![]() |
Ist |
Semeton
Telusur Bali, mari kita mengenal sebuah desa yang ada di Gianyar Bali. Desa ini
bernama Petak Kaja yang berlokasi di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar,
Bali.
Dilansir
dari Wikipedia, penduduk desa Petak Kaja sampai dengan tahun 2014 berdasarkan
proyeksi BPS berjumlah 3.935 jiwa terdiri dari 2.006 laki-laki dan 1.929
perempuan dengan sex rasio 103,99.
Bagaimanakah
sejarah dari Desa Petak Kaja?
Dilansir
dari website Desa Petak Kaja, asal usul desa ini dimulai dari abad ke-18 Masehi.
Dimana, saat itu terjadi perebutan kekuasaan. Kerajaan Gelgel direbut oleh I
Gusti Agung Maruti yang sebelumnya dikuasai oleh Raja Klungkung yakni Dalem
Dimade. Raja Klungkung selanjutnya hijrah ke Guliang Kangin bersama
putra-putranya yakni Dalem Pemayun dan Dalem Jambe.
Mereka
pun tinggal di Guliang Kangin hingga Dalem Dimade wafat. Setelah Dalem Jambe dewasa,
beliau bermaksud merebut kembali Kerajaan Gelgel dengan bantuan pasukan Badung
dan Buleleng. Dengan bantuan tersebut, Dalem Jambe pun memperoleh kemenangan.
Untuk
memerintah di Kerajaan Gelgel, ditunjuklah Dalem Pemayun. Akan tetapi
beliau tidak mau karena merasa tidak ikut berjuang. Beliau menunjuk Dalem
Jambe yang memerintah. Dalem Jambe mau memerintah, asalkan pusat Kerajaan
Gelgel dipindahkan ke Klungkung. Akhirnya permintaan itu disetujui dan Dalem
Jambe memberi nama kerajaan itu menjadi Semara Pura.
Selanjutnya
Dalem Pemayun hijrah ke Bukit yang berada di sebelah selatan Tampaksiring, dan menikah
dengan gadis setempat yang bernama Desak Suganda putri dari I Dewa Tangkeban.
Dari pernikahan tersebut, beliau berputra tiga orang.
Karena
Bukit tidak cocok dijadikan pusat kerajaan, selanjutnya Dalem Pemayun
memindahkan kerajaanya ke Pejeng dan menobatkan putra pertamanya sebagai raja
dengan abiseka Ida I Dewa Agung Guliang Pemayun. Putra keduanya kemudian sebagi
raja di Blahbatuh dan putra ketiganya sebagai raja di Tampaksiring.
Kerajaan
Pejeng berkembang pesat dan membuat iri kerajaan lain. Maka diseranglah
kerajaan Pejeng dan terdesak. Atas prakarsa Raja Bangli Ida I Dewa Agung
Guliang Pemayun kemudian mengungsi ke Bangli bersama putranya Ida I Dewa Agung
Suda Pemayun. Ida Ida I Dewa Agung Guliang Pemayun wafat di Bangli.
Setelah
dewasa Ida I Dewa Agug Suda Pemayun minta ijin pada raja Bangli merantau ke arah
utara dan sampailah di alas metaum. Di sana beliau menemukan bekas kerajaan
Balingkang. Di bekas kerajaan itu beliau menetap dan bersemadi dan berkaul bila
bisa merebut Kerajaan Pejeng kembali, beliau bersama pengikutnya akan memugar
dan tidak melupakan Pura Balingkang.
Atas
restu dan bantuan raja Bangli, Ida I Dewa Agung Suda Pemayun menuju Pejeng ke arah
barat malalui Juwuk Bali, Susut, Selat, dan setelah malam tiba di Petak. Dari
Petak beliau menyusun strategi penyerangan melalui Mantering, Padpadan,
Benawah, dan Suwat.
Tiba
di sebelah selatan Suwat, datang utusan dengan bendera merah putih menyampaikan
bahwa Gianyar telah dikuasai Belanda, lalu beliau kembali ke Benawah dan
mendirikan Pura Pengayengan ke Belingkang. Lama-kelamaan Ida I Dewa Agung Suda
Pemayun pindah ke Madangan dan dinobatkan sebagai pungawa di sana tanpa berada di
bawah Gianyar, tetapi langsung dari Betawi mewilayahi sepuluh Banjar, termasuk
Banjar Petak sekarang, yang merupakan cikal bakal berdirinya Desa Petak.
Demi
penyederhanaan roda pemerintahan, atas desakan masyarakat dan persetujuan LKMD
Desa Petak maka dipandang perlu Desa Petak dimekarkan menjadi dua. Desa
baru bernama Desa Petak Kaja sejak ditetapkan sejak 29 September 1993 sebaga
desa persiapan Desa Petak Kaja. Desa Petak Kaja ditetapkan sebagai Desa definitif
pada tanggal 27 Oktober 1995. (TB)