![]() |
Dok. Pribadi |
Lelaki
ini memiliki perawakan kecil dengan tinggi badan tak sampai 165 cm. Namanya I
Made Adi Wira Nata Putra dan merupakan perajin suling (seruling) muda yang
cukup moncer. Bagaimana tidak, beberapa suling yang ia buat telah terjual
hingga ke luar negeri, sebut saja Australia, Amerika Serikat, Malaysia, hingga
Jepang.
ini memiliki perawakan kecil dengan tinggi badan tak sampai 165 cm. Namanya I
Made Adi Wira Nata Putra dan merupakan perajin suling (seruling) muda yang
cukup moncer. Bagaimana tidak, beberapa suling yang ia buat telah terjual
hingga ke luar negeri, sebut saja Australia, Amerika Serikat, Malaysia, hingga
Jepang.
Dek
Adi, begitu orang memanggilnya, bukanlah seorang yang tamat dari sekolah yang
memiliki latar belakang seni. Mengejutkan memang, jika ternyata ia merupakan
sarjana Pendidikan Matematika dengan menamatkan pendidikan terakhirnya itu di
Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Pendidikan sarjananya ia selesaikan tahun 2016 dan sebelum tamat ia sudah
memulai membuat suling.
Adi, begitu orang memanggilnya, bukanlah seorang yang tamat dari sekolah yang
memiliki latar belakang seni. Mengejutkan memang, jika ternyata ia merupakan
sarjana Pendidikan Matematika dengan menamatkan pendidikan terakhirnya itu di
Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Pendidikan sarjananya ia selesaikan tahun 2016 dan sebelum tamat ia sudah
memulai membuat suling.
Perajin
suling yang tinggal di Banjar Pas Dalem, Kelurahan Gianyar, Kecamatan Gianyar
ini mengaku belajar membuat suling secara otodidak sejak SMP. Tak ada darah
perajin yang mengalir dari kedua orang tuanya. “Orang tua saya tak ada yang
bisa buat suling. Kalau nyuling (memainkan seruling) saya diajarkan oleh bapak.
Untuk membuatnya saya yang mengawali,” kata pemuda kelahiran 10 September 1994
ini.
suling yang tinggal di Banjar Pas Dalem, Kelurahan Gianyar, Kecamatan Gianyar
ini mengaku belajar membuat suling secara otodidak sejak SMP. Tak ada darah
perajin yang mengalir dari kedua orang tuanya. “Orang tua saya tak ada yang
bisa buat suling. Kalau nyuling (memainkan seruling) saya diajarkan oleh bapak.
Untuk membuatnya saya yang mengawali,” kata pemuda kelahiran 10 September 1994
ini.
Walaupun
telah belajar membuat suling sejak lama, namun baru tahun 2014 tumbuh
keberanian memasarkan suling karyanya. Ditawarkan kepada teman-temannya, dijual
lewat event di kampusnya, hingga ia pun memutuskan untuk memanfaatkan media
sosial instagram untuk menjual karyanya. Lewat instagram ini karyanya pun
semakin dilirik. Setelahnya ia mampu menjual ke luar Bali hampir di seluruh
Indonesia. Bahkan kini sudah mulai merambah pasar internasional. “Awalnya tak
ada niat untuk menjadi pengrajin suling ini. Tapi diketahui teman saya bisa
membuat suling, maka diminta untuk membuatkan dan kini keterusan,” tuturnya.
telah belajar membuat suling sejak lama, namun baru tahun 2014 tumbuh
keberanian memasarkan suling karyanya. Ditawarkan kepada teman-temannya, dijual
lewat event di kampusnya, hingga ia pun memutuskan untuk memanfaatkan media
sosial instagram untuk menjual karyanya. Lewat instagram ini karyanya pun
semakin dilirik. Setelahnya ia mampu menjual ke luar Bali hampir di seluruh
Indonesia. Bahkan kini sudah mulai merambah pasar internasional. “Awalnya tak
ada niat untuk menjadi pengrajin suling ini. Tapi diketahui teman saya bisa
membuat suling, maka diminta untuk membuatkan dan kini keterusan,” tuturnya.
Pembeli
sulingnya dari luar negeri adalah para pemusik untuk akustik maupun penyuka
gambelan. Dalam sehari, di sela-sela waktunya mengajar bimbingan belajar di
Denpasar, ia maksimal bisa membuat empat hingga lima seruling. Akan tetapi saat
libur ia mampu membuat delapan seruling dari pagi hingga sore.
sulingnya dari luar negeri adalah para pemusik untuk akustik maupun penyuka
gambelan. Dalam sehari, di sela-sela waktunya mengajar bimbingan belajar di
Denpasar, ia maksimal bisa membuat empat hingga lima seruling. Akan tetapi saat
libur ia mampu membuat delapan seruling dari pagi hingga sore.
Menurutnya,
kesulitan terbesarnya dalam membuat suling terletak pada ukuran lubang. Karena
lubang ini menjadi penentu suara nyaring atau tidaknya suling tersebut. “Sedikit
saja agak lebar lubangnya, suaranya tidak akan mau bagus. Tempat lubang,
kemiringannya harus pas. Harus teliti, butuh latihan terus menerus,” tuturnya.
kesulitan terbesarnya dalam membuat suling terletak pada ukuran lubang. Karena
lubang ini menjadi penentu suara nyaring atau tidaknya suling tersebut. “Sedikit
saja agak lebar lubangnya, suaranya tidak akan mau bagus. Tempat lubang,
kemiringannya harus pas. Harus teliti, butuh latihan terus menerus,” tuturnya.
Hingga
kini, beberapa jenis suling yang sudah dikuasainya yakni semua jenis suling Bali
dari suling pengarjaan, suling gong, suling rindik, suling gambuh, hingga suling
angklung, juga suling Sunda, suling dangdut, American flute, maupun pan flute.
Untuk bahan baku pembuatan suling, ia menggunakan bambu buluh. (TB)
kini, beberapa jenis suling yang sudah dikuasainya yakni semua jenis suling Bali
dari suling pengarjaan, suling gong, suling rindik, suling gambuh, hingga suling
angklung, juga suling Sunda, suling dangdut, American flute, maupun pan flute.
Untuk bahan baku pembuatan suling, ia menggunakan bambu buluh. (TB)