![]() |
Ist |
Ini
bukanlah pura meskipun bentuknya mirip dengan pura. Ini adalah sebuah masjid
yang berada di Bali. Masjid ini merupakan wujud nyata dari akulturasi budaya,
serta simbol kerukunan umat beragama di Bali. Nama masjid ini adalah Masjid
Al Hikmah yang berlokasi di Jalan Soka Nomor 18, Kesiman, Denpasar, Bali
Jika
dilihat sekilas dari depan, Masjid Al Hikmah ini mirip dengan pura. Mulai dari
gapura hingga bentuk ukirannya. Namun pada ujung gapura terdapat bulan sabit
dan bintang. Ukiran khas bangunan Bali juga menghiasi pintu dan jendela masjid.
Masjid ini menjadi simbol kerukunan umat beragama di Bali, yang
mayoritas penduduknya beragama Hindu.
Detail
lainnya yakni tergambar melalui patung naga, kepala burung, patung pria
bersila, bunga, yang terdapat di beberapa titik di masjid ini. Kemudian, detail
lainnya yakni ukiran yang mengelilingi bangunan masjid yang khas Bali dengan
ciri ukiran ini memiliki daun, bunga, dan buah yang berbentuk cembung dan
cekung.
Dilansir
dari laman travel.okezone.com, selain menghormati warga Hindu Bali yang berada
di kawasan tersebut, masjid ini juga membawa pesan kerukunan antarumat
beragama. Di bagian pintu gerbang masjid terdapat bangunan candi bentar dari
pasir hitam yang membuat masjid ini terlihat seperti pura, tempat umat Hindu
bersembahyang.
Nuansa
Bali juga terlihat di bagian depan dan bagian dalam masjid. Mulai dari tembok
yang menggunakan bata merah, ukiran pada pintu pintu pemisah ruangan, ukiran
pada jendela, dan di sudut bangunan juga terdapat kayu penyangga kayu yang
kental dengan ukiran Bali.
Masjid
ini dibangun pada tahun 1978 oleh Haji Abdurrahman. Awalnya masjid bentuknya
seperti biasa pada umumnya. Tapi pada tahun 1995, arsitektur masjid ditambahi
dengan gaya bangunan khas Bali. Ukiran kayu pada pintu dan jendela, merupakan
karya asli seniman asal Bali. Pengerjaannya melibatkan pekerja orang Bali
dengan arsitek ornament Bali oleh almarhum Wayan Kasim, asal Pengayaman,
Buleleng. Bahkan seni ukir ini merupakan paduan seni ukur Jawa dan Timur
Tengah.
Sementara
itu, dilansir dari regional.kompas.com, diketahui jika bangunan masjid ini dibangun di atas tanah 500 meter persegi. Ketua
Takmir Masjid Al Hikmah HM Suwarno mengatakan, masjid ini awalnya didirikan
pada 1978 oleh H Abdurrahman dengan tanah miliknya yang diwakafkan. Awalnya,
bangunan masjid hanya berbahan kayu. Hingga pada tahun 1995 dilakukan renovasi
oleh Sunarso. Saat renovasi itu lah, arsitektur masjid ini mengadopsi
arsitektur khas Bali. Suwarno, mengatakan gaya bali dalam masjid ini merupakan
keinginan masyarakat muslim Bali untuk berbaur dengan budaya masyarakat
setempat.
Selain
Bali, beberapa bagian bangunan masjid ini juga mengadopsi gaya Timur Tengah
dengan khas lengkungannya, dan Tionghoa yang khas dengan patung naganya. “Ini
simbol pemersatu, arsitekturnya campur ada Bali, Jawa, dan lengkungan Timur
Tengah, hingga China,” kata Suwarno Selasa 21 April 2021 lalu.
Ia
mengatakan, ornamen dan gaya bagunan di Masjid Al Hikmah memang didominasi
dengan mengadopsi kearifan lokal, yakni Hindu Bali. Hal ini sebagai sebuah
penghormatan dan sikap saling menghargai antara umat Islam dan Hindu. Hubungan
dua umat agama ini di Bali juga harmonis. Maka, perpaduan ukiran dan gaya khas
Bali ini bisa disebut sebagai akulturasi budaya. “Kami mengagumi kearifan lokal
dan bentuk toleransi dan menjadi satu dengan warga sini. Sejak 1978, kami
merasa damai dengan lingkungan, aman dalam beribadah,” katanya.
Suwarno mengatakan, bentuk toleransi juga dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya ketika Hari Raya Idul Adha, pihak masjid akan membagikan
daging kurban kepada warga sekitar tanpa memandang agama. Suwarno mengatakan,
gaya arsitektur Bali di Masjid Al Hikmah ini memang banyak diapresiasi.
Namun, tak jarang juga dipertanyakan seperti mengapa masjid ini mirip pura. Menurutnya,
bangunan dan arsitektur ini hanya sebuah seni dan ornamen. Sementara tujuan
utama di dalam masjid adalah berdoa kepada Tuhan. Bentuk bangunan, kata
Suwarno, seharusnya tak perlu dipersoalkan. “Kita tinggal di Bali, ini jadi
penyejuk dan peneduh. Kita di dalam masjid untuk shalat kepada Tuhan dan
bangunan ini hanya ornamen,” katanya.
Suwarno menuturkan, Masjid Al Hikmah berkapasitas sekitar 1.000 orang. Masjid
ini menjadi tempat untuk beribadah komunitas muslim di wilayah Denpasar Timur.
Selain ibadah, masjid ini juga ada tempat pendidikan Al Quran (TPA) bagi
anak-anak. Kemudian, kajian-kajian rutin dengan berbagai tema seperti misalnya
tafsir hadits dan Al Quran.
Harmonisasi
tak sekadar melekat pada arsitektur bangunan, namun juga kehidupan masyarakat.
Setiap ada kegiatan ibadah, seperti shalat Jumat, atau peringatan hari besar
keagamaan, petugas pengaman desa adat atau pecalang yang merupakan Hindu Bali
ikut mengamankan area masjid.
Pemerintah
Kota Denpasar dan jajajarannya juga pernah menghadiri acara buka puasa bersama
di masjid ini. Ketua Masjid Al Hikmah, Muhamad Suwarno mengatakan hubungan
harmonis umat Muslim dan Hindu di Denpasar terus terjaga. Ragam kegiatan
dilakukan bersama, seperti Jumpa Berlian, di mana seluruh masyarakat bergabung
membersihkan lingkungan bersama. “Rasa menyama braya yang berkembang di Bali
dapat kita ciptakan dalam berbagai kegiatan sebagai cerminan budaya lokal,”
katanya. (TB)