KKN IGB Sugriwa dan UIN Walisongo Gelar Seminar Moderasi di Semarang

Author:
Share
Istimewa
KKN kolaborasi UHN IGB Sugriwa Denpasar dengan UIN Walisongo Semarang gelar seminar moderasi bergama di pondopo Kinanti, Semarang, Jawa Tengah.
Seminar ini menyasar para tokoh yang ada di kelurahan Wonolopo dan PHDI kecamatan Mijen serta mahasiswa dari kampus Universitas Diponogoro dan Universitas Wahid Hasyim.
Tema kegiatan ini yakni Memperkuat Moderasi Beragama dalam Bingkai Kebangsaan.
Acara tersebut diikuti dengan antusias oleh audiens sampai akhir acara.
Seminar moderasi bergama ini juga dilaksanakan mengingat saat ini masih ada oknum yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa melalui kedok agama. 
Dan juga seminar ini merupakan bentuk dari KKN MMK Kolaborasi yang tujuan tiada lain adalah untuk memperkuat pondasi moderasi bergama di kalangan generasi dan para tokoh sekali pun itu memang menjadi hal yang penting dan perlu untuk dilaksanakan. 
Narasumber dari kegiatan ini adalah Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Dr. Henny Perbowosari, S.Ag., M.Pd. dari UHN IGB Sugriwa Denpasar dan Luthfi Rahman, S.Th.I., M.S.I., M.A. selaku DPL dari UIN Walisongo Semarang.
Kegiatan ini dimoderatori oleh I Gede Mardi Yasa selaku Mahasiswa UHN IGB Sugriwa Denpasar. 
Dalam penyampaianya bahwa moderasi merupakan jalan tengah yang digunakan untuk menyatukan dan memperkuat moderasi beragama dan juga memperkuat keagamaan yang dianut oleh  masing-masing umat. 
Moderasi menjadi alternatif dari kegaduhan politik agama yang marak belakangan ini yang guna itu dapat menjadi pemecah persatuan di interen keluarga bahkan masyarakat. 
Jadi, jalan tengah tersebut adalah moderasi agar nantinya tercipta serta harmonis dalam kehidupan sehari-hari dan bisa saling memiliki satu sama lain. 
Pernyataan itu sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Luthfi Rahman selaku narasumber pertama.
“Moderasi beragama menjadi jalan tengah untuk menyatukan serta memperkuat sandi-sandi toleransi dan memperkuat pondasi keagamaan di tengah politik agam saat ini. Moderasi Beragama yang memiliki nilai-nilai filosofis yang tinggi dapat meningkat persatuan dan kesatuan ditengah gerusan zaman saat ini,” katanya. 
Sementara itu, Henny Perbowosari selaku DPL dari UHN IGB Sugriwa Denpasar mengatakan bahwa moderasi bergama tidak menjadi hal yang baru lagi cuma baru saat ini digalakkan karena di Hindu sudah ada sejak dahulu dan bukan barang baru lagi. 
“Saya, sepakat dengan Pak Luthfi bahwa moderasi beragama ini menjadi alternatif untuk mempersatukan dan memperkuat keimanan dalam menjalani rangkaian keagamaan yang dianutnya tanpa memperkucilkan agama lain. Dan juga kita sebagai umat beragama tidak hanya merasa empati kepada agama kita saja namun perlu adanya rasa empati kepada semua umat beragama saja karena agama sebagai baju yang menjadi penilaian adalah keseharian umatnya,” katanya.
Diskusi yang dipandu oleh moderator semakin hidup ketika dibuka sesi tanya-jawab bahkan dari perwakilan dua tokoh umat menyampaikan tanggapan dengan lugas yang dapat menghidupkan suasana diskusi. 
Perwakilan dari umat Hindu yang diwakili oleh PHDI kecamatan Mijen menyampaikan bahwa dalam agama Hindu ada filosofi yang dipegang teguh untuk menjalani kehidupan bermasyarakat yakni vasudewa kutumbakam dan Tri Hita Karana. 
Dua filosofi ini yang dipegang teguh oleh umat Hindu dalam menjalani dan melakoni kehidupannya sehingga kehidupannya harmonis tanpa ada perpecahan diantara umat bergama dan juga rasa toleransi yang muncul dari filosofi itu tinggi sehingga sampai saat ini kita menghormati semua agama karena kita tahu bahwa kita semua saudara. 
Dilanjutkan oleh ketua RW 5 di kelurahan Wonolopo bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara kita selayaknya harus saling memegang teguh persatuan dan kesatuan agar tidak terjadi perpecah di negara ini dan juga sebagai media untuk meningkatkan rasa toleransi kepada sesama umat beragama untuk menciptakan harmonisasi yang adi luhung ini. 
Sebagai akhir dari kegiatan ini disampaikan kesimpulan oleh moderator bahwa sejatinya moderasi bergama merupakan hal yang penting harus dikuasi dan digalakkan guna menunjang sebuah nilai-nilai toleransi beragama dan juga karena kita berada di bawah payung NKRI sudah sepatutnya kita menjujung tinggi nilai-nilai Pancasila dan mengamalkan filosofi negara yakni Bineka Tunggal Ika Tan hana darma mengrwa [berbeda-beda tapi tetep satu, tiada kebenaran yang mendua. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!