Mengingat Amokrane Sabet, Petarung MMA yang Membuat Onar di Kuta Bali dan Tewas Didor Polisi

Author:
Share
Amokrane Sabet. Ist

Ini
kejadian lama yang pernah terjadi di Bali. Sebuah pembelajaran untuk kita
semua, bahwa tidak semua bule yang datang ke Bali memberikan cuan. Tahun 2016
lalu, kawasan Desa Berawa Kuta Utara terusik dengan ulah seorang Warga Negara
Asing (WNA) yang bernama Amokrane Sabet. Ia merupakan bule berkebangsaan
Prancis yang memiliki tubuh besar kekar, kepala gundul, dan bertato.

Sebelum
datang ke Bali, ia merupakan petarung Mixed Martial Arts (MMA). Di MMA ia
memiliki nama beken ‘Kiane’ Sabet. Dalam video pertarungan di YouTube, terlihat
badannya yang berotot dan gempal. Dia juga kerap bertarung dengan beringas di
dalam ring. Dalam catatan pertarungan yang dikutip dari sherdog.com, dia pernah
menang sekali dan kalah tiga kali dalam pertarungan. Belum jelas, bagaimana dia
akhirnya bisa berada di Bali. Selain itu, ketika itu izin tinggal Amokrane Sabet
di Bali sebetulnya juga sudah habis per tanggal 27 September 2015.

Di
Bali ia membuat resah warga Desa Berawa Kuta Utara, Bali dan kerap membuat
onar. Ia akhirnya tewas didor polisi. Ia tewas ketika berumur 49 tahun.

Dilansir
dari merdeka.com, selama tinggal di Bali, Amokrane Sabet memang merupakan
tukang onar. Meskipun ia merupakan pendatang, namun banyak keonaran yang ia
buat di Bali. Keonaran itu, ia lakukan di sekitar wilayah Seminyak dan Berawa,
Kuta Utara, Bali. Bahkan saat itu, Amokrane pun masuk daftar hitam para agen
perjalan wisata maupun hotel di Bali.

Salah
satu aksi onar yang membuat dirinya viral yakni ketika merobek surat panggilan
polisi. Pemanggilan Amokrane lantaran selama ini dia dianggap meresahkan warga
sekitar Berawa. Bukannya memenuhi panggilan, bule asal Perancis itu malah
meradang dan merobek surat panggilan tersebut. Tidak diketahui jelas sejak
kapan dan apa pekerjaan bule itu selama tinggal di Bali. Di Bali ia hanya
terkenal sebagai pembuat onar.

Selain
merobek surat panggilan kepolisian, keonaran Amokrane juga dilakukan
hingga di tempat makan. Peristiwa itu terjadi sekitar pertengahan tahun 2015.
Amokrane kabur setelah kenyang makan. Saat datang kedua kalinya, manajer
restoran langsung mengusirnya. Namun, Amokrane malah mengancam menyakiti
manajer restoran tersebut.

Lebih
kacau lagi, dia pernah meminjam istri orang untuk memuaskan hasratnya. Ulah itu
dilakukan ketika bertemu dengan pasangan warga negara lain, Amokrane dengan
santai memuji wanita dan mengajaknya berkencan. Sontak sang suami geram dan
terjadilah keributan.

Keonaran
terakhirnya sebelum ditembak mati yakni menusuk seorang anggota polisi hingga
meninggal. Dilansir dari detik.com, polisi tersebut merupakan Anggota Polsek
Kuta Utara yang bernama Brigadir Anak Agung Putu Sugiarta. Sugiarta ditusuknya
di selokan pada Senin, 2 Mei 2016.

Kabid
Humas Polda Bali saat itu, Kombes Hery Wiyanto menuturkan, awalnya anggota
kepolisian cukup banyak di lokasi tempat Sabet bernaung, yakni di Brawa,
Badung. Anggota polisi itu berniat melakukan negosiasi dengan Sabet karena
Sabet dilaporkan banyak orang telah berbuat onar. Sabet bernegosiasi dengan
menggenggam semacam sangkur di tangan. Setelah keluar rumah, dia masih juga
menggenggam sangkur itu.

Saat
itu, hadir Kapolsek Kuta ketika itu yakni, hadir juga Kaur Bin Plin Kompol I
Gede Mustika, Kabid Penindakan Imigrasi Bandara Ngurah Rai M. Soleh, Brimob
kompi II Batalion B Polda Bali dipimpin Aiptu I Made Cakra, Dalmas Polda Bali
dipimpin Iptu Ishak Koko Hosio serta anggota Polsek Kuta Utara. Sempat
dilakukan negosiasi antara petugas dipimpin Kapolsek dengan translater FILLIP. 

Namun Amokrane tetap melawan dengan sangkur dan menantang petugas untuk
berkelahi dan minta ditembak. Tidak hanya menantang, Amkrane juga
melontarkan kata-kata hinaan kepada polisi dan Presiden Jokowi. Karena
melawan, polisi kemudian melepaskan tembakan peringatan sebanyak tiga kali.
Tembakan peringatan ini membuat Amokrane semakin menjadi-jadi. Dia lalu
mengejar anggota polisi dan ia bertindak kian beringas.

Kebetulan
di situ ada Brigadir Anak Agung Putu Sugiarta yang ada di lokasi yang berusaha
menghindari amukan Sabet. Dikarenakan ada mobil lewat, anggota tersebut
tersenggol dan jatuh masuk selokan. Brigadir Sugiarta yang terjatuh itu lantas
dihampiri oleh Sabet. Pria kekar itu menduduki badan Brigadir Sugiarta dan
mulai menikamnya dengan sangkur.

Sementara itu, tim kedokteran forensik RSUP
Sanglah menemukan empat luka tusukan senjata tajam di beberapa tubuh anggota
polisi yang ditikam Amokrane. Di antaranya, luka tusuk pada pipi kanan,
dua tusukan pada bagian dada dan satu tusukan di paha. Selain itu, di beberapa
tubuh korban juga ditemukan luka tangkisan.

Melihat kejadian itu, personel polisi menembakkan pistol dengan peluru karet
sekitar pukul 11.30 Wita. Peluru tersebut mengenaik tangan, kaki dan perut
Amokrane. Namun ia masih belum menyerah juga. Akhirnya petugas pun menembakkan
peluru tajam berkali-kali hingga membuat Amokrane tersungkur tak bernyawa alias
tewas.

Kapolda
Bali saat itu, Irjen Sugeng Priyanto yang dilansir dari merdeka.com menegaskan
langkah menembak mati Amokrane dilakukan Polsek Kuta Utara tersebut sudah sesuai
prosedur. Apalagi kejadian itu dianggap membahayakan masyarakat. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!