Candi Hindu Terbesar di Dunia Ada di Thailand, Didedikasikan untuk Dewa Wisnu, Kini Digunakan Oleh Umat Budha

Author:
Ilustrasi: id.wikipedia.org

Meskipun
India dianggap sebagai cikal bakal lahirnya agama Hindu, namun candi terbesar Hindu
tak berada di India, melainkan di Thailand. Candi Hindu terbesar tersebut
adalah Angkor Wat. Angkor Wat ini memiliki arti kota candi atau kota
percandian.

Ini
adalah bangunan candi terbesar di dunia dari segi luas areal karena menempati lahan
seluas 162,6 hektar atau 1,626 km persegi. Candi ini sudah menjadi lambang
negara Kamboja, corak hias bendera Kamboja, dan daya tarik wisata utama di
Kamboja.

Angkor
Wat ini dibangun pada awal abad ke-12 sebagai candi kenegaraan oleh Raja
Suryawarman II di Yasodarapura yang merupakan ibu kota Kerajaan Kambujadesa.

Nama
Angkor Wat berasal dari bahasa Khmer modern, sementara nama asli candi ini diperkirakan
adalah Wrah Wisnuloka atau Parama Wisnuloka yang juga merupakan nama anumerta
Raja Suryawarman II.

Candi
pendarmaan Raja Suryawarman II ini pada mulanya adalah candi agama Hindu yang
dibaktikan kepada Dewa Wisnu, kemudian dialihfungsikan menjadi candi agama
Buddha menjelang akhir abad ke-12. Angkor Wat juga turut berjasa
mentransformasi Kamboja menjadi sebuah negara Buddha.

Angkor
Wat ini terletak pada jarak 5,5 kilometer (3,4 mil) di sebelah utara kota
modern Siem Reap, tidak jauh di sebelah selatan dan sedikit ke timur dari bekas
ibu kota Kerajaan Kambujadesa yang berpusat di candi Baphuon.

Menurut
mitos, Angkor Wat dibangun atas perintah Dewa Indra untuk dijadikan istana putranya,
Preca Ket Mealea. Menurut keterangan musafir Tiongkok dari abad ke-13, Zhou
Daguan, ada pihak-pihak yang percaya bahwa Angkor Wat dibangun hanya dalam
semalam oleh dewa undagi.

Tahap
awal perancangan dan pengerjaan Angkor Wat terlaksana pada paruh pertama abad
ke-12, pada masa pemerintahan Raja Suryawarman II yang memerintah tahun 1113
sampai kira-kira tahun 1150. Bertolak belakang dengan kebijakan raja-raja
pendahulunya yang menganut aliran Saiwa, Suryawarman II membaktikan Angkor Wat
kepada Dewa Wisnu. Percandian ini dibangun untuk digunakan sebagai kuil
kenegaraan sekaligus ibu kota kerajaan.

Angkor
Wat dirancang sebagai lambang Mahameru, persemayaman para dewa menurut
kosmologi Hindu-Buddha. Candi ini dikelilingi waduk sepanjang lebih dari 5
kilometer dan dipagari tembok sepanjang 3,6 kilometer. Juga memiliki tiga serambi
persegi panjang dengan ketinggian yang berbeda-beda satu sama lain. Di
tengah-tengah percandian berdiri lima candi menara dalam tatanan pancayatana.
Berbeda dari candi-candi Angkor pada umumnya, Angkor Wat dibangun menghadap ke
barat. Belum ada kesepakatan di kalangan para ahli mengenai alasan yang
melatarbelakangi perbedaan tersebut.

Akan
tetapi pembangunannya kemungkinan terhenti tak lama sesudah sang raja mangkat.
Ini terbukti dari sejumlah ukiran relief rendah yang belum rampung dikerjakan.

