Kejadian colek pamor tahun 2005. Foto Istimewa |
Ada
yang masih ingat kejadian ini? Bali pernah gempar oleh kejadian misterius colek
pamor pada tahun 2005 lalu. Dimana colek pamor tersebut berbentuk tapak dara
atau tanda tambah.
Fenomena
ini terjadi persisnya pada awal tahun 2005. Kejadian ini pun membuat geger dan
terjadi usai bencana besar tsunami di Aceh. Kejadian ini terjadi secara
berantai dari satu pura ke pura lain. Sejumlah pura, hampir di seluruh Bali
termasuk merajan milik keluarga dan pelangkiran juga tak luput dari tanda tapak
dara yang dibuat dengan colekan pamor atau kapur sirih.
Jajaran
Polda Bali saat itu pun ikut disibukkan untuk meneliti misteri colek pamor itu.
Sampel kapur putih dari pura di Kabupaten Karangasem, ujung timur Pulau Bali,
sampai pura di Tabanan, Bali barat, pun diteliti di Laboratorium Forensik Polda
Bali. Setiap hari secara berantai colek pamor terus merambah desa lintas
kabupaten dari Singaraja sampai Denpasar.
Dan
menurut kabar, ada warga yang berusaha menghapus colek pamor tersebut, namun ia
malah kerauhan. Akhirnya warga Bali pun membiarkan tanda itu tetap ada di
pelinggih mereka.
Yang
mengejutkan saat itu, colek pamor tapak dara ini juga muncul di kamar tidur Made
Mangku Pastika, yang saat itu menjabat sebagai Kapolda Bali. Colek pamor ini
ditemukan di pelangkiran atau tempat sesajen rumah dinas Mangku
Pastika. Ia baru tahu hal itu sepulang dari Jakarta.
Menurut
pengakuan Mangku Pastika yang dilansir dari Tempo, saat ditinggal ke Jakarta,
rumah dinas miliknya dikunci rapat, bahkan dijaga polisi 24 jam. Namun ternyata
colek pamor itu ditemukan ada di sana. Memang meninggalkan sebuah misteri. Mangku
Pastika pun berkata: “Saya bukan paranormal. Ini miracle. Sebuah
keajaiban. Believe it or not, but I believe it. Ini bukan perbuatan
manusia. Ini ada aspek niskala (maya).”
Hal
ini pun sangat meresahkan kala itu. Wakil Ketua Sabha Walaka Persatuan Hindu
Dharma Indonesia (PHDI) yang kala itu dijabat oleh I Ketut Wiana seperti
dikutif dari Detik.com mengatakan, simbol tapak dara yang terbuat dari kapur
sirih adalah salah satu bentuk simbol budaya Hindu di Bali. Simbol tapak dara bersifat
sangat lokal tetapi mempunyai makