Sejarah Desa Tista Karangasem, Jejak Panjang dari Masa Kerajaan Gelgel hingga Kini

Author:
Share

Desa Tista, yang kini menjadi bagian dari Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, berlokasi sekitar 1,5 kilometer dari pusat kecamatan. Sejarah panjang desa ini berakar sejak masa kejayaan Kerajaan Gelgel di Bali.

Pada era tersebut, kawasan di sebelah Bukit Lempuyang, wilayah Bali timur, dihuni oleh empat desa adat besar, yaitu Got Tirta, Purwayu, Jumerta, dan Garbawana.

Keempat desa ini memiliki struktur organisasi adat yang kuat, dilengkapi Bale Agung dan Kahyangan Tiga, serta menikmati otonomi lokal yang luas.

BACA JUGA  Sosok I Gede Ngurah Patriana Krisna Alias Ipat, Wakil Bupati Jembrana Putra Gede Winasa, Begini Perjalanan Karirnya

Seiring perjalanan waktu, nama Got Tirta perlahan berganti menjadi Tista.

Sayangnya, tidak ada catatan pasti mengenai kapan perubahan ini terjadi.

Diyakini bahwa peralihan nama ini bertujuan untuk memudahkan penyebutan di kalangan masyarakat.

Masa berikutnya membawa perubahan signifikan ketika Kerajaan Karangasem mengeluarkan kebijakan penggabungan empat desa adat tersebut—Tista, Purwayu, Jumerta (yang kini dikenal sebagai Ngis), dan Garbawana (sekarang Basangalas)—ke dalam satu wilayah administratif baru yang disebut Perbekelan Tista.

BACA JUGA  Amor Ing Acintya, Kecelakaan di Jalan Imam Bonjol Denpasar, Kadek Ayu Mariani Meninggal di Tempat

Melihat dinamika zaman dan lonjakan jumlah penduduk, Perbekelan Tista kemudian mengalami pemekaran.

Desa Tista terbagi menjadi dua entitas:

  • Desa Tista, dengan enam Banjar Dinas, yaitu Tista Gede, Tista Pasek, Tista Tengah, Ancut, Megetelu, dan Batumadeg.
  • Desa Tribuana, desa hasil pemekaran, yang menaungi lima Banjar Dinas: Ngis Kaler, Ngis Kelod, Purwayu, Basangalas Kawan, dan Basangalas Kangin.
BACA JUGA  Brahma Vihara Arama Atau Wihara Banjar Tempat Wisata Spiritual dengan Panorama Memukau di Bali

Perjalanan Desa Tista dari zaman kerajaan hingga kini mencerminkan dinamika perubahan sosial, budaya, dan administrasi yang membentuk wajah desa tersebut menjadi seperti yang kita kenal hari ini. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!