Sosok Wayan Tarma Alias Dolar, Lawan Main Petruk yang Terkenal, Pelawak Legendaris dalam Drama Gong Bali

Author:
Share

Dolar, atau Wayan Tarma, adalah nama yang tak asing bagi pecinta seni tradisional Bali, khususnya penggemar drama gong.

Lahir pada 31 Desember 1954 di Banjar Siladan, Desa Tamanbali, Kabupaten Bangli, Dolar dikenal sebagai pelawak ikonik era 1980-an.

Kemampuan melawaknya yang luar biasa serta gaya khasnya di panggung membuat Dolar menjadi figur yang melekat di hati masyarakat Bali.

Namun, panggung seni tradisional Bali berduka ketika Dolar menghembuskan napas terakhirnya pada 9 Juli 2016.

Dolar mulai dikenal luas setelah berduet dengan Petruk, membentuk pasangan lawak yang berhasil menghadirkan gelak tawa dan kritik sosial yang cerdas.

Bersama Petruk, ia menjelma menjadi ikon lawak drama gong yang tak tergantikan.

Selain itu, Dolar juga seangkatan dengan sejumlah pelawak terkenal lainnya, seperti Gangsar, Gingsir, Lodra, Luh Mongkeg, dan Yudana Sang Raja Buduh.

BACA JUGA  Waspadai Cuaca Ekstrem, Bali Masuki Masa Peralihan Musim Hujan ke Kemarau

Keunikan Dolar terletak pada gesturnya yang luwes, ekspresi wajah yang jenaka, serta kecerdikan dalam mengolah kata.

Setiap penampilannya selalu mampu memancing tawa sekaligus menyisipkan pesan sosial yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Tak heran, kehadirannya selalu dinanti oleh penggemar drama gong.

Meskipun kariernya gemilang, perjalanan Dolar tidak selalu mulus. Hubungannya dengan Petruk sempat mengalami pasang surut yang berujung pada perpisahan mereka di dunia seni.

Namun, nama Dolar tetap bersinar, dan ia terus berkarya hingga akhirnya dikenang sebagai salah satu pelawak terbaik dalam sejarah drama gong Bali.

Atas dedikasinya yang besar terhadap seni tradisional Bali, Dolar dianugerahi Piagam Dharma Kusuma oleh Gubernur Bali pada tahun 2013.

BACA JUGA  The Blooms Garden, Taman Bunga Terbesar di Bali dengan Konsep Instagramable dan Edukasi Alam

Penghargaan tersebut menjadi bukti apresiasi atas kontribusinya dalam menjaga dan melestarikan seni lawak Bali.

Dolar meninggal dunia pada usia 65 tahun akibat komplikasi penyakit yang dideritanya sejak 2012, termasuk diabetes, jantung, dan stroke.

Hari-hari terakhirnya dipenuhi perjuangan melawan sakit, namun kecintaannya pada seni tetap terpancar.

Sehari sebelum wafat, Dolar masih sempat melantunkan tembang Geguritan di rumahnya, menunjukkan bahwa seni adalah bagian tak terpisahkan dari hidupnya hingga akhir hayat.

Dolar meninggalkan dua istri, Ni Wayan Jepun dan Ni Wayan Wardani, serta tiga anak, yaitu Ni Wayan Tunjung, I Nengah Suryadiputra, dan I Komang Edi Suandana, beserta empat cucu yang menjadi penerus keluarganya.

BACA JUGA  Sosok Nyoman Subrata alias Petruk, Pelawak Legendaris Asal Bali, Rekan Duet Dolar yang Tak Terlupakan

Prosesi ngaben Dolar dilaksanakan pada 16 Juli 2016 di Setra Santi Banjar Siladan Sima, Desa Pakraman Tamanbali, Bangli.

Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan para pecinta seni Bali.

Meski raganya telah tiada, tawa khasnya tetap hidup dalam ingatan banyak orang.

Sosok Dolar mengajarkan bahwa seni tradisional bukan sekadar hiburan, melainkan warisan budaya yang harus terus dijaga dan dihormati.

Melalui kontribusinya di panggung drama gong, ia telah mewariskan jejak yang akan selalu dikenang oleh masyarakat Bali dan generasi mendatang.

Dolar telah meninggalkan panggung dunia, namun namanya akan terus abadi dalam hati para penggemarnya, selamanya menjadi pelawak legendaris yang membawa tawa dan kebijaksanaan bagi semua. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!