![]() |
Sumber Gambar; pamujiku.wordpress.com |
Raja
Pandu merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan hastinapura. Ia merupakan
ayah dari para Pandawa. Pandu merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
kakaknya bernama Dretarastra, sedangkan adiknya bernama Widura.
Menurut
Mahabharata, Dretarastra merupakan pewaris takhta kerajaan Kuru dengan pusat
pemerintahan di Hastinapura. Namun karena ia buta, maka takhta diserahkan
kepada Pandu, dengan Widura sebagai menteri, yang tidak memiliki ilmu kesaktian
apapun tetapi memiliki ilmu kebijaksanaan yang luar biasa terutama di bidang
ketatanegaraan.
Dalam
Mahabharata dikisahkan Wicitrawirya bukanlah ayah biologis Pandu. Wicitrawirya
wafat tanpa memiliki keturunan. Ambalika (ibu Pandu) diserahkan kepada Resi
Byasa, yaitu keturunan Satyawati (ibu surinya) agar menyelenggarakan
putrotpadana demi memperoleh anak.
Ambalika
disuruh oleh Satyawati untuk mengunjungi Byasa ke dalam sebuah kamar, dan dijanjikan
suatu anugerah. Ia juga disuruh untuk terus membuka mata supaya tidak
melahirkan putra yang buta, sebagaimana yang telah terjadi pada saudaranya,
Ambika yang melahirkan Drestarastra yang buta.
Maka
dari itu, Ambalika terus membuka mata, tetapi ngeri setelah melihat rupa sang
resi yang luar biasa. Akibatnya, selama upacara, Ambalika berwajah pucat karena
takut melihat perangai sang resi. Resi Byasa pun memprediksi bahwa kelak
anak yang dilahirkan Ambalika akan berkulit pucat. Seperti yang dikatakan sang
resi, putranya terlahir pucat.
Pandu
adalah seorang pemanah yang mahir. Ia memimpin tentara Dretarastra dan juga
memerintah kerajaan demi kakaknya. Pandu menaklukkan wilayah Dasarna, Kashi,
Anga, Wanga, Kalinga, Magadha, dan beberapa daerah lainnya.
Pandu
menikahi Kunti, putri Raja Kuntibhoja dari Wangsa Wresni, dan Madri, putri Raja
Madra.
Pada
suatu hari, saat Pandu berburu di hutan, tanpa sengaja ia memanah seorang resi
bernama Kindama yang sedang bersenggama dalam wujud rusa. Atas perbuatan
tersebut, sang resi mengutuk Pandu agar kelak ia meninggal seketika apabila
bersenggama dengan wanita. Maka dari itu, Pandu tidak bisa memiliki anak dengan
cara bersenggama.
Tanpa
keturunan, Pandu merasa bahwa perannya sebagai raja telah sia-sia. Ia
memutuskan untuk meninggalkan hutan bersama kedua istrinya dan hidup seperti
pertapa, sedangkan takhta kerajaan diserahkan kepada kakaknya,
Dretarastra.
Di
dalam hutan, Kunti membuka rahasia bahwa ia mengetahui mantra untuk memanggil
dewa tertentu, dan pengguna mantra berhak memperoleh keturunan dari setiap dewa
yang dipanggil.
Atas
bujukan Pandu, Kunti memanggil tiga Dewa, Yaitu Yama, Bayu, dan Indra.
Masing-masing dewa menganugerahi seorang putra yaitu Yudistira, Bima, dan
Arjuna.
Karena
anjuran Pandu, Kunti juga mengajari mantra tersebut kepada Madri. Madri pun
memanggil dewa kembar, Aswin. Dari dewa kembar tersebut, Madri menerima putra
kembar, yang diberi nama Nakula dan Sadewa.
Kelima
putra pandu tersebut dikenal sebagai Pandawa. Berita kelahiran mereka
disampaikan ke Hastinapura. Dengan demikian, Pandu memiliki pewaris yang sah.
Lima
belas tahun setelah ia hidup di tengah hutan, ketika Kunti dan putra-putranya
berada jauh, Pandu mencoba untuk bersenggama dengan Madri. Atas tindakan
tersebut, Pandu tewas sesuai dengan kutukan yang diucapkan oleh resi yang
pernah dibunuhnya. Madri pun merasa bersalah karena telah menerima ajakan dari
Pandu.
Saat
upacara pembakaran jenazah Pandu, Madri menitipkan putra kembarnya agar dirawat
oleh Kunti. Kemudian, ia membakar dirinya sendiri (sati) untuk menyusul
suaminya. (TB)