![]() |
Photo by Artem Beliaikin from Pexels |
Pada Puwaning tilem Ke-7, seluruh umat
hindu melaksakan upacara Siwaratri. Yang mana hari suci ini jatuh setiap 1
tahun sekali. Hari Raya Siwaratri merupakan sebuah hari suci umat hindu yang
digunakan untuk melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bermanifestasi
sebagai Dewa Siwa. Lantas, apa makna
dari Siwaratri ini dan tata cara pelaksanannya?
Tata cara pelaksanaan Siwaratri
Sebelum mengetahui tentang bagaimana cara
atau tata cara dalam pelaksanaan siwaratri ini, terebih dahulu untuk mengenal
makna dari perayaan hari suci ini. Siwaratri merupakan sebuah hari raya yang
memiliki makna malam Siwa.
Siwaratri itu sendiri terdiri dari 2 akar
kata, yaitu “Siwa” dan “Ratri”. Setiap kata tersebut, tentu memiliki makna yang
mengarah pada tujuan dari perayaan hari raya ini. “Siwa” dalam bahasa
sansekerta memiliki makna baik hati, pemberi harapan, murah hati atau suka
memaafkan, serta membahagiakan. “Siwa” di sini juga bisa diartikan sebagai manifestasi
Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang diberi nama atau kehormatan Dewa Siwa. Di mana
beliau memiliki tugas sebagai pelebur atau pemelihara yang dimaksudkan untuk
mencapai suatu kebahagian dalam kehidupan.
Kemudian untuk kata “Ratri” sendiri
memiliki makna malam atau bisa juga diartikan sebagai kegelapan. Sehingga “Siwaratri”
dapat didefinisikan sebagai sebuah malam yang suci, yang mana ditunjukkan untuk
peleburan atau pemerlina kegelapan agar mencapai tujuan hidup dalam kehidupan
yang lebih terang.
Lantas, apakah malam siwaratri itu adalah
malam penebusan dosa? Jawabannya tentu saja tidak. Sejatinya malam siwaratri
itu adalah malam suci yang digunakan oleh umat se-Dharma untuk melakukan
perenungan terhadap perbuatannya yang telah dilakukan. Kemudian dari perenungan
ini, umat diharapkan mempunyai kesadaran terhadap dirinya sendiri.
Sehingga siwaratri itu merupakan sebuah
simbolisasi dan juga aktualisasi dalam diri seseorang yang diperuntukkan untuk
mencapai penyatuan Siwa. Di mana dalam hal ini terjadi penyatuan antara atma
dengan paramaatman.
Oleh karena malam siwaratri adalah malam
yang suci dan malam perenungan akan perbuatan dan dosa yang telah dilakukan,
maka pergunakanlah malam tersebut sebagai waktu untuk merenungkan diri. Melakukan
intropeksi terhadap diri sendiri tentang hal-hal yang telah dilakukan. Kemudian
perbuatan yang salah atau keliru, diperbaiki dan tidak diulang di kemudian
hari. Ini juga berfungsi untuk mencapai sebuah kedamaian dalam hidup nantinya.
Tata cara pelaksanaan siwaratri
Sebelum umat melakukan seluruh kegiatan yang
ada dalam pelaksanaan siwaratri, diharapkan untuk melakukan persembahyangan
terlebih dahulu. Persembahyangan dilakukan tepat pada pukul 06.00 pagi.
jika umat memiliki keinginan yang tulus
untuk melakukan Monobrata atau tidak bicara, maka dilakukan ketika selesai
sembahyang di pagi hari. Waktu pelaksanaannya ini selama 12 jam. Yakni dari
pukul 06.00 pagi, kemudian berakhir pada pukul 18.00 sore di hari yang sama.
Kegiatan mejagra atau tidak tidur
dilakukan selam 36 jam. Yang mana dimulai dari pukul 06.00 pagi, kemudian
berakhir pada pukul 18.00 sore keesokan harinya setelah melakukan
persembahyangan.
Saat perayaan siwaratri juga ada kegiatan
yang bernama Upawasa atau tidak makan dan minum. Dalam pelaksanaannya ini
dilakukan selama 24 jam. Yang mana dimulai dari pukul 06.00 pagi dan berakhir
pada pukul 06.00 pagi di hari esok. Apabila puasa sudah dilakukan selama 12
jam, umat diberi kesempatan untuk makan dan minum. Namun dengan syarat, makanan
yang dimakan adalah nasi putih dengan garam saja, kemudian minuman yang diminum
adalah air putih saja.
Tingkatan pelaksanaan siwaratri
Ketika melakukan siwaratri ini, para umat
hindu diharapkan melakukannya dengan tulus ikhlas tanpa ada unsur paksaan. Karena
dalam pelaksanaan Siwaratri ini, umat bisa mengambil beberapa jenjang sesuai
dengan kemampuan. Berikut ulasannya:
1. Tingkatan utama
Tingkatan utama merupakan tingkatan yang
paling tinggi. Ketika umat mengambil tingkatan ini, maka wajib hukumnya untuk
melakukan beberapa hal. Diantaranya seperti, melakukan monobrata, melakukan
jagra, dan juga melakukan upawasa
2. Tingkatan madya
Tingkatan madya berada di bawah 1 tingkat
dari tingkatan utama. Beberapa hal yang wajib dilakukan adalah, melakukan jagra
dan melakukan upawasa.
3. Tingkatan Nista
Tingkatan yang paling rendah dalam pelaksanaan
siwaratri adalah tingkatan nista. Umat yang mengambil tingkatan ini hanya
melakukan jagra saja.
Ketika umat telah selesai melakukan seluruh tahapan siwaratri di
atas, maka diakhiri dengan persembahyangan. Dalam persembahyangan ini memiliki
tujuan untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar diberkati keselamatan,
tuntunan, dan jalan yang terang dalam hidup.