Makotek, Perayaan Kemenangan Merebut Kerajaan Blambangan

Author:
Foto Istimewa Panitia PKB
Tradisi
Makotek, yang selama ini dipentaskan setiap enam bulan sekali di Desa Munggu,
Badung, dalam PKB ke-41 tahun 2019 dipentaskan di atas panggung pentas.
Biasanya tradisi ini akan diadakan saat Sabtu Kliwon Kuningan atau Hari Raya
Kuningan.
Di
atas panggung Terbuka Ardha Candra, Senin 1 Juli 2019, tradisi ini ditampilkan
oleh  Sanggar Naraswari Dance Creation, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung
 dalam garapan Oratorium Makotekan Desa
Munggu. Garapan ini mengangkat sejarah awal mula tradisi Makotek di desa
Munggu.
Ceritanya,
bermula dari kisah kemenangan I Gusti Agung Alangkajeng yang berhasil merebut
kembali wilayah Blambangan dari Raja Mataram yang kemudian lahirlah tradisi
Ngerebeg-Makotek atau yang lebih akrab dengan sebutan Makotek.


Dulu
sekali, Raja Buleleng Ki Panji Sakti telah menyerahkan daerah Blambangan kepada
Raja Mengwi dan diberi gelar Cokorda Sakti Blambangan.
Foto Istimewa Panitia PKB
Dalam
perjalanannya, Raja Mataram yang sempat menguasai wilayah Blambangan tidak
dapat menerima hal itu dan memutuskan untuk membangun biduk kerja sama dengan
Kompeni (persekutuan Belanda) untuk merebut kembali wilayah Blambangan sehingga
berhasil mendapatkan kembali wilayah itu.
Melihat
kondisi itu, I Gusti Agung Alangkajeng yang bergelar Cokorda Munggu berusaha merebut
kembali wilayah yang telah diperolehnya dari Raja Buleleng itu bersama pasukan tangguh
Taruna Munggu. Keberhasilan itulah yang membuat Taruna Munggu merayakannya
dengan sebuah sambutan bernama Ngerebeg-Makotek dengan mengangkat tombak
setinggi-tingginya bersama pasukan lainnya. Tradisi Makotek ini telah terdaftar
dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai warisan
budaya tak benda tahun 2016.
Kepala
Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, Ida Bagus Anom Bhasma mengatakan
dipentaskannya makotek dalam panggung seni adalah bentuk perwujudan semangat
patriotisme di masyarakat yang masih terpelihara dalam era kekinian.


Koordinator
garapan, I Ketut Gede Narmada mengungkapkan pernah pada satu waktu makotek
tidak diadakan, seketika itu juga muncul grubug (bencana). Sejak itu tradisi
makotek tak pernah absen di Desa Munggu, Mengwi, Badung. Dalam pelaksanaanya,
sebelum tradisi makotek berlangsung, terlebih dahulu dilaksanakan sebuah ritual
ngerebeg yang memundut sebuah pusaka tamiang gede.
Dalam
tradisi mekotek yang ditampilkan di atas panggung ini, belasan pemuda Desa
Munggu yang tangguh memainkan kayu pule dengan gerakan searah dan penuh sorak
sorai, hingga satu pemuda memanjat susunan kayu pule yang telah dibentuk oleh
pemuda lainnya menjadi sebuah puncak yang amat tinggi. (TB)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!