Misteri Buaya Putih dan Naga di Tukad Campuhan Pakerisan Tampaksiring Gianyar, Pernah Ada yang Melihat

Author:
Share
Istimewa

Tukad
atau Sungai Campuhan Pakerisan Tampaksiring berlokasi di Tampaksiring, Gianyar,
Bali. Lokasi ini terkenal sebagai tempat untuk melakukan prosesi melukat selain
di TLokasi ini terkenal sebagai tempat untuk melakukan prosesi melukat selain
di Tirta Empul Tampaksiring.

Disebut
sebagai campuhan dikarenakan tempat ini merupakan pertemua dua sungai besar di
gianyar yakni aliran Tukad Pakerisan yang mengalir dari sebelah kiri dan Tukad
Petanu yang mengalir dari sebelah kanan. Airnya di sungai ini juga sangat segar
dan bersih.

Gemercik
air sungai membuat suasana semakin menyejukkan, apalagi ditambah dengan masih
banyaknya pepohonan di sekitarnya, yang membuat udara semakin sejuk saja.

Di
tempat tersebut pemedek yang akan melekut langsung melihat sebuah Patung Dewa
Siwa yang berada di atas batu. Patung Dewa Siwa tersebut juga menjadi sebuah
pemandangan unik di Campuhan Tukad Pakerisan.

Dilansir
dari situs brisik.id Tukad Campuhan Pakerisan merupakan satu-satunya sungai
yang memiliki dua aliran berbeda. Ada yang mengatakan bahwa di tengah-tengah
tempat bermuaranya air sungai tersebut terdapat sebuah air hangat. Konon air
hangat tersebut dapat dijadikan sebagai obat untuk penyakit mental dan
fisik. 

Sementara
itu, dilansir dari situs correcto.id disebutkan, konon yang beristana di sungai
Campuhan merupakan Ida Ratu Panglingsir, yang dikawal oleh seekor buaya putih
dan naga. Dua rencang (penjaga gaib) ini, kadang terlihat berenang di antara
dua aliran sungai.

Kejadian
aneh ini, pernah dilihat oleh penanggung jawab serta pangempon Pura Campuhan,
Ida Bagus Pawitrem sebagaimana dikutip dari Bali Express. Dirinya mengaku
pernah melihat buaya putih dan naga yang melintas di sungai tersebut.

Sehingga
menurutnya wajar jika dulu tempat ini difungsikan sebagai lokasi nganyud.

Karena
menurutnya buaya dan naga merupakan simbol pengantar atma menuju nirwana. Sosok
gaib tersebut kemudian meminta untuk dibuatkan pelinggih di pohon beringin
besar yang berada di depan Pura Campuhan.

“Saya
pernah melihat Buaya Putih dan Naga yang melintas di sungai. Wajar saja, tempat
ini dulu juga difungsikan sebagai tempat nganyutin. Buaya dan naga juga
merupakan simbol pengantar arwah atman menuju nirwana. Sosok gaib itu meminta
dibuatkan tempat pelinggih di pohon beringin besar di depan Pura Campuhan,” kata
Ida Bagus Pawitrem yang dilansir dari Bali Express. 

Sementara
itu, terkait patung Siwa yang berada di atas batu, dikarenakan Siwa dipercaya
sebagai pelebur mala. Sehingga di aliran sungai tersebut dibuatkan pelinggih
Siwa.

Air
di lokasi ini dipercaya sebagai pelebur mala dimana semua leteh, kesialan,
serta penderitaan, akan hanyut bersama aliran air tersebut. Pembuatan patung
Siwa ini juga sesuai dengan pawisik (bisikan gaib).

Dikatakan
pula Ida Bhatara Panglingsir yang berstana di Pura Campuhan sangat penyayang.
Banyak orang dari berbagai pelosok yang datang tak hanya untuk malukat, tapi
juga dengan berbagai permohonan. Ada yang datang untuk memohon keturunan dan
akhirnya terwujud. Ada juga yang datang memohon kesembuhan dari berbagai
penyakit, bahkan gangguan jiwa, dan berhasil sembuh. (TB)

 

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!