![]() |
Sumber: pixabay.com |
Umat
Hindu tak boleh makan atau mengonsumsi daging sapi. Bahkan ada yang akan merasa
pusing setelah mengonsumsi daging sapi. Dalam Hindu sapi dianggap sebagai hawan
yang suci dan mulia. Karena itulah umat Hindu tak mengonsumsi daging sapi.
Sesuai
catatan yang ada pada peradaban Weda, sapi merupakan binatang yang sangat disakralkan.
Dikatakan pula bahwa sapi merupakan lambang dari ibu pertiwi yang memberikan
kesejahteraan bagi makhluk hidup di bumi ini. Dengan alasan tersebut pula
mereka diajarkan agar tidak membunuh atau menyembelih sapi serta memakan
dagingnya.
Dalam
Hindu sapi dikaitkan dengan Aditi atau ibu dari semua dewa. Bahkan di India,
umat Hindu memiliki hari libur yang disebut Gopastami atau Hari Sapi setiap
tanggal 19 November. Saat Gopastami ini, sapi akan dimandikan dan didandani
dengan bunga yang kemudian dibawa berkeliling jalan.
Sapi
juga dianggap sebagai hewan pemurah karena memberikan banyak hal bagi hidup
manusia. Setidaknya ada lima hal yang diberikan sapi kepada manusia dalam
kehidupan sehari-hari yakni susu, keju, butter atau ghee, urin serta kotoran
dan semua itu berguna baik untuk dikonsumsi maupun untuk pupuk.
Selain
itu, sapi juga membantu petani untuk membajak di sawah. Untuk menghargai jasa
dari sapi yang membantu kehidupan mereka, maka pantang baginya untuk memakan
dagingnya.
Masyarakat
Hindu juga mensakralkan sapi karena merupakan kendaraan dari Dewa Siwa yang bernama
Lembu Nandini. Dewa Siwa merupakan salah satu dewa utama dalam Tri Murti. Dalam
setiap hajatan, mereka hanya mengonsumsi daging ayam, babi, maupun ikan.
Sri
Krisna juga memberikan contoh kepada umat Hindu untuk menghormati sapi. Di Vrindavan
yang merupapakan tempat Krisna menghabiskan masa kecilnya, tradisi menghormati
sapi masih berlangsung sampai sekarang. Di daerah pedalaman di Vraja Bumi, India,
saat warga memasak roti, roti pertama akan diberikan kepada sapi, roti kedua diberikan
kepada orang suci yan kebetulan lewat di daerah desa tersebut.
Dalam
kitab Niti Sastra bagian Hitopadesa Sloka 39, disebutkan ada beberapa entitas
yang dapat disebut sebagai ibu yang harus dihormati. Ketujuhnya yaitu ibu
kandung, istri guru (guru kerohanian), istri brahmana, istri raja, sapi,
perawat, dan ibu pertiwi (bumi).
Sesuai
dengan penjelasan tersebut, umat Hindu diminta untuk menghormati tujuh macam
ibu yang salah satunya adalah sapi. Kemungkinan penjelasan ini berdasarkan
dengan pemikiran bahwa susu dari sapi memiliki posisi yang sama dengan air susu
ibu atau ASI.
Selain itu, larangan untuk memakan daging sapi ini juga kemungkinan berkaitan
dengan konsep Ahimsa atau tidak menyakiti maupun membunuh. Konsep Ahimsa ini mencakup pada pengertian
tak boleh membunuh dan menyakiti semua makhluk ciptaan Tuhan, termasuk sapi.
Seorang
tokoh pergerakan dari India, Mahatma Gandhi juga pernah berkata bahwa sapi yang
memberikan susu jauh lebih mulia dibandingkan ibu yang melahirkan kita.
Baginya, ibu yang melahirkan kita hanya memberikan susu selama beberapa tahun
dan setelahnya mengharapkan agar kita merawatnya saat sudah dewasa.
Sementara
sapi betina, tidak mengharapkan apapun dari kita kecuali rumput dan gandum
untuk dimakan. Ibu kita sering sakit dan meminta kita untuk merawat mereka,
sementara sapi betina jarang sekali sakit. Akan tetapi pernyataan dari Gandhi
ini pun menuai kontroversi.
Meskipun
ada anggapan tak boleh memakan daging sapi, namun dalam beberapa kegiatan upacara
yang ada di Bali masih menggunakan anak sapi atau godel. Salah satunya
digunakan dalam caru. Namun, kembali lagi bahwa ajaran dalam agama Hindu
bersifat universal dengan menganut sistem dimana bumi dipijak, di sana langit
dijunjung. Sehingga dalam pelaksanaannya akan selalu mengikuti Desa Kala Patra atau
adat kebiasaan dan tradisi wilayah masing-masing. (TB)