Fakta Tentang Penemuan Kerajaan Dwaraka Milik Krisna yang Tenggelam, Atlantisnya Mahabharata

Author:

Kerajaan Dwaraka
dianggap sebagai kota yang hilang dan disebut-sebut sebagai atlantisnya
Mahabharata. Kota ini terletak di pantai barat semenanjung Okhamandal di
sepanjang tepian Sungai Gomti. Dinama kota ini adalah asal dari Kresna yang
membantu Pandawa dalam perang Bharatayudha.

Kota ini menarik
para arkeolog karena hubungannya dengan kisah Mahabharata dan klaim jika kota
itu tenggelam, layaknya Atlantis. Eksplorasi dan penggalian telah dilakukan di
lepas pantai maupun di daratan Laut Arab. Penggalian pertama dilaksanakan
sekitar tahun 1963, memunculkan banyak artefak kuno.

Penggalian di sisi
laut Dwarka di dua tempat membongkar banyak hal menarik seperti dermaga batu,
beberapa permukiman terendam, jangkar batu berbentuk segitiga dan lain
sebagainya.
Di antara yang paling menarik dari penemuan-penemuan arkeologi yang dibuat
di India dalam beberapa tahun terakhir adalah yang dibuat di lepas pantai dan
Bet Dwarka Dwarka di Gujarat.

Penggalian
telah berlangsung sejak 1983. Ini adalah dua tempat yang terpisah 30 km satu
sama lain. Dwarka berada di pantai laut Arab, dan Bet Dwarka adalah di Teluk
Kutch. Kedua tempat ini dihubungkan dengan Kresna. Ada banyak candi di sini,
terutama yang termasuk ke dalam periode abad pertengahan.

Ada juga permukiman
yang ditemukan terdiri dari bentuk yang mirip dengan benteng pertahanan. Analisis
tipografi dari jangkar mengatakan jika Dwarka telah menjagi kota pelabuhan yang
berkembang selama era kerajaan tengah India. Hasil penggalian itu telah
membuktikan jika cerita mengenai Krisna memang ada demikian pula pertempuran
Mahabharata.

Penelitian
yang dilakukan Dr. Rao di bawah lautan didasarkan petunjuk Weda, bahwa Kerajaan
Dwaraka ditelan laut beberapa saat setelah Bharatayudha usai. Kerajaan Dwaraka
adalah kediaman Sri Krisna, raja yang memegang kendali strategis di perang
saudara ini.

Dalam kitab
suci Hindu, ia merupakan jelmaan Dewa Wisnu, pemelihara perdamaian. Penelitian Keberadaan
Dwaraka dilakukan selama 8 tahun, dan baru jelas setelah dibantu citra satelit
NASA. Dari sana ditemukan jejak kerajaan tersebut di bawah Teluk Gujarat.

Diyakini
bahwa akibat kerusakan dan kehancuran oleh laut, Dwaraka telah tenggelam enam
kali. Setelah ada petunjuk pasti, akhirnya Dwaraka berhasil ditemukan dalam
keadaan hancur digulung gelombang Laut Arab yang cukup dahsyat. Dari hasil
investigasi, banyak temuan berharga indikator kehidupan makhluk 15.000 tahun
lalu.

Selain
tembikar, ada bongkahan batu besar yang diduga benteng dan dinding istana.
Batuan dipenuhi ornamen indah, lonceng kuil dari tembaga, jangkar kapal, pot
bunga dari keramik, serta uang emas dan tembaga.

Penemuan
logam ini memperlihatkan kepada kita, bahwa peradaban 30.000 – 15.000 tahun
lalu ternyata sudah tinggi. Tak heran temuan ini mengindikasikan penggunaan
senjata pemusnah massal di perang itu.

Untuk
memperluas dan memperdalam penelitian ini, Unicef dan NASA membantu pemotretan
dengan citra lansat satelit. Dari hasil riset dan pemotretan yang difokuskan di
hulu sungai Gangga, para arkeolog menemukan banyak sisa puing bangunan yang
telah menjadi batu hangus.

Batu besar
reruntuhan ini ketika dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung
tidak merata. Ketika dicoba melebur bebatuan tersebut, ternyata dibutuhkan suhu
minimal 1.800 derajat celcius. Batu biasa dalam keadaan normal tak mencapai
suhu ini.

Kecuali pada
benda-benda yang terkena radiasi nuklir, baru bisa mencapai suhu yang demikian
tinggi. Di pedalaman hutan primitif India, peneliti juga menemukan lebih banyak
reruntuhan batu hangus.

Tembok kota
yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah
tangga yang terbuat dari batu dalam bangunan juga telah di-kaca-lisasi. Para
peneliti heran, selain di India, batu radiasi juga ditemukan di bekas Kerajaan
Babilonia Kuno, Gurun Sahara dan Gurun Gobi di Mongolia.

Inilah bukti
reruntuhan perang nuklir prasejarah, derajat radiasi masih terekam meski
kejadiannya ribuan tahun Sebelum Masehi. Batu kaca pada reruntuhan tersebut,
semuanya sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.

Diduga kuat
perang Bharatayudha adalah perang nuklir yang terjadi antara 30.000-15.000 Sebelum
Masehi. (TB)

 

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!