Istimewa |
Di
Bali ternyata pernah hidup harimau yang habitatnya kebanyakan berada di hutan Bali
Barat. Harimau Bali ini dikenal dengan nama sang mong atau samong. Harimau bali adalah
salah satu populasi Panthera tigris sondaica dan salah satu hewan endemik
di Pulau Bali. Harimau ini merupakan salah satu dari tiga subspesies
harimau di Indonesia bersama dengan harimau jawa yang juga telah
punah dan harimau sumatera yang saat ini dalam kondisi terancam.
Dirangkum
dari berbagai sumber, harimau Bali ini hidup selama berabad-abad dari sebelum
zaman es hingga menyongsong kepunahannya sekitar 1940-an. Harimau Bali terakhir
yang diburu di alam liar tertembak di daerah Sumberkima, Gerokgak, Buleleng,
Bali pada tahun 1925. Dan pada tanggal 27 September 1937, harimau ini
dinyatakan punah.
Harimau
Bali ini dianggap paling unik karena merupakan harimau terkecil dari spesies
harimau yang ada di dunia. Saat ini spesimen harimau Bali yang telah punah ini diawetkan
di Museum Zoologi Bogor.
Untuk
diketahui, harimau Bali jantan memiliki panjang 7 kaki atau 2,13 meter dan
berat sekitar 220 pound atau 99,7 kg. Sedangkan untuk harimau Bali betina
memiliki panjang 6 kaki atau 1,8 meter dan berat 175 pound atau 79,3 kg. Untuk
perawakan dari harimau Bali ini hampir seukuran macan tutul ataupun puma.
Selain
itu, perbedaan harimau Bali dengan beberapa spesies harimau yang masih ada
sampai sekarang yakni terletak pada bentukan lorengnya yang sangat tipis
sehingga warna oranye menjadi lebih dominan.
Untuk
daerah yang menjadi habitat harimau ini terletak di area Bali bagian barat yang
saat itu kebanyakan masih berupa hutan lebat dan luas. Karena ukuran tubuhnya
yang kecil, jangkauan jelajah harimau Bali ini juga tidak seluas harimau
lainnya. Diperkirakan area jelajahnya sekitar 20 sampai 30 mil persegi. Harimau
Bali ini juga dapat hidup di alam liar selama 8 hingga 10 tahun.
Ada
beberapa penyebab kepunahan harimau Bali ini. Salah satunya dikarenakan adanya
perburuan. Sebelum penjajah Belanda datang ke Bali, harimau ini sangat
dihormati dan ditakuti oleh penduduk lokal. Setidaknya hingga akhir abad ke-17
diperkirakan ada sekitar 300 ekor harimau yang masih hidup.
Namun,
dikarenakan adanya perburuan oleh kolonial Belanda, harimau ini pun punah.
Kolonial Belanda menganggap, perburuan hewan liar seperti harimau sebagai sebuah
prestise.
Selain
itu, tidak seperti kucing yang merupakan saudara jauh harimau, kemampuan
reproduksi harimau berjalan lambat. Setelah mengandung selama 90-105 hari, anak
harimau setidaknya harus diasuh oleh induknya selama 2 sampai 3 tahun hingga
mereka mampu hidup mandiri. Jika sebelum mencapai usia tersebut induknya mati, maka
kelangsungan hidup sang anak akan terganggu.
Faktor
lain pendorong kepunahan hewan ini juga dikarenakan habitat mereka yang semakin
menyempit karena adanya pembukaan lahan untuk pertanian dan pemukiman. Samong
ini merupakan predator buas yang memburu kerbau, rusa, babi, monyet, unggas,
dan kambing sebagai mangsa. (TB)