![]() |
Istimewa |
Beredar kabar di media sosial jika siswa di tabanan menggunakan udeng merah dan saput poleng untuk laki-laki.
Sementara untuk perempuan menggunakan kamen hitam dengan selendang merah.
Salah satunya diungkapkan pemilik akun Facebook Nrah Sgoel FerOna Var di group Suara Rakyat Tabanan.
Ia meminta agar pejabat terkait khususnya bupati tabanan I Komang Gede Sanjaya menjelaskan makna dan arti udeng poleng barak tersebut.
Juga sapug poleng untuk laki-laki serta kamen hitam selendang merah untuk siswa perempuan.
“Mohon maaf ty bertanya bpk” & ibu” pejabat,, khususnya yg trhormat bpk I Komang Gede Sanjaya tolong dijelaskan apa makna dan arti dari udeng barak,saput poleng untuk anak laki dan kamen selem bedbed barak untuk anak perempuan,” tulisnya.
Ia menambahkan saat ini kondisi masyarakat sedang terpuruk dan untuk biaya makan sehari hari saja sulit.
Sehingga ia meminta agar anak-anak fokus bersekolah.
Dan jika memang diwajibkan, ia meminta agar ada seragam gratis.
Terkait ramainya informasi tersebut, Pemkab Tabanan lewat Prokopim Tabanan pun membuat klarifikasi.
Klarifikasi ini dibuat di akun facebook Prokopim Tabanan.
Berikut isi klarifikasi tersebut.
Om Swastyastu
Bapak/Ibu warga Tabanan yang kami cintai;
Terkait dengan masalah pengenaan pakaian adat Bali dengan konsep Tri Datu yang memakai warna merah, putih, hitam dengan sesaputan poleng di kalangan pelajar di Kabupaten Tabanan, perlu kami sampaikan beberapa hal sebagai berikut;
Bahwa, telah terjadi mispersepsi tentang pengenaan pakaian adat Bali dengan warna merah, putih, hitam dan poleng di kalangan pelajar. Dalam hal ini, kami tegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Tabanan tidak pernah membuat aturan yang mewajibkan untuk memakai atribut/pakaian dengan konsep Tridatu di kalangan pelajar.
Bapak/Ibu warga Tabanan yang kami banggakan, perlu kami informasikan sebagai pemahaman bersama dalam tataran konsep filosofis mengenai arti dan makna warna Tri Datu serta saput poleng dalam pengenaan pakaian adat yang sedang menjadi pembicaraan.
Udeng merah, baju putih dengan kamen hitam dibalut saput poleng yang saat ini sedang trend di Tabanan, merupakan representasi/perlambang Tri Datu.
Warna merah (Brahma dengan aksara Ang) merupakan pencipta dikenakan dengan destar/udeng merah, warna hitam (Wisnu dengan aksara Ung), dikenakan dalam bentuk kamen warna hitam, dan warna putih (Siwa dengan aksara Mang) dikenakan dalam bentuk baju warna putih.
Sedangkan sesaputan poleng merupakan representasi dari dua sifat yang berbeda atau bertolak belakang yang dilambangkan dengan warna hitam dan putih.
Konsep ini melambangkan keseimbangan alam seperti adanya atas dan bawah, kanan dan kiri, benar dan salah, dll. Selain itu, warna poleng juga merupakan representasi dari simbol warna selaku panjak Ida Sesuhunan di Luhur Batukau, yang merupakan pengingat bhakti kita sebagai warga Tabanan, karena Tabanan merupakan wewidangan Gunung Batukau yang merupakan sumber kehidupan dan kemakmuran bagi masyarakat Tabanan.
Untuk dipahami, warna Tri Datu adalah warna membumi yang ada di Bali serta warna yang dianggap sakral, mulia, dan bersih. Konsep Tri Datu yang dikenakan dapat memberi kesan siap kembali bekerja dengan hati yang ikhlas, kesederhanaan, semangat baru serta awal yang baru. Tidak hanya itu, Tri Datu juga dapat memberi makna persamaan dan persatuan meski berbeda kompetensi, dan latar belakang.
Dari pola warna pakaian Tri Datu ini, kita warga Tabanan diharapkan untuk selalu ingat dengan visi misi Pemkab Tabanan yaitu; Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Tabanan Era Baru yang Aman, Unggul dan Madani (AUM).
Demikian hal ini kami sampaikan, semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru dan semoga Tabanan yang Aman, Unggul dan Madani bisa terwujud.
Om Shanti,Shanti,Shanti Om. (TB)