdiri atas Wayan, Made,
Nyoman, dan Ketut diwarisi hingga turun temurun. Penggunaan nama ini
disesuaikan dengan urutan kelahiran. Lalu bagaimana sebenarnya asal-usul dan
aturan tata nama tersebut?
Selain
ada urutan tata nama sesuai dengan urutan kelahiran, nama orang Bali juga
menggunakan kata sandang. I Gde Wayan Soken Bandana dalam Sistem Nama Orang
Bali: Kajian Struktur dan Makna yang dimuat dalam Jurnal Aksara Volume 27,
Nomor 1, Juni 2015 menyebutkan kata sandang dalam hubungannya dengan nama orang
Bali adalah unsur yang membatasi atau mendahului nama yang sekaligus secara
umum dapat membedakan jenis kelamin si pemilik nama. Kata sandang yang
dimaksud yaitu I dan Ni. Kata sandang ini dituliskan di depan nama Wayan, Made,
Nyoman dan Ketut. Misalnya I Wayan Teguh, I Komang Putra, Ni Luh Manik, dan lainnya.
ada urutan tata nama sesuai dengan urutan kelahiran, nama orang Bali juga
menggunakan kata sandang. I Gde Wayan Soken Bandana dalam Sistem Nama Orang
Bali: Kajian Struktur dan Makna yang dimuat dalam Jurnal Aksara Volume 27,
Nomor 1, Juni 2015 menyebutkan kata sandang dalam hubungannya dengan nama orang
Bali adalah unsur yang membatasi atau mendahului nama yang sekaligus secara
umum dapat membedakan jenis kelamin si pemilik nama. Kata sandang yang
dimaksud yaitu I dan Ni. Kata sandang ini dituliskan di depan nama Wayan, Made,
Nyoman dan Ketut. Misalnya I Wayan Teguh, I Komang Putra, Ni Luh Manik, dan lainnya.
Bandana
menuliskan, kata sandang I adalah penanda jenis kelamin laki-laki, sedangkan
kata sandang Ni penanda jenis kelamin perempuan. Akan tetapi nama sandang ini
hanya digunakan oleh masyarakat pada golongan masyarakat biasa atau golongan sudra dan wesya. “Namun,
dalam kenyataannya saat ini sudah banyak orang Bali yang tidak menggunakan kata
tersebut di bagian depan namanya,” tulisnya.
menuliskan, kata sandang I adalah penanda jenis kelamin laki-laki, sedangkan
kata sandang Ni penanda jenis kelamin perempuan. Akan tetapi nama sandang ini
hanya digunakan oleh masyarakat pada golongan masyarakat biasa atau golongan sudra dan wesya. “Namun,
dalam kenyataannya saat ini sudah banyak orang Bali yang tidak menggunakan kata
tersebut di bagian depan namanya,” tulisnya.
Khusus
untuk perempuan juga ada penanda nama Luh yang berarti perempuan. Menurut I
Gede Bagus Wisnu Bayu Temaja dalam Sistem Penamaan Orang Bali yang dimuat dalam
jurnal HUMANIKA Vol. 24 No.2 (2017) penamaan ini lazimnya bisa atau tanpa
diawali artikula Ni. Khusus untuk nama perempuan yang menggunakan nama Gede wajib untuk diawali dengan nama Luh, namun artikulasi Ni sifatnya
opsional, contohnya Luh Gede Manik atau bisa juga Ni Luh Gede Manik.
untuk perempuan juga ada penanda nama Luh yang berarti perempuan. Menurut I
Gede Bagus Wisnu Bayu Temaja dalam Sistem Penamaan Orang Bali yang dimuat dalam
jurnal HUMANIKA Vol. 24 No.2 (2017) penamaan ini lazimnya bisa atau tanpa
diawali artikula Ni. Khusus untuk nama perempuan yang menggunakan nama Gede wajib untuk diawali dengan nama Luh, namun artikulasi Ni sifatnya
opsional, contohnya Luh Gede Manik atau bisa juga Ni Luh Gede Manik.
