Anggara Kasih Medangsia merupakan salah satu hari suci yang sangat dihormati dalam kalender Hindu Bali. Hari ini memiliki makna spiritual yang mendalam dan dirayakan setiap 210 hari sekali, tepatnya saat pertemuan Saptawara Anggara (Selasa) dengan Pancawara Kliwon dalam Wuku Medangsia.
Bagi umat Hindu di Bali, Anggara Kasih Medangsia bukan sekadar hari ritual biasa, melainkan momen penting untuk pembersihan lahir dan batin serta menumbuhkan kasih sayang kepada sesama makhluk hidup.
Makna Filosofis Anggara Kasih Medangsia
Anggara Kasih Medangsia dikenal sebagai hari untuk mengasihi diri sendiri dan memperkuat cinta kasih terhadap orang lain. Dalam ajaran Hindu Bali, hari ini dianggap sebagai waktu yang tepat untuk melakukan penyucian diri dari segala kekotoran.
Umat diajak untuk kembali menyatu dengan kesadaran spiritual melalui renungan dan pemujaan kepada manifestasi Dewa Siwa sebagai Sang Hyang Rudra.
Makna cinta kasih dalam konteks ini tidak hanya bersifat personal, tetapi juga universal. Ini menjadi pengingat bahwa keharmonisan dalam kehidupan hanya dapat tercapai jika setiap individu mampu menjaga kebersihan pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Sejarah dan Asal Usul Hari Suci Ini
Tradisi Anggara Kasih Medangsia telah disebutkan dalam Lontar Sundarigama, salah satu pustaka suci dalam ajaran Hindu Bali. Dalam lontar tersebut dijelaskan bahwa hari ini merupakan waktu yang tepat untuk “pangasihining anggasariranta” atau menumbuhkan kasih sayang terhadap diri sendiri.
Sejak zaman dahulu, para leluhur menjadikan hari ini sebagai momen untuk perenungan suci, menyucikan pikiran, dan memohon perlindungan serta tuntunan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Bentuk Perayaan dan Upacara Keagamaan
Pada perayaan Anggara Kasih Medangsia, umat Hindu biasanya melakukan persembahyangan di pura keluarga, pura kahyangan tiga, hingga pura besar seperti Pura Luhur Uluwatu, Pura Goa Lawah, dan Pura Luhur Andakasa.
Di beberapa pura tersebut, piodalan atau pujawali juga dilangsungkan tepat pada hari Anggara Kasih Medangsia, yang menjadi puncak dari kegiatan spiritual.
Tak hanya di pura, di sejumlah desa adat juga digelar tradisi khusus. Salah satu contoh unik dapat ditemukan di Desa Giri Emas, Kabupaten Buleleng, di mana digelar upacara “Pekelem” dengan menenggelamkan sesajen ke laut sebagai simbol persembahan kepada kekuatan alam.
Jenis Banten dan Sarana Persembahyangan
Dalam upacara ini, banten (sesajen) yang digunakan memiliki makna simbolis yang dalam. Beberapa di antaranya adalah:
- Dupa: Sebagai pengantar doa menuju alam niskala.
- Bunga dan wangi-wangian: Melambangkan kesucian dan keharmonisan.
- Tirtha (air suci): Digunakan untuk menyucikan diri secara spiritual.
- Banten pejati: Sebagai persembahan utama kepada para dewa dan leluhur.
Pembuatan banten dilakukan dengan penuh ketulusan dan rasa bhakti, karena dipercaya bahwa kesungguhan hati dalam membuat persembahan akan membuka jalan menuju kesucian diri.
Hari Baik dan Perhitungan Kalender Bali
Dalam wariga Bali, Anggara Kasih Medangsia termasuk dalam kategori ala ayuning dewasa, yaitu hari baik yang cocok untuk kegiatan spiritual maupun sosial seperti memulai usaha, membangun tempat suci, hingga melakukan aktivitas pertanian. Masyarakat Bali meyakini bahwa hari ini membawa energi positif yang dapat mendukung kelancaran berbagai aktivitas.
Watak Orang yang Lahir di Hari Anggara Kasih Medangsia
Orang yang lahir tepat pada hari Anggara Kliwon Wuku Medangsia dipercaya memiliki sifat penyayang, dermawan, dan suka menolong. Namun, mereka juga perlu berhati-hati terhadap kecenderungan sifat keras kepala dan iri hati.
Kekuatan cinta kasih menjadi kekuatan utama dalam hidup mereka, dan jika dikembangkan secara positif, akan membawa mereka pada kehidupan yang harmonis. (TB)