![]() |
Ist |
Meski
bukan orang asli Bali dan tidak beragama Hindu, namun sosok perempuan ini
pintar membaca lontar Bali. Namanya Siti Noviali dan beragama Islam. Aslinya, keluarga
ayahnya berasal dari Lombok namun sudah lama tinggal di Bali. Siti lahir di
Denpasar, Bali 26 November 1998.
Dilansir
dari festival.borobudurwriters.id, ia telah aktif mengikuti berbagai perlombaan
dan sayembara perihal aksara Bali sejak tahun 2010. Bahkan sudah puluhan
penghargaan dan juara yang disabetnya sejauh ini. Dua yang terakhir adalah WIKI
Marathon yang diselenggarakan oleh BASABali Wiki (2018) dan Juara II Lomba
Nyurat Lontar dalam Kegiatan Pasemaya yang diselenggarakan Institut Hindu
Dharma Negeri Denpasar (2019). Ia juga adalah Peserta Utsawa Nyurat Lontar
Bulan Bahasa Bali (2019) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Bali.
Sementara
itu, dilansir dari atnews.id, Siti juga jadi juara dalam lomba atau Wimbakara
Ngwacen Lontar atau membaca lontar yang diselenggarakan dalam Bulan
Bahasa Bali Tahun 2020. Siti mengatakan, Aksara Bali sebenarnya menarik. Karena
saat semakin dipelajari atau kian diperdalam semakin menyenangkan.
Ayahnya
bernama Andisaroja asal Lombok dan ibunya Sariati asal Gianyar. Ia pun heran kenapa
anak-anak muda Bali jarang yang tertarik mempelajari Aksara Bali. Saat
itu, ia menjadi Duta Kota Denpasar dan mengingatkan kepada kalangan muda Bali agar
jangan lupa dengan kebudayaan sendiri.
Siti
pun diketahui kuliah di Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Bahasa dan Sastra Bali
Unud dan kini sudah menjadi guru bahasa Bali. Ayah dan ibunya pun
mendukung kegiatan putrinya yang suka membaca lontar, yang notabena berisikan
ajaran Agama Hindu.
Sementara
itu, dilansir dari Tatkala.co diketahui jika ia bersekolah di SDN 9 Sesetan,
lalu masuk SMPN 6 Denpasar, dan kemudian masuk SMAN 5 Denpasar. Setamat SMA ia pun
kuliah jurusan Sastra Bali di Universitas Udayana. Alasannya masuk jurusan
Sastra Bali karena ingin memperdalam kemampuannya tentang bahasa, aksara dan
sastra Bali.
Siti
pun sudah tamat kuliah pada bulan Februari 2021, dan lima bulan kemudian ia
menjadi guru bahasa Bali di SMP Tunas Harapan Jaya, Pemogan, Denpasar. Kepada
tatkala.co, Siti mengatakan jika sejak kecil sudah terbiasa dengan lingkungan
masyarakat Bali. Teman-teman juga dominan orang Bali. Berbicara di rumah juga
kadang pakai bahasa Bali. Dan malahan Siti tak bisa berbicara bahasa Sasak yang
merupakan bahasa asal ayahnya.
Keluarga
Siti Noviali sangat mendukung minat Siti menekuni bahasa dan sastra Bali. Di
kampus, Siti mengaku banyak belajar nyurat aksara Bali dengan dosennya
yakni Nala Antara. Di kampus, dosennya juga mengajar dengan menggunakan bahasa
Bali, utamanya bahasa Bali alus. Di rumah ia belajar banyak dari ibunya serta teman-temannya
yang kebanyakan memang berbahasa Bali. Sehingga semakin hari kemampuannya
berbahasa Bali semakin terasah.
Sementara
itu, untuk membaca lontar, Siti mengaku belajar secara tidak langsung dengan
Sugi Lanus, seorang filolog yang banyak menulis tentang lontar. Ia pernah
membantu membersihkan lontar-lontar milik Sugi Lanus, dan Sugi Lanus
kerap sharing informasi tentang lontar dan usada.
Ia
pun berharap ke depannya semakin fasih berbahasa Bali, terutama bahasa Bali
alus. Dan ia juga berharap bisa membina siswa-siswanya untuk ikut kegiatan dan
lomba yang bersinggungan dengan bahasa dan sastra Bali.
Untuk
diketahui, jika di angkatannya kuliah, Siti Noviali merupakan satu-satunya
mahasiswa beragama Islam dan bukan asli Bali yang belajar di Jurusan Bahasa
Bali Universitas Udayana. Namun dia sukses menguasai bahasa Bali, bahkan cakap
menulis lontar Bali, dan terampil baca aksara Bali. Berkah ketrampilannya, ia
beberapa kali keluar daerah bersama Hanacaraka Society untuk mengajarkan
peserta workshop menulis di daun lontar. (TB)