Terkait
penamaan orang Bali berdasarkan urutan kelahiran termuat dalam Sastra Kanda Pat
Sari. Secara garis besar ada empat macam penamaan berdasarkan urutan kelahiran dari
anak pertama hingga keempat yakni Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut. Belakangan
selain Wayan, untuk anak pertama juga ada nama variasi Putu, dan Gede; anak
kedua selain Made juga ada Nengah dan Kadek, serta untuk anak ketiga selain
Nyoman ada nama Komang.
penamaan orang Bali berdasarkan urutan kelahiran termuat dalam Sastra Kanda Pat
Sari. Secara garis besar ada empat macam penamaan berdasarkan urutan kelahiran dari
anak pertama hingga keempat yakni Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut. Belakangan
selain Wayan, untuk anak pertama juga ada nama variasi Putu, dan Gede; anak
kedua selain Made juga ada Nengah dan Kadek, serta untuk anak ketiga selain
Nyoman ada nama Komang.
Untuk
nama Wayan, menurut Temaja berasal dari kata wayah atau wayahan yang berarti tua atau lebih tua. Sedangkan
variasi lain nama ini yakni Putu yang berarti cucu dan Gede berarti besar. “Pada
aspek jenis kelamin, nama Wayan dan Putu bisa diberikan kepada laki-laki dan
perempuan. Sedangkan nama Gede umumnya diberikan kepada laki-laki, tetapi bisa
juga diberikan kepada perempuan jika namanya sudah didahului penanda Luh. Pada
aspek kasta, nama Putu lebih cenderung dipilih oleh kalangan di atas kasta sudra,” tulis Temaja.
nama Wayan, menurut Temaja berasal dari kata wayah atau wayahan yang berarti tua atau lebih tua. Sedangkan
variasi lain nama ini yakni Putu yang berarti cucu dan Gede berarti besar. “Pada
aspek jenis kelamin, nama Wayan dan Putu bisa diberikan kepada laki-laki dan
perempuan. Sedangkan nama Gede umumnya diberikan kepada laki-laki, tetapi bisa
juga diberikan kepada perempuan jika namanya sudah didahului penanda Luh. Pada
aspek kasta, nama Putu lebih cenderung dipilih oleh kalangan di atas kasta sudra,” tulis Temaja.
Nama
Made yang diberikan untuk anak kedua berasal dari kata Madya yang berarti
tengah. Adapula variasi Nengah yang berasal
dari kata tengah, juga Kadek atau Kade berasal dari kata adi yang berarti adik.
Nama-nama ini bisa diberikan kepada laki-laki maupun perempuan. “Pada
aspek kasta, umumnya golongan di atas kasta sudra hanya memilih Made dan Kade
untuk penamaan,” paparnya.
Made yang diberikan untuk anak kedua berasal dari kata Madya yang berarti
tengah. Adapula variasi Nengah yang berasal
dari kata tengah, juga Kadek atau Kade berasal dari kata adi yang berarti adik.
Nama-nama ini bisa diberikan kepada laki-laki maupun perempuan. “Pada
aspek kasta, umumnya golongan di atas kasta sudra hanya memilih Made dan Kade
untuk penamaan,” paparnya.
Nyoman
atau Komang diberikan kepada anak ketiga. Temaja menuliskan ada beberapa asumsi
dan hipotesa terkait asal-usul nama tersebut. Pertama, Nyoman berasal dari kata anom
yang berarti muda atau kecil, dan Komang merupakan bentuk variasi dari Nyoman.
atau Komang diberikan kepada anak ketiga. Temaja menuliskan ada beberapa asumsi
dan hipotesa terkait asal-usul nama tersebut. Pertama, Nyoman berasal dari kata anom
yang berarti muda atau kecil, dan Komang merupakan bentuk variasi dari Nyoman.
