Harga emas terus menunjukkan tren kenaikan signifikan dan kini mendekati angka Rp1,9 juta per gram.
Dalam sepekan terakhir, logam mulia ini melonjak sekitar Rp200.000 per gram, dipicu oleh dinamika ekonomi global dan ketegangan geopolitik.
Kepala Departemen Gadai PT Pegadaian Area Denpasar I, Gede Putra Ardana, pada Minggu 11 April 2025 menjelaskan bahwa ketegangan antara Amerika Serikat dan China, terutama terkait kebijakan tarif, menjadi salah satu pemicu utama kenaikan harga emas.
“Saat ini, masyarakat lebih memilih berinvestasi dalam bentuk emas daripada menyimpan dolar,” ujarnya.
Menurutnya, situasi global yang tidak menentu, seperti konflik bersenjata antara Israel dan Iran serta perang dagang Amerika-China, telah membuat para investor menghindari instrumen berisiko dan beralih ke emas sebagai aset yang lebih stabil.
Selain itu, permintaan emas yang tinggi di pasar dunia tidak diimbangi dengan pasokan yang mencukupi.
Ketidakseimbangan ini secara alami mendorong harga naik. Gede Putra juga menyoroti kecenderungan publik yang kini lebih tertarik dengan emas karena dianggap sebagai investasi jangka panjang yang lebih menjanjikan dibanding instrumen lainnya.
“Dibandingkan menabung dalam bentuk uang tunai, emas menawarkan keuntungan nilai yang lebih tinggi. Dari pengamatan kami dalam dua dekade terakhir, menyimpan emas bisa memberikan imbal hasil hingga 20 kali lipat. Bahkan, saham dari perusahaan besar bisa naik lebih dari 200 kali lipat,” jelasnya.
Ia pun menekankan bahwa menyimpan uang tunai mungkin tampak aman, namun sebenarnya tergerus inflasi secara perlahan.
Tren ini memperlihatkan pergeseran minat investor dalam mengamankan kekayaan mereka, dengan emas kembali menjadi pilihan utama di tengah ketidakpastian global. (TB)