Nasib Kelahiran Sabtu Umanis Sungsang, Umur 84 Tahun dan Ini Fase Kehidupannya

Author:
Share

Bagi masyarakat Bali yang lahir pada hari Sabtu Umanis (Saniscara Umanis) wuku Sungsang, otonan merupakan momen spesial. Pada hari istimewa ini, umat Hindu dianjurkan untuk melaksanakan upacara otonan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas anugerah kelahiran.

Secara perhitungan wariga Bali, Sabtu memiliki nilai urip 9 dan Umanis memiliki nilai urip 5. Jika keduanya dijumlahkan, hasilnya adalah 14. Berdasarkan sistem ini, umur maksimal yang diprediksi bagi mereka yang lahir pada Sabtu Umanis adalah 84 tahun.

BACA JUGA  Partai Demokrat Gelar Bakti Sosial di Pura Agung Besakih, Perkuat Kebersamaan dan Spirit Ngayah

Fase-fase Kehidupan Berdasarkan Pal Sri Sedana

Dalam pandangan wariga Bali, fase kehidupan individu dibagi menjadi beberapa tahap yang mencerminkan kondisi nasib dan keberuntungan:

Masa penuh cobaan dan sakit-sakitan akan dialami pada usia 7–12 tahun, 31–36 tahun, serta 79–84 tahun.

Pendapatan minim atau penghasilan kecil terjadi pada usia 0–6 tahun, 13–18 tahun, 37–42 tahun, 49–54 tahun, dan 67–78 tahun.

Kehidupan yang makmur dan sejahtera justru hadir di masa 19–30 tahun, 43–48 tahun, serta 55–66 tahun.

BACA JUGA  Pura Santa Citta Bhuwana, Pura Pertama Hasil Gotong Royong Masyarakat Bali di Eropa Diresmikan

Dengan mengenal fase-fase ini, diharapkan setiap individu dapat lebih siap menghadapi tantangan maupun menikmati masa-masa keberuntungan dalam hidupnya.

Karakter Lahir di Wuku Sungsang

Mereka yang lahir di bawah pengaruh wuku Sungsang umumnya memiliki watak yang cenderung keras kepala dan mudah marah.

Meski begitu, sifat pemarah ini masih bisa dikendalikan dengan pendekatan yang tepat. Mereka juga dikenal tidak suka bermalas-malasan, memiliki ketertarikan terhadap barang milik orang lain, serta cenderung boros namun dermawan.

BACA JUGA  Ribuan Karya I Gusti Made Peredi Didata dan Dirawat Sang Anak, Seniman Otodidak Denpasar

Menariknya, orang kelahiran wuku Sungsang dipercaya akan mendapat rejeki yang melimpah, namun juga menginginkan perhatian lebih dari orang-orang sekitarnya.

Kesimpulan

Meskipun ramalan ini bersifat kepercayaan tradisional, masyarakat Bali meyakini bahwa setiap kelahiran membawa takdir masing-masing. Semua telah digariskan oleh Hyang Widhi, dan manusia hanya dapat menjalani serta menyikapinya dengan bijaksana. (TB)

Sumber foto: pixabay.com

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!