![]() |
istimewa |
Diduga ditolak RSUD Wangaya pasien dibonceng ke RSUP Sanglah.
Sesampainya di RSUP Sanglah meninggal dunia.
Pihak RSUD Wangaya pun angkat bicara tentang kebenarannya.
Sebuah postingan di media sosial tiba-tiba membuat heboh.
Potingan ini dibuat oleh akun @aryawedakarna yang merupakan milik Senator Bali Arya Wedakarna.
Postingan ini terkait dugaan RSUD Wangaya Denpasar Bali yang menolak pasien.
Selain itu juga dugaan tidak mau meminjamkan ambulance.
Karena hal tersebut, menurut postingan itu terpaksa pasien itu dibonceng menuju RSUP Sanglah.
Sesampainya di Sanglah pasien yang dikatakan berasal dari Buleleng tersebut meninggal dunia.
Dalam postingan itu, Arya Wedakarna menulis sebagai berikut.
Malam ini Beliau Ratu Gusti @aryawedakarna menerima aspirasi dari warga Buleleng yg harus kehilangan nyawa IBUnya karena diduga ditolak oleh RS Wangaya @rsud.wangaya termasuk RS menolak meminjamkan Ambulance dr RS Wayanga ke Sanglah. Bayangkan, anak muda itu harus “membonceng” ibu beliau dengan sepeda motor dan ibu beliau dinyatakan meninggal saat di tiba di RS Sanglah. Saat ini sedang diurus jenazah di Sanglah. Besok AWK akan turun tangan ke Sanglah dan memastikan jenazah tiba besok juga dikampung beliau. Selanjutnya AWK akan memproses hukum oknum pejabat / petugas rumah sakit Wangaya jika terbukti salah. Jika ini dibiarkan, maka tentu akan Memalukan nama Walikota Denpasar dan Satu Jalur.
Pihak RSUD Wangaya pun membuat klarifikasi terkait postingan itu.
Dirut RSUD Wangaya, AA Made Widiasa mengatakan jika pihak Rumah Sakit Wangaya bukan menolak pasien.
Adapun pada saat kejadian kapasitas Instalasi Gawat Darurat (IGD) di rumah Sakit Wangaya Denpasar tersebut penuh.
Menurutnya, dalam kondisi tersebut apabila dipaksakan menerima pasien, tentu membuat pelayanan tidak akan optimal dan juga berisiko bagi pasien.
Adapun kronologis kejadian yakni, pada Sabtu, 24 September 2022 sekitar pukul 20.30 Wita, pasien datang diantar oleh pengantar pasien menggunakan sepeda motor.
Satpam melaporkan kepada petugas IGD ada pasien baru. Pada saat kejadian tersebut IGD dalam kondisi penuh.
Terdata ada 13 pasien yang sedang menjalani perawatan darurat, bahkan di ruang tunggu ada beberapa pasien yang sedang mengantri untuk mendapatkan pelayanan.
Melihat kondisi tersebut, Dokter jaga menemui pengantar pasien dan menyarankan untuk dibawa kerumah sakit terdekat dalam hal ini disarankan untuk dibawa ke RS Manuaba.
Hal ini dilakukan supaya pasien dapat pelayanan dan penanganan yang lebih cepat.
Pengambilan dasar keputusan tersebut, karena jarak rumah sakit Manuaba dirasa paling dekat dengan RSUD Wangaya dengan estimasti waktu sekitar 5 menit.
Ketika disarankan untuk ke rumah sakit terdekat, pengantar pasien meminta untuk diantar Ambulance. Namun demikian berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) RSUD Wangaya mengenai Merujuk Pasien ke Rumah Sakit Lain No. 040/018/IGD/RSUDW/2018 penggunaan Ambulance Wajib didampingi Dokter dan Perawat.
Mengingat kondisi IGD yang sedang penuh pasien dan juga memerlukan penanganan Tim Medis, maka penggunaan Ambulance tidak dapat dilakukan oleh karena perawat dan dokter sedang melakukan penanganan pasien.
Saat ini, pihak RSUD Wangaya sedang berproses untuk menambah kapasitas bed di ruang IGD dalam mengantisipasi lonjakan pasien sehingga bisa menampung lebih banyak pasien yang memerlukan penanganan gawat darurat. (TB)