Sejarah Ngerebong di Kesiman, Simbol Keberhasilan Kerajaan Kesiman Ekspansi ke Sasak

Author:
Share

Setiap enam bulan sekali, Desa Adat Kesiman di Denpasar, Bali, kembali dipenuhi aura magis dan sakral melalui prosesi ritual bernama Ngerebong.

Tradisi religius ini diselenggarakan di Pura Petilan Pengerebongan, tepat seminggu setelah Hari Raya Kuningan, yakni pada Redite Pon Medangsia.

Makna dan Sejarah Ngerebong

Menurut I Gede Anom Ranuara, budayawan dan tokoh adat Kesiman, tradisi Ngerebong bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga simbol kejayaan masa lalu.

Ia menyebut, Ngerebong adalah bentuk penghormatan terhadap keberhasilan militer dan spiritual Raja Kesiman yang sempat melakukan ekspansi ke wilayah Sasak, Lombok sekitar tahun 1860.

BACA JUGA  Polsek Densel Gelar Pendataan Warga Pendatang di Sanur Kauh Pasca Lebaran, Ini Hasilnya

Kisah ekspedisi tersebut tidak lepas dari nuansa mitologi. Diceritakan bahwa Raja Kesiman memohon restu di Pura Uluwatu, dan dianugerahi keris pusaka Ki Cekle.

Dalam pertempuran, kerajaan Sasak menantang lewat adu jangkrik—yang ternyata menggunakan jangkrik siluman.

Setelah sempat kalah, sang raja kembali ke Uluwatu dan diminta menjalani ritual spiritual dengan mencari unsur-unsur mistis dari berbagai pura: pemicu jangkrik dari Pura Muaya Jimbaran, bunga jepun putih dari Pura Dalem Kesiman, dan jangkrik kuning dari Padanggalak.

BACA JUGA  Merantau ke Bali Jadi Ojol, Pria Asal NTT Ini Malah Lakukan Pelecehan

Hasilnya, jangkrik raja berubah menjadi Banaspati dan membakar lawannya hingga menang.

Sebagai syarat kemenangan, jika Kesiman kalah, wilayahnya akan dikuasai Sasak. Sebaliknya, jika menang, masyarakat Bugis dan Sasak akan dibawa ke Kesiman.

Kisah ini menjadi fondasi dilangsungkannya ritual Ngerebong, awalnya diadakan di Puri Kesiman, dan setelah rampungnya pembangunan Pura Petilan, dipindahkan ke tempat tersebut sejak 1937.

Ngerebong Sebagai Warisan Budaya

Setelah sempat terhenti akibat peristiwa Puputan Badung, Ngerebong kembali diselenggarakan pada 1937 dan dikemas dalam tiga tahap: Ngebek (Umanis Galungan), Mapag (Pahing Kuningan), dan Ngerebong (Redite Pon Medangsia). Tahun 2018, pemerintah menetapkan ritual ini sebagai bagian dari Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.

BACA JUGA  Harga Emas Tembus Rp1,9 Juta per Gram, Pembelian Meningkat

Sebagai simbol kekuatan spiritual dan sejarah yang hidup, Ngerebong terus dipertahankan oleh masyarakat Kesiman. I Gede Anom Ranuara menekankan pentingnya menjaga esensi ritual ini meskipun pelaksananya mungkin terus berkembang.

“Yang utama adalah inti dari Ngerebong tidak hilang. Sebab semakin tinggi pemahaman budaya, semakin dalam pula makna yang bisa digali,” ujarnya. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!