Cetik Kerikan Gangsa Menyerang Ginjal dan Hati, Ada 8 Tumbuhan untuk Mengobatinya

Author:
Sumber: pixabay.com

Cetik
kerikan gangsa adalah salah satu jenis cetik yang berkembang di masyarakat Bali
yang digunakan oleh orang yang sifatnya kurang baik untuk mencelakai orang
lain. Cetik kerikan gangsa ini dibuat dengan kerikan perunggu yang dicampur
dengan medang tiing gading dan tiing buluh atau merang bambu gading dan tiing
buluh.

Bahan
pembuat gangsa adalah perunggu yang merupakan campuran tembaga dan timah. Kedua
logam tersebut memiliki toksisitas tinggi, sedangkan merang bambu bersifat
iritatif. Tembaga dan timah tergolong dalam logam yang merupakan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).

Keracunan
tembaga dan timah dapat menyebabkan terjadinya gangguan neurologi, gangguan
fungsi ginjal dan hati, gangguan pada sistem hemopoitik, hemolisis bahkan
kematian.

Dikutip
dari jurnal Studi Eksplorasi Pengobatan Pada Usada Pemunah Cetik Kerikan
Gangsa Oleh Dwi Arymbhi Sanjaya, Asthadi Mahendra Bhandesa yang dimuat dalam Jurnal
Penelitian Agama Hindu dituliskan pemberian cetik kerikan gangsa dapat dicampur
dengan labu kuning (waluh) untuk meningkatkan efek toksik. Labu kuning
merupakan salah satu makanan yang memiliki kadungan tembaga yang sangat tinggi.

Adapun
gejala dan tanda terkena cetik kerikan gangsa yakni untuk gejala dan tanda akut
dapat diamati dan dirasakan dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan, sedangkan
gejala dan tanda kronis terjadi dalam kurun waktu lebih dari 6 bulan.

Gejala
akut yang diderita pasien yaitu nafas penderita berbau seperti bawang putih,
batuk, sesak nafas, kejang hingga koma, sakit perut, mual, muntah, bahkan
hingga muntah darah. Tanda akut dapat diamati dari hasil pemeriksaan sel darah
merah, pemeriksaan saluran pencernaan, pemeriksaan fungsi hati, tekanan darah
turun kurang dari 120/80 mmHg.

Sedangkan
untuk gejala kronis yang sangat spesifik jika penderita terkena cetik kerikan
gangsa yaitu terdapat garis-garis horizontal bersusun pada kuku yang dikenal
dengan istilah mees’ lines. Gejala kronis lainnya yaitu tubuh penderita semakin
kurus, kulit penderita berwarna kunig, tenaga penderita sangat lemah, dan batuk
darah terus menerus. Tanda kronis dapat diamati dari hasil pemeriksaan fungsi
hati, ginjal, jantung, paru-paru, dan sistem saraf.

Dalam
jurnal ini juga dituliskan, dari hasil wawancara dan studi literasi lontar
usada cetik kerikan gangsa, dapat diidentifikasi terdapat delapan jenis tanaman
obat dan lima jenis ramuan yang digunakan dalam pengobatan cetik kerikan gangsa.
Delapan jenis tanaman obat itu yaitu bawang putih, jangu/jeringau, gamongan,
ketela, daun kembang sepatu, sereh, dan air kelapa. Namun, berdasarkan
kesimpulan dari hasil wawancara para tokoh usada, diketahui bahwa campuran
sereh dan air kelapa yang efektif digunakan untuk pengobatan cetik kerikan
gangsa.

Sementara
itu, dalam buku Berbagai Cara Pengobatan Menurut Lontar Usada Pengobatan
Tradisional Bali, yang disusun oleh I Ketut Suwidja, halaman 79 dikatakan
ciri-ciri orang terkena cetik kerikan gangsa yaitu sakit kuning pada mata,
bulu-bulu melengkung, dan lama kelamaan menjadi batuk darah.

Adapun
obat yang digunakan yaitu putih telur matang karena direbus, rumput lepas,
temutis (Curcuma Purpurancens Bl. Zingiberaceae), jeruk, yang dijadikan loloh
lalu diminum.

Selain
itu, dalam buku Jejak Bhairawa di Pulau Bali karangan Jiwa Atmaja pada halaman
80 dituliskan, cetik kerikan gangsa yang dicampur dengan tabu (waluh) memiliki
gejala tenaga penderita sangat lemah atau disebut dengan sakit anglayung. Bahan-bahan
obatnya adalah kunir yang tua, kapur bubuk, ditumbuk, diperas, dan disaring
halus lalu diminun.

Selain
obat minum, dilengkapi juga dengan obat sembur (simbuh) dengan bahan-bahan
ketela, gamongan, dan garam. (TB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!