Pada
tahun 1177, kurang lebih 27 tahun sesudah Suryawarman II mangkat, kota Angkor
diserbu bangsa Campa, musuh bebuyutan bangsa Khmer. Kedaulatan negara
Kambujadesa dipulihkan raja baru, Jayawarman VII. Sang raja mendirikan ibu kota
dan candi kenegaraan baru beberapa kilometer di sebelah utara Angkor Wat, yakni
kota Angkor Thom dan candi Bayon, yang ia baktikan untuk kepentingan agama
Buddha.

Sejak
saat itu juga, Angkor Wat juga sedikit demi sedikit diubah menjadi sebuah situs
agama Buddha, dan banyak ukiran bertema Hindu diganti dengan karya seni agama
Buddha. Dan akhirnya menjelang akhir abad ke-12, sedikit demi sedikit Angkor
Wat diubah dari sebuah pusat peribadatan agama Hindu menjadi pusat peribadatan
agama Buddha. Fungsi baru ini pun bertahan sampai sekarang.

Tidak
seperti candi-candi Angkor lainnya, Angkor Wat tidak pernah sepenuhnya
ditinggalkan orang, kendati sebagaian besar bangunannya sudah telantar selepas
abad ke-16. Empat belas prasasti dari abad ke-17 yang ditemukan di area Angkor
membuktikan bahwa para peziarah Buddha dari Jepang pernah mendirikan
permukiman-permukiman kecil yang berdampingan dengan kampung-kampung pribumi
Khmer. Para musafir Jepang pada masa itu menyangka Angkor Wat adalah Jetawana,
taman Sang Buddha yang sesungguhnya terletak di Kerajaan Magada, India.

Pada
tahun 1860, Angkor Wat ditemukan Henri Mouhot, naturalis sekaligus penjelajah
berkebangsaan Prancis yang memopulerkan situs ini di Dunia Barat lewat
penerbitan catatan perjalanannya. Warisan artistik Angkor Wat dan
monumen-monumen Khmer lainnya di daerah Angkor mendorong Prancis menjadikan
Kamboja sebagai salah satu negara protektoratnya pada tanggal 11 Agustus 1863,
dan menginvasi Siam agar dapat sepenuhnya menguasai reruntuhan monumen-monumen
tersebut. Kamboja memperoleh kemerdekaan dari Prancis pada tanggal 9 November
1953, dan sejak saat itu meguasai Angkor Wat.

Pada
abad ke-20, Angkor Wat menjalani pemugaran besar-besaran. Tanaman yang sudah
menjalari batu-batu gedung Angkor Wat pun dibersihkan. Kegiatan pemugaran
sempat terhenti setelah meletusnya Perang Saudara Kamboja dan berkuasanya rezim
Khmer Merah pada era 1970-an dan 1980-an. Pasukan-pasukan Khmer Merah yang
berkemah di situs Angkor Wat mengambil segala macam kayu yang tertinggal di
bangunan tersebut untuk dijadikan kayu bakar, dan tembak-menembak di antara
pasukan Khmer Merah dan pasukan Vietnam mengakibatkan cacatnya sebuah relief
akibat terhujam peluru nyasar.

Kerusakan
yang lebih besar justru timbul seusai perang, akibat ulah para pencuri benda
seni yang berpangkalan di Muangthai. Pada akhir dasawarsa 1980-an dan awal
dasawarsa 1990-an, para pencuri tersebut menggasak hampir semua kepala arca
yang dapat diangkut keluar dari situs Angkor Wat, termasuk kepala-kepala arca
hasil rekonstruksi.

Candi
ini kemudian dinominasikan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1992. Candi
ini adalah salah satu lambang penting negara Kamboja, dan merupakan sumber
utama kebanggaan nasional yang menjadi unsur penting di dalam hubungan
diplomatik Kamboja dengan Prancis, Amerika Serikat, dan Muangthai. Gambar
Angkor Wat sudah menjadi bagian dari berbagai versi bendera Kamboja, mulai dari
versi pertama yang diperkenalkan sekitar tahun 1863. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!