Namun
ada juga anggapan yang mengatakan Nyoman berasal dari kata nyeman yang artinya
lebih tawar, hal ini berkaitan dengan kulit terluar pohon pisang yang rasanya
tawar. Temaja menuliskan, hal tersebut dikarenakan orang Bali memiliki kedekatan
kebudayaan dengan pohon pisang. “Mereka mengonsumsi batang muda pohon
pisang setelah diolah menjadi jukut ares (semacam masakan sayur berkuah berisi
rebusan potonganpotongan batang muda pohon pisang tersebut), jika hanya dimakan
biasa setelah direbus maka rasanya tawar,” tuturnya.
ada juga anggapan yang mengatakan Nyoman berasal dari kata nyeman yang artinya
lebih tawar, hal ini berkaitan dengan kulit terluar pohon pisang yang rasanya
tawar. Temaja menuliskan, hal tersebut dikarenakan orang Bali memiliki kedekatan
kebudayaan dengan pohon pisang. “Mereka mengonsumsi batang muda pohon
pisang setelah diolah menjadi jukut ares (semacam masakan sayur berkuah berisi
rebusan potonganpotongan batang muda pohon pisang tersebut), jika hanya dimakan
biasa setelah direbus maka rasanya tawar,” tuturnya.
Selain
itu, Nyoman dan Komang juga berasal dari kata uman yang berarti sisa. Kedua
nama ini juga bisa diperuntukkan untuk lelaki maupun perempuan. Dahulu dalam
kehidupan masyarakat Bali biasanya memiliki tiga anak. Masyarakat Bali
berpatokan pada jumlah tiga karena angka tersebut identik dengan konsep-konsep
teologi Hindu Bali yang didasari pada hal yang terdiri dari tiga atau tri,
seperti Tri Datu, Tri Hita Karana, dan sebaginya. “Berpatokan dari hal itu maka dapat disimpulkan bahwa Nyoman atau Komang
tersebut berarti sesuatu yang berada di akhir (muda). Hal ini juga akan didukung
oleh asal-usul nama Ketut,” paparnya.
itu, Nyoman dan Komang juga berasal dari kata uman yang berarti sisa. Kedua
nama ini juga bisa diperuntukkan untuk lelaki maupun perempuan. Dahulu dalam
kehidupan masyarakat Bali biasanya memiliki tiga anak. Masyarakat Bali
berpatokan pada jumlah tiga karena angka tersebut identik dengan konsep-konsep
teologi Hindu Bali yang didasari pada hal yang terdiri dari tiga atau tri,
seperti Tri Datu, Tri Hita Karana, dan sebaginya. “Berpatokan dari hal itu maka dapat disimpulkan bahwa Nyoman atau Komang
tersebut berarti sesuatu yang berada di akhir (muda). Hal ini juga akan didukung
oleh asal-usul nama Ketut,” paparnya.
Sedangkan
penamaan anak keempat menggunakan nama Ketut. Nama ini berasal dari kata ketuut
yang berarti mengikuti atau membuntuti. Karena anak keempat ini sifatnya
mengikuti untuk lahir walau ‘tidak diinginkan’ sehingga dinamai ketuwut dalam
Bahasa Bali yang berarti membuntuti atau mengikuti. Adapula yang menyebut kitut yang
berarti terakhir.
penamaan anak keempat menggunakan nama Ketut. Nama ini berasal dari kata ketuut
yang berarti mengikuti atau membuntuti. Karena anak keempat ini sifatnya
mengikuti untuk lahir walau ‘tidak diinginkan’ sehingga dinamai ketuwut dalam
Bahasa Bali yang berarti membuntuti atau mengikuti. Adapula yang menyebut kitut yang
berarti terakhir.
Apabila
dalam satu keluarga memiliki anak lebih dari empat, penamaannya akan diulang
dari awal. Misal anak kelima akan diberi nama Gede, Wayan, maupun Putu,
begitupun anak keenam juga akan diberi nama Made maupun Nengah, dan seterusnya
hingga anak kesembilan akan kembali ke awal. (TB)
Berikut Videonya
dalam satu keluarga memiliki anak lebih dari empat, penamaannya akan diulang
dari awal. Misal anak kelima akan diberi nama Gede, Wayan, maupun Putu,
begitupun anak keenam juga akan diberi nama Made maupun Nengah, dan seterusnya
hingga anak kesembilan akan kembali ke awal. (TB)
Berikut Videonya