![]() |
Ist |
Pura
ini berada di Buleleng Bali. Tepatnya berada di Desa Sumber Klampok, Kecamatan
Grokgak dengan jarak sekitar 78 km dari kota Singaraja. Tempat ini juga menjadi
objek wisata dan berada di tengah hutan lindung Taman Nasional Bali Barat pada
ketinggian sekitar 200 meter dari permukaan laut dan berjarak 400 meter ke arah
selatan jalan raya Singaraja-Gilimanuk, dengan luas areal sekitar 50 Ha.
Pura Ini Bernama Pura Teluk Terima atau sering disebut dengan Pura Jayaprana. Pura
ini konon berhubungan dengan kisah cinta dua sejoli yakni Jayaprana dan
Layonsari yang berakhir tragis.
Dilansir
dari disbud.bulelengkab.go.id di pura ini terdapat tempat suci untuk sembahyang
memohon berkah, dan terdapat pula sebuah gedong simpen, bale bebantenan,
piasan, bale kulkul, dan bale los untuk beristirahat. Keberadaan objek ini
yang memiliki daya tarik khusus bagi pengunjung tidak hanya disebabkan aura
atau vibrasi religiusnya tetapi juga disebabkan kisah legendaris Jayaprana.
Menurut
keyakinan masyarakat, Jayaprana bukan tokoh mitos tetapi memang benar ada. Kisah
cinta yang amat tragis ini jika di dunia barat dikenal dengan “Romeo and
Juliet” dan di Bali Utara (Buleleng) dikenal dengan kisah legendaris
Jayaprana-Layonsari sebagai simbol cinta kasih suami istri yang suci dan abadi.
Makam
ini pertama kali dipugar pada tahun 1950, dan banyak dikunjungi oleh wisatawan
domestik untuk memohon berkah yang mereka harapkan bisa terkabul. Kunjungan
paling banyak bertepatan pada saat digelar upacara piodalan yang jatuh setiap Anggara
Kasih Kulantir.
Selain
itu, dilansir dari balipuspanews.com kisah Jayaprana merupakan kisah pasangan
suami-isteri yang dianggap begitu ideal di masa Kerajaan Wanekeling Kalianget
dulu. Namun karena kecantikan Layon Sari, sang Raja yang memerintah ketika itu
berniat untuk mempersunting Layon Sari dan berupaya untuk mengenyahkan
Jayaprana.
Jayaprana
sendiri merupakan seorang yatim piatu yang kemudian dibesarkan oleh penguasa
desa Kalianget. Jayaprana akhirnya harus mati oleh muslihat jahat sang Raja
yang mengirimnya ke Bali barat laut untuk bertempur melawan bajak laut.
Namun
setibanya di Teluk Terima, Patih Sunggaling malah membunuh Jayaprana karena
memang diutus oleh Raja. Namun, drama melodramatik terjadi ketika Layon Sari
menolak ketika akan dinikahi oleh sang Raja. Layon Sari pun memilih untuk mengakhiri
hidupnya menyusul sang suami yang sudah di surga. Kisah ini pun lantas menjadi
kisah cinta yang begitu dramatik.
Makam
Jayaprana ini dibuatkan sebuah pura, berada di atas bukit, menyuguhkan
pemandangan laut Teluk Terima. Para pengunjung banyak berdatangan dengan tujuan
melakukan persembahyangan pada saat bulan purnama, tilem dan juga hari-hari
besar lainnya seperti saat hari Raya Galungan dan Kuningan. Pemedek maupun
pengunjung harus menaiki anak tangga untuk mencapai pura ini.
Ada
cerita yang beredar bahwa jumlah anak tangga selalu berubah, tergantung pada
apa yang kita pikirkan. Bila kita berpikir bahwa perjalanannya jauh, itu akan
menambah jumlah anak tangga dan menjadikannya benar-benar jauh. Setelah
berjalan kurang lebih sepanjang 1 kilometer, kita akan melihat pintu masuk
menuju Pura utama di atas bukit.
Selain
itu, juga ada mitos yang berkembang sampai sekarang, pasangan pengantin pantang
untuk melewati sepanjang jalan di depan Pura Jayaprana ini, atau kalau harus
melewati tempat ini pasangan tersebut diusahakan berada pada mobil yang
berbeda.
Menurut
kepercayaan setempat, hal ini agar mereka tidak merasa iri, karena pasangan
Jayaprana – Layon Sari tidak dipersatukan di dunia, seperti pasangan pengantin
yang melintasi kawasan tersebut.
Banyak
yang mempercayai mitos tersebut, sehingga ketika ada seorang pria di Jembrana
yang menikah dengan wanita Buleleng misalnya, pada saat prosesi ngidih ke rumah
mempelai wanita, rombongan pernikahan tersebut sangat dilarang melewati jalan
di sepanjang pura Jayaprana. Rombongan tersebut disarankan untuk melewati jalan
Pekutatan-Pupuan menuju Buleleng.
Jika
terpaksa lewat ke arah Pura Jayaprana, pasangan yang sedang menikah
tersebut harus dipisah, tidak ditempatkan dalam satu mobil yang sama, hal
tersebut dilakukan karena dipercayai untuk mengelabui Jayaprana dan Layon Sari.
Mitos
ini semakin dipercaya lantaran ada kejadian, di mana dulu pernah ada
kejadian satu rombongan pengantin dari Jembrana mengalami kecelakaan akibat
melewati pura Jayaprana. Dari kejadian itulah, mitos ini terus berkembang
sampai saat ini. (TB)