![]() |
Setra di Desa Adat Sala, Susut Bangli |
Kuburan
identik dengan sesuatu yang mistis, angker dan menyeramkan. Orang-orang akan
takut datang ke kuburan apalagi saat malam. Sebagian orang percaya jika di
kuburan ada banyak hantu. Akan tetapi, di Bali kuburan malah disulap jadi
taman. Bagaimana kisahnya?
Adalah
salah satu desa adat di Bali yang menyulap setra atau kuburan menjadi taman.
Setra tersebut adalah setra desa adat Kubu, Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli,
Kabupaten Bangli, Bali.
Setra
Desa Adat Kubu yang memiliki luas 86 x 42 meter yang ditumbuhi semak belukar disulap
menjadi indah. Diisi dengan tanaman hias. Bahkan areal kuburan ini rencananya
dilengkapi toilet. Bahkan setra ini kini mirip seperti taman kota.
Dilansir
dari Tribun Bali, keberadaan pohon-pohon besar yang dikenal angker, malah diisi
dan dikelilingi dengan tempat duduk yang berundag-undag. Tempat ini pun bisa
difungsikan sebagai tempat duduk oleh warga ketika ada kegiatan di setra.
Kemudian
pada lahan kosong yang dijadilan tempat penguburan, dibuatkan sekat-sekat yang
tersusun rapi. Area setra pun dibuatkan panyengker. Juga dibangun sejumlah
bangunan yang baru dibuat seperti bale lantang dan piasan, yang menambah
indahnya pemandangan setra.
Salah
seorang prajuru di Desa Adat Kubu, I Nengah Mudanta menuturkan jika setra ini
memang sengaja ditata layaknya taman. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan
kesan serem dan angkernya setra ini. Bahkan batu nisan pun akan dibuat seragam agar
terlihat lebih indah dan rapi.
Selain
menghilangkan kesan angker, warga juga akan lebih nyaman dan aman jika setra
telah ditata menjadi taman. Dikatakan, jika setra penuh semak membahayakan
krama. Karena itulah krama Desa Adat Kubu sepakat mempercantik setra.
Sementara
dilansir dari NusaBali, dikatakan tak hanya faktor seram dan semak-semak
yang menjadi pemicu krama Kubu sepakat menata setra. Namun ada faktor
penghormatan kepada krama atau mereka yang telah meninggal.
Pemahaman
tersebut sama dengan penghormatan kepada pahlawan yang dimakamkan di taman
makam pahlawan. Mudanta mengatakan, penataan setra terinspirasi dari Desa
Adat Sala, Desa Abuan, Kecamatan Susut, Bangli. Mudanta pernah bekerja di Desa Adat
Sala melihat penataan setra menjadi indah.
Hal
itu pun kemudian disampaikan kepada Bendesa Adat Kubu I Wayan Sugiawan. Setelah
beberapa kali paruman (rapat), sekitar 900 kepala keluarga (KK) adat sepakat
menata setra menjadi taman setra.
Meski
siap ditata jadi taman, sejumlah pohon tua yang menjadi ciri kuburan tetap
dipertahankan. Pohon tersebut di antaranya pohon Pule sebanyak 3 batang, meriam
atau sebutan beringin yang tumbuh di kuburan, dan pohon Jelema. Juga ada pohon
Kepuh yang sudah seratusan tahun.
Sementara
itu, menurut koordinator pembangunan setra ini, Nengah Nasib, dana yang sudah
dihabiskan untuk pembangunan kurang lebih Rp 500 juta. Dananya berasal dari
urunan krama serta sumbangan dari para donatur.
Menurutnya
masih ada beberapa bangunan lain yang belum dibangun. Seperti candi bentar,
angkul-angkul, panyengker bagian depan, dan lainnya.
Selain
di Desa Adat Kubu, ada juga desa adat yang lebih dulu menata setra atau kuburan
menjadi taman. Dimana penataan ini dilakukan di setra Desa Adat Sala, Kecamatan
Susut, Kabupaten Bangli.
Oleh
desa adat setempat, setra ditata seperti taman dan dinamai taman setra.
Penataan setra di Desa Adat Sala sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Di
taman setra tersebut terdapat puluhan petak kuburan yang posisinya berjejer
rapi. Setra dihiasi dengan tanaman bunga sehingga terlihat asri.
Dilansir
dari Bali Post, Bendesa Adat Sala, I Wayan Subagia mengatakan, jumlah petak
kuburan yang ada di taman setra sebanyak 42 petak. Namun sekarang jumlahnya
hanya 39 petak. Sebanyak 18 petak diantaranya untuk mendem dan sebanyak 21
untuk makingsan di geni.
Menurutnya
jumlah itu masih bisa ditambah tergantung situasi. Karena masih terdapat lahan
luas di belakang. Selama ini upacara ngaben di Desa Adat Sala rutin digelar.
Dalam kurun waktu paling lambat lima tahun sekali dan paling cepat tahun tahun
sekali.
Untuk
merawat dan menjaga kebersihan setra di Desa Adat Sala selama ini, pihaknya pun
mengalokasikan anggaran. Dimana pihaknya memanfaatkan dana yang dikucurkan
pemerintah Provinsi Bali kepada desa adat.
Ia
mengatakan, untuk tahun 2020 lalu dialokasikan dana Rp 7 juta untuk penataan setra.
Pada Tahun 2022 pihaknya juga merencanakan untuk mengalokasikan anggaran Rp 6
juta. Pihaknya
mengatakan dana yang diberikan pemerintah provinsi Bali sangat membantu desa
adat dalam melaksanakan kegiatan.
Bagaimana
pendapat semeton terkait penataan setra menjadi indah dan mirip taman ini?
Apakah ada desa adat lain yang mau menirunya. Bagi kami, ini adalah sebuah
inovasi yang kreatif dan bagus untuk menghilangkan kesan angker dan menyeramkan
pada setra. (TB)