Desa Suana merupakan salah satu dari 16 desa yang berada di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.
Letaknya berada sekitar 12 kilometer ke arah timur dari pelabuhan Kapal Roro Kutampi.
Saat ini, Desa Suana terdiri dari empat dusun, yaitu Karangsari, Semaya, Celagilandan, dan Kelemahan.
Dengan kondisi geografis yang sebagian besar adalah wilayah pesisir, desa ini dikenal sebagai sentra penghasil rumput laut dan ikan.
Sementara di wilayah daratan, masyarakat lebih banyak bergelut dalam aktivitas berkebun dan pertanian lahan kering.
Sebelum mengalami pemekaran wilayah, Desa Suana sebenarnya mencakup sembilan dusun.
Namun, sejak tahun 1990, wilayahnya dimekarkan menjadi dua desa, yaitu Desa Suana yang ada sekarang dan Desa Pejukutan.
Pemekaran ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan pemerintahan dan pembangunan yang lebih merata di wilayah Nusa Penida.
Menariknya, Desa Suana pada zaman dahulu dikenal dengan nama Slendep.
Nama ini berasal dari kondisi lingkungan sekitar yang dipenuhi oleh semak-semak dan rumput liar yang tajam, yang oleh warga setempat disebut Landep-landep.
Nama Slendep cukup dikenal hingga era 1970-an.
Namun, setelah peristiwa G30S/PKI yang mengguncang Indonesia, nama ini perlahan mulai ditinggalkan.
Meski begitu, sejumlah warga lanjut usia yang kini berumur sekitar 70 tahun masih menyebut desa ini dengan nama lamanya.
Asal-usul nama Suana sendiri memiliki makna yang sangat dalam, seperti yang tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Suana.
Kata Suana diyakini berasal dari dua kata dalam bahasa Bali, yaitu Song yang berarti lubang dan Wana yang berarti hutan.
Jika digabungkan, Song Wana bermakna “lubang di dalam hutan.” Konon, di sebelah timur Dusun Suana terdapat sebuah tikungan yang menjadi lokasi Pura bernama Pura Song Aya.
Di sekitar pura tersebut tumbuh tanaman besar seperti pohon gepah yang dipercaya sebagai peninggalan hutan lebat masa lampau.
Di area ini juga diyakini terdapat sebuah goa atau song, yang memperkuat keyakinan masyarakat akan asal-usul nama desa mereka.
Dengan demikian, Desa Suana bukan hanya menyimpan kekayaan alam, tetapi juga sarat akan nilai sejarah dan budaya yang masih hidup dalam ingatan kolektif warganya.
Dari Slendep yang penuh semak tajam hingga menjadi Suana yang berarti lubang di hutan, nama desa ini mencerminkan perjalanan panjang dan identitas unik masyarakatnya di pulau Nusa Penida. (TB)