![]() |
Ist |
Ada
sebuah pura unik di Bali. Pura ini berada di kawasan Kota Denpasar, Bali. Nama
pura ini adalah Pura Pucak Watu Geni. Lokasi persis pura ini berada di Jalan
Nuansa Indah Selatan, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar.
Nama
pura ini kini semakin familiar. Banyak yang datang ke pura tersebut untuk
melakukan prosesi pelukatan. Pura ini punya keunikan yang tidak dimiliki oleh
pura lain. Keunikan tersebut adalah terkait keberadaan guci misterius yang
menyimpan air abadi.
Penyebutan
air abadi pada guci tersebut memang bukan tanpa sebab. Konon, air yang ada di
guci batu itu tidak pernah habis. Padahal, air yang berasal dari guci itu
merupakan sumber air yang digunakan untuk setiap upacara melukat yang dilakukan
oleh para pengunjung pura. Ditambah lagi, pura ini berada di area yang ramai
penduduk dan bahkan pura ini tidak pernah ditemukan dalam kondisi terkunci.
Terkait
keberadaan pura ini juga ada unsur mistisnya. Dilansir dari Bali Express, Pura
Pucak Watu Geni berasal dari kata “Pucak” yang artinya ujung, “Watu” artinya
batu dan “Geni” berarti api. Sehingga nama pura ini memiliki arti ujung batu
yang mengeluarkan api.
Menurut
Pemangku Pura Pucak Watu Geni, Jro Mangku Gede Made Kartana yang dilansir dari
Bali Express mengatakan jika dulu di kawasan pura ini terdapat batu besar
misterius yang mengeluarkan api.
Batu
itu sendiri berada di halaman utama pura bentuknya cukup besar, panjangnya
sekitar 5 meter. Karena itulah, maka pura ini dinamakan Pura Pucak Watu Geni.
Selain
itu, batu besar ini juga sangat unik. Dimana batu di Pura Pucak Watu Geni ini,
pada saat pujawali atau piodalan akan mengeluarkan asap.
Adapun
piodalan di pura ini digelar setiap tahun sekali yaitu pada hari Purnama sasih
Kapat. Pemangku pura pun mengaku tidak mengetahui asal mula dari kemunculan
asap tersebut.
Keunikan
tersebut membuat warga semakin yakin akan keberadaan batu besar tersebut sangat
keramat. Termasuk juga sebuah guci yang berisi air abadi tersebut, menguatkan
keyakinan spiritual orang yang bersembahyang dan melukat di tempat ini.
Pura
Pucak Watu Geni juga sebagai pura Pengulun Sawah (ulun suwi) diyakini sebagai
tempat berstananya Dewi Sri, keberadaan pura Pengulun Sawah ini, mengisyaratkan
kawasan ini dulunya adalah persawahan, yang seiring waktu berjalan berubah
menjadi pemukiman warga.
Warga
yang datang untuk melukat akan ramai saat upacara Banyupinaruh (sehari setelah
Hari Raya Saraswati), jika pemedek berkesempatan datang melukat pada hari
tersebut, maka cukup membawa canang sari saja, karena sarana banten dan
pemujaan sudah disiapkan.
Tetapi
jika pemedek datang saat hari lain seperti saat Purnama, Tilem ataupun Kajeng
Kliwon, maka perlu membawa dua buah banten pejati serta canang sari, karena ada
banyak pelinggih di Pucak Watu Geni ini.
Pura
Pucak Watu Geni terbuka untuk umum yang ingin melakukan ritual melukat, bahkan
pura ini tidak pernah dikunci. Walaupun demikian jika ingin bersembahyang atau
melukat bisa menghubungi Jro Mangku yang rumahnya tidak jauh dari lokasi pura.
Di
jeroan pura ini terdiri dari beberapa palinggih utama, di antaranya
Padmasana yang tingginya mencapai 12 meter. Selain itu, terdapat juga stana Ida
Bhatara Cakti Pancering Jagat, Ratu Ayu Mas Melanting, dan Ratu Niang.
Sedangkan di Madya Mandala terdapat beberapa palinggih, yaitu Palinggih Ida
Bhatari Manik Galih, Dewi Kwan Im, dan Ratu Mas Manik Subandar.
Banyak
masyarakat yang meyakini bahwa pura ini adalah pura yang harus dikunjungi
terlelih dahulu sebelum tangkil ke Pura Dalem Ped yang berada di Nusa Penida.
Selain itu, pada sisi tenggara, terdapat sebuah pohon Pule yang sangat besar.
Dahulu,
Jro Mangku Kartana mengaku pernah memotong beberapa ranting pohon tersebut,
namun tak beberapa lama ia ditemui oleh sosok yang berstana di sana, yang
meminta jangan memotong pohon tersebut.
Pura
ini tergolong sebagai pura yang menganut paham Siwa Budha. Namun, tak diketahui
pasti bagaimana asal mula di pura ini terdapat palinggih yang berpaham Budha.
Hal ini menyebabkan banyak umat Budha datang dan tangkil ke pura ini.
Kebanyakan dari mereka adalah pengusaha dan pedagang. “Karena di pura ini terdapat
Palinggih Ratu Mas Manik Subandar yang diyakini sebagai Dewa Perdagangan dan
Kemakmura,” imbuhnya.
Banyak
umat yang memiliki profesi sebagai pengusaha dan pedagang yang datang
bersembahyang ke sini. Kemungkinan tempat ini adalah pura kuno warisan leluhur,
yang terjaga baik sampai saat ini.
Keberadaan
Pura Pucak Watu Geni ini sebagai tempat melukat memang tidak begitu populer,
namun ada sesuatu yang menarik dan unik di termpat tersebut, bagi mereka
pecinta dunia spiritual kemungkinan besar akan mengenal pura tersebut. Lokasi
Pura Pucak Watu Geni di tengah kota Denpasar mudah dijangkau baik itu dengaan
sepeda motor maupun mobil.
Selain
itu, hingga kini, ketika ada masyarakat yang hendak membangun di sekitar
kawasan pura, untuk menuntun atau mohon izin kepada Dewi Sri sebagai penguasa
persawahan, pasti dilaksanakan di pura ini.
Di
pura ini, umat bisa datang kapan saja, karena dibuka 24 jam, dan
tidak pernah dikunci. Konon, memang dari dulu pintu pura tidak pernah dikunci.
Ida Bhatara di pura ini tidak berkenan pintu menuju pura dikunci. (TB)