![]() |
Ist |
Pura
ini berada di Lampung dan dibangun pada tahun 1970-an. Pura ini juga ditetapkan
sebagai pelinggih persimpangan Ida Betara di Pura Besakih Bali. Pura ini
bernama Pura Kerti Bhuana.
Dilansir
dari direktoripariwisata.id diketahui jika pura ini dibangun pada
tahun 1973 di Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung. Pura
ini berada di pinggir ruas Jalan Bypass Soekarno-Hatta. Sehingga sangat mudah
oleh berbagai moda transportasi.
Pura
ini menghadirkan suasana yang sangat khas dengan Pulau Dewata atau Bali.
Pura
Kerti Bhuana ini juga sebagai pusat peribadahan bagi umat Hindu yang ada di
Bandar Lampung dan juga menjadi tempat wisata di Lampung yang sering dikunjungi
wisatawan. Mulai dari gapura dan juga bangunannya sangat kental sekali
arsitektur khas Bali dengan berbagai macam relief pada gapura dan juga
pagarnya.
Dengan
adanya Pura Kerti Bhuana di Kota Bandar Lampung, memperlihatkan bahwa tingkat
toleransi di Kota Bandar Lampung perlu diacungi jempol dan sangat layak untuk
dipertahankan toleransi antar umat beragama.
Sementara
itu, dilansir dari id.wikipedia.org, menurut Drh. Tjok Gede Dalem Pudak,
pura ini mulai dibangun pada tanggal 16 Juni 1973 yang diawali dengan pembelian
sebidang tanah seluas 5.000 meter persegi yang terletak di atas bukit dengan
ketinggian 55 meter di atas permukaan laut.
Peletakan
batu pertamanya dilaksanakan pada hari Anggara Umanis wuku Uye tanggal 7 Mei
1974, oleh Drh. Tjok Gede Dalem Pudak selaku Ketua Panitia Pembangunan Pura dan
didampingi oleh Pak Nias dan di saksikan juga oleh seluruh umat Hindu yang ada
di Kota Bandar Lampung saat itu.
Setelah
pembangunan berjalan, Gubernur Lampung yang pada saat itu dijabat oleh Yasir
Adibroto, pada tanggal 15 Oktober 1980 berkenan hadir untuk meninjau
pembangunannya.
Selanjutnya,
berdasarkan keputusan Loka Sabha pertama Parisada Hindu Dharma Indonesia
Provinsi Lampung tanggal 30 Juni 1981 diputuskan bahwa Pura Kahyangan Jagat
Kerthi Bhuwana adalah berstatus Pura Provinsi yang merupakan Pura Pusat bagi
umat Hindu se-Provinsi Lampung, berfungsi sebagai pelinggih persimpangan
Ida Betara di Pura Besakih Bali.
Disamping
itu juga diputuskan bahwa pelaksanaan piodalan dilaksanakan setiap 210 hari
yang jatuh pada hari Saniscara Kliwon wuku Kuningan bertepatan dengan umat
Hindu merayakan Hari Raya Kuningan. Pelaksanaan piodalan dilaksanakan oleh
Parisadha Kabupaten se-Provinsi Lampung secara bergilir dan di bantu oleh Kota
Bandar Lampung selaku pengempon pura.
Pada
awalnya Pura ini hanya terdiri atas sebuah bangunan suci yakni Padmasana yang
terletak pada Utama Mandala. Namun berkat tekad yang bulat dari seluruh umat
Hindu yang ada di Provinsi Lampung ini maka sampailah pembangunan itu
berkembang seperti saat sekarang ini.
Dilansir
dari Bali Express dikatakan jika pura ini disungsung oleh hampir satu juta umat
Hindu yang bermukim di Provinsi Lampung. Pura ini diempon oleh 475 KK yang
tersebar di empat banjar wilayah Kota Bandar Lampung. Di antaranya Banjar
Bhuana Santi sebanyak 200 KK, Banjar Tengah 90 KK, Banjar Satriya 150 KK,
Banjar Satya Dharma 35 KK.
Pada
bagian nista mandala (terluar) pura ini terdapat bale kulkul setinggi
7 meter. Setelah masuk lebih ke dalam, tepatnya di bagian madya mandala di sana
terdapat sebuah pelinggi Dewa Ganesha. Selain pelinggih Ganesha, di madya
mandala juga terdapat bangunan yang menyerupai wantilan. Sedangkan di bagian
utama mandala, terdapat beberapa bangunan pelinggih seperti padmasana,
pelinggih gedong, bale pelik, panglurah, bale pemiosan, wantilan, dan bale
gong.
Menurut
Sekretaris PHDI Provinsi Lampung I Ketut Subudi yang diwawancarai tahun 2017
oleh Bali Express mengatakan awalnya, lahan tempat dibangun pura ini merupakan
milik perseorangan. Namun dengan pertimbangan tertentu, akhirnya dihibahkan
kepada umat Hindu di Provinsi Lampung untuk dibangun tempat suci. Selanjutnya
umat Hindu di Lampung mengganti lahan tersebut sesuai dengan kemampuan.
Pura
ini dibangun oleh umat Hindu yang transmigrasi ke Lampung dan sebagian besar
kaum transmigrasi berasal dari Bali. Mereka kemudian secara swadaya membangun
Pura Kerti Bhuana.
Subudi
menambahkan, pertimbangan dibangunnya pura di ketinggian memang merujuk pada
lokasi nyegara gunung. Menurutnya, lokasi dibangun Pura Kerti Bhuana sudah
mencerminkan aspek nyegara gunung.
Ia
menambahkan jika Pura Kerti Bhuana merupakan salah satu dari 500 pura yang ada
di Provinsi Lampung ini. Jumlah pura tersebut berbanding lurus dengan
keberadaan umat Hindu di Lampung.
Ia
memerinci, hingga tahun 2017, PHDI Provinsi Lampung mencatat sebanyak 1 juta
umat Hindu tinggal menetap di Lampung. Mereka tersebar di 15 kabupaten, yang
sebagian besar merupakan kaum transmigran asal Bali. Warga asal Bali disebut
Subudi merupakan penduduk pendatang tertinggi nomor dua setelah pendatang asal
Jawa.
Jumlah
umat Hindu terbanyak itu ada di Kabupaten Lampung Tengah. Mencapai 350 ribu KK.
Sisanya ada di Kabupaten Lampung Timur, Way Kanan serta secara merata tersebar
hampir di 15 kabupaten di Lampung.
Saat
odalan dalam sehari sekitar 200 ribu pemedek diprediksi bersembahyang ke
Pura Kahyangan Jagad ini. Tak pelak, pujawali yang nyejer selama dua
hari bila dikalkulasi bisa dipadati hampir 400 ribu pemedek.
Karena
menjadi persimpangan dari Ida Betara di Pura Besakih Bali, yang berstana di
pura ini adalah Brahma, Wisnu dan Iswara. Sehingga bisa dikatakan sebagai
Besakih-nya Lampung. Selain itu juga dijadikan sebagai pura gerbang, artinya
jika hendak memasuki atau keluar Pulau Sumatera, banyak yang tangkil ke pura
ini, sebelum mereka melanjutkan perjalanan. (TB)