Sangkuni
atau Sekuni atau Sengkuni dikenal sebagai tokoh licik dalam epos mahabharata.
Ia merupakan biang keladi dari perang besar Bharatayudha.
atau Sekuni atau Sengkuni dikenal sebagai tokoh licik dalam epos mahabharata.
Ia merupakan biang keladi dari perang besar Bharatayudha.
Namun
tak banyak yang tahu jika sangkuni memiliki seorang anak yg bernama uluka.
Uluka bahkan terlibat dalam perang besar bharata yudha. Berikut kisahnya.
tak banyak yang tahu jika sangkuni memiliki seorang anak yg bernama uluka.
Uluka bahkan terlibat dalam perang besar bharata yudha. Berikut kisahnya.
Uluka adalah
tokoh minor dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putra
raja Gandhara, Sangkuni dan ibunya bernama Arsi. Ayahnya tinggal
bersama bibinya yakni, Gandari, yang menjadi permaisuri Dretarastra dari Dinasti
Kuru di Hastinapura. Bersama sepupunya yang bernama Duryodana,
ayahnya kerap merencanakan pembunuhan terhadap lima Pandawa, keponakan
Raja Dretarastra.
tokoh minor dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putra
raja Gandhara, Sangkuni dan ibunya bernama Arsi. Ayahnya tinggal
bersama bibinya yakni, Gandari, yang menjadi permaisuri Dretarastra dari Dinasti
Kuru di Hastinapura. Bersama sepupunya yang bernama Duryodana,
ayahnya kerap merencanakan pembunuhan terhadap lima Pandawa, keponakan
Raja Dretarastra.
Dalam Mahabarata dikisahkan
bahwa Sangkuni berhasil membuat para Pandawa kalah dalam permainan dadu dengan
taruhan hukuman pengasingan. Ketika para Pandawa kembali dari masa
pengasingan mereka, Uluka pergi menjemput ayahnya yang tinggal di Hastinapura agar
pulang ke Gandhara. Namun, Sangkuni menolak karena ia beserta Duryodana berencana
untuk membinasakan para Pandawa dalam suatu perang besar.
bahwa Sangkuni berhasil membuat para Pandawa kalah dalam permainan dadu dengan
taruhan hukuman pengasingan. Ketika para Pandawa kembali dari masa
pengasingan mereka, Uluka pergi menjemput ayahnya yang tinggal di Hastinapura agar
pulang ke Gandhara. Namun, Sangkuni menolak karena ia beserta Duryodana berencana
untuk membinasakan para Pandawa dalam suatu perang besar.
Dalam Udyogaparwa dikatakan sebelum
perang dimulai, Duryodana mengutus Uluka ke perkemahan para Pandawa, untuk
menyampaikan pesan verbal dengan kata-kata kasar dan hinaan kepada para Pandawa
(Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa) beserta
sekutu mereka (Wirata, Drupada, Srikandi, Drestadyumna,
dan Kresna) sebagai taktik psikologis. Bima marah besar setelah
mendengar pesan yang disampaikan Uluka.
perang dimulai, Duryodana mengutus Uluka ke perkemahan para Pandawa, untuk
menyampaikan pesan verbal dengan kata-kata kasar dan hinaan kepada para Pandawa
(Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa) beserta
sekutu mereka (Wirata, Drupada, Srikandi, Drestadyumna,
dan Kresna) sebagai taktik psikologis. Bima marah besar setelah
mendengar pesan yang disampaikan Uluka.
Kresna
memotong pembicaraan lalu segera menyuruh Uluka kembali dengan damai, tetapi
Uluka tidak mau pergi sebelum menyampaikan seluruh pesan. Setiap orang yang
diberikan pesan memberikan balasan kepada Duryodana dengan perantara Uluka. Ia
kembali setelah menyampaikan seluruh pesan untuk kubu Pandawa. Tak lama setelah
itu, kedua pihak—Korawa dan Pandawa—segera mempersiapkan kekuatan
masing-masing.
memotong pembicaraan lalu segera menyuruh Uluka kembali dengan damai, tetapi
Uluka tidak mau pergi sebelum menyampaikan seluruh pesan. Setiap orang yang
diberikan pesan memberikan balasan kepada Duryodana dengan perantara Uluka. Ia
kembali setelah menyampaikan seluruh pesan untuk kubu Pandawa. Tak lama setelah
itu, kedua pihak—Korawa dan Pandawa—segera mempersiapkan kekuatan
masing-masing.
Ketika
perang yang dipersiapkan telah dimulai, Uluka memihak Korawa, sebagaimana
ayahnya. Ia terlibat pertempuran sengit dengan sepupunya, Yuyutsu, yang
dianggap telah berkhianat karena beralih dari kubu Korawa ke kubu Pandawa. Pada
akhirnya, ia dibunuh oleh Sadewa, yang bungsu di antara Pandawa. (TB)
perang yang dipersiapkan telah dimulai, Uluka memihak Korawa, sebagaimana
ayahnya. Ia terlibat pertempuran sengit dengan sepupunya, Yuyutsu, yang
dianggap telah berkhianat karena beralih dari kubu Korawa ke kubu Pandawa. Pada
akhirnya, ia dibunuh oleh Sadewa, yang bungsu di antara Pandawa. (TB)