Wayan Piadnya Melukis Hidup di Atas Kursi Roda

Author:


Wayan Piadnya namanya. Ia lahir di Kedewatan, Ubud, Gianyar,
Bali, 29 Oktober 1984. Lahir dengan keadaan yang tak sempurna, tapi ia tak
pernah menyerah.
Ia melangkah dan berjuang layaknya orang biasa pada umumnya. Ia berjuang
dengan menggoreskan kuas di atas canvas alias melukis. Walaupun kesehariannya harus
berada di atas kursi roda, namun ia mampu menuangkan buah pikirannya dalam
bentuk karya lukis. Dan berkat melukis tersebut ia bisa naik pesawat untuk
pertama kalinya.
“Saya mulai melukis dari tahun 1997,” kata Piadnya.
Ia menambahkan, pilihannya jatuh pada dunia lukis karena berawal dari pemikiran
pekerjaan apa yang mesti diambil agar tak selalu ketergantungan dengan orang
lain.
“Dulu saya berpikir pekerjaan apa yang bisa saya lakukan?
Tidak mungkin orang tua bisa terus-terusan ngayahin (memelihara). Walaupun
fisik tidak sempurna saya akan berbuat. Segimana bisa segitu yang saya lamukan,”
tuturnya.
Saat ini dirinya tinggal di Kedewatan, Ubud, Gianyar dan membuat
sebuah studio kecil di rumahnya. Lumayan sebagai tempat untuk melukis, berjuang
demi hidup yang lebih baik.
Dalam melukis, kebanyakan ia mengambil tema Bhineka Tungal Ika,
atau keberagaman. Selain itu, beberapa lukisan dewa-dewi Hindu, bunga, dan
bahkan ada yang bertema kritik.
Ia juga menceritakan salah satu karyanya yang berjudul Bencana. Karya
ini bercerita tentang manusia momo dan meninggalkan ajaran kebaikan. “Manusia
sekarang tidak pernah puas. Punya ini nyari itu walaupun dasarnya tidak bagus.
Contohnya menebang pohon secara sembarangan. Begitujuga tempat suci dipakai
objek wisata,” tuturnya.

Lukisan Wayan Piadnyana berjudul Bencana

“Gara-gara melukis ini saya bisa naik pesawat terbang. Itu
pengalaman yang paling berkesan bagi saya. Tahun 2004 itu saya ke Jogjakarta,
study banding bersama ibu Kartika Affandi anak dari pelukis Affandi,”
katanya. (BT)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!