Kisah Hanoman Membakar Kerajaan Alengka dengan Ekornya, Mampu Melepaskan diri dari Senjata Brahmastra

Author:
Share

Sumber: www.deviantart.com

Dalam misi
membantu Rama mencari Sinta, Sugriwa mengutus pasukan wanara-nya agar pergi ke
seluruh pelosok bumi untuk mencari tanda-tanda keberadaan Sinta, dan membawanya
ke hadapan Rama kalau mampu. Pasukan wanara yang dikerahkan Sugriwa dipimpin
oleh Hanoman, Anggada, Nila, Jembawan, dan lain-lain.

Mereka
menempuh perjalanan berhari-hari dan menelusuri sebuah gua, kemudian tersesat
dan menemukan kota yang berdiri megah di dalamnya. Atas keterangan Swayampraba
yang tinggal di sana, kota tersebut dibangun oleh arsitek Mayasura dan sekarang
sepi karena Maya pergi ke alam para Dewa. Lalu Hanoman menceritakan maksud
perjalanannya dengan panjang lebar kepada Swayampraba. Atas bantuan Swayampraba
yang sakti, Hanoman dan wanara lainnya lenyap dari gua dan berada di sebuah
pantai dalam sekejap.

Di pantai
tersebut, Hanoman dan wanara lainnya bertemu dengan Sempati, burung raksasa
yang tidak bersayap. Ia duduk sendirian di pantai tersebut sambil menunggu
bangkai hewan untuk dimakan. Karena ia mendengar percakapan para wanara
mengenai Sita dan kematian Jatayu, Sempati menjadi sedih dan meminta agar para
wanara menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi.

Anggada
menceritakan dengan panjang lebar kemudian meminta bantuan Sempati. Atas
keterangan Sempati, para wanara tahu bahwa Sita ditawan di sebuah istana yang
terletak di Kerajaan Alengka. Kerajaan tersebut diperintah oleh raja raksasa
bernama Rahwana. Para wanara berterima kasih setelah menerima keterangan
Sempati, kemudian mereka memikirkan cara agar sampai di Alengka.

Karena
bujukan para wanara, Hanoman teringat akan kekuatannya dan terbang menyeberangi
lautan agar sampai di Alengka. Setelah ia menginjakkan kakinya di sana, ia
menyamar menjadi monyet kecil dan mencari-cari Sita. Ia melihat Alengka sebagai
benteng pertahanan yang kuat sekaligus kota yang dijaga dengan ketat. Ia
melihat penduduknya menyanyikan mantra-mantra Weda dan lagu pujian kemenangan
kepada Rahwana.

Namun tak
jarang ada orang-orang bermuka kejam dan buruk dengan senjata lengkap. Kemudian
ia datang ke istana Rahwana dan mengamati wanita-wanita cantik yang tak
terhitung jumlahnya, tetapi ia tidak melihat Sita yang sedang merana. Setelah
mengamati ke sana-kemari, ia memasuki sebuah taman yang belum pernah diselidikinya.
Di sana ia melihat wanita yang tampak sedih dan murung yang diyakininya sebagai
Sita.

Kemudian
Hanoman melihat Rahwana merayu Sita. Setelah Rahwana gagal dengan rayuannya dan
pergi meninggalkan Sita, Hanoman menghampiri Sita dan menceritakan maksud
kedatangannya. Mulanya Sita curiga, tetapi kecurigaan Sita hilang saat Hanoman
menyerahkan cincin milik Rama. Hanoman juga menjanjikan bantuan akan segera
tiba. Hanoman menyarankan agar Sita terbang bersamanya ke hadapan Rama, tetapi
Sita menolak.

Ia
mengharapkan Rama datang sebagai ksatria sejati dan datang ke Alengka untuk
menyelamatkan dirinya. Kemudian Hanoman mohon restu dan pamit dari hadapan
Sita. Sebelum pulang ia memporak-porandakan taman Asoka di istana Rahwana. Ia
membunuh ribuan tentara termasuk prajurit pilihan Rahwana seperti Jambumali dan
Aksha. Akhirnya ia dapat ditangkap Indrajit putra sulung Rahwana sekaligus
putra mahkota Kerajaan Alengka dengan senjata Brahma Astra. Senjata itu memilit
tubuh hanoman.

Namun
kesaktian Brahma Astra lenyap saat tentara raksasa menambahkan tali jerami.
Indrajit marah bercampur kecewa karena Brahma Astra bisa dilepaskan Hanoman
kapan saja, tetapi Hanoman belum bereaksi karena menunggu saat yang tepat.

Ketika
Rahwana hendak memberikan hukuman mati kepada Hanoman, Wibisana adik kandung
Rahwana membela Hanoman agar hukumannya diringankan, mengingat Hanoman adalah
seorang utusan. Kemudian Rahwana menjatuhkan hukuman agar ekor Hanoman dibakar.
Melihat hal itu, Sita berdoa agar api yang membakar ekor Hanoman menjadi sejuk.

Karena doa
Sita kepada Dewa Agni terkabul, api yang membakar ekor Hanoman menjadi sejuk.
Lalu ia memberontak dan melepaskan Brahma Astra yang mengikat dirinya. Dengan
ekor menyala-nyala seperti obor, ia membakar kota Alengka. Kota Alengka pun
menjadi lautan api. Setelah menimbulkan kebakaran besar, ia menceburkan diri ke
laut agar api di ekornya padam. Penghuni surga memuji keberanian Hanoman dan
berkata bahwa selain kediaman Sita, kota Alengka dilalap api.

Dengan
membawa kabar gembira, Hanoman menghadap Rama dan menceritakan keadaan Sita.
Setelah itu, Rama menyiapkan pasukan wanara untuk menggempur Alengka. (TB)

 

 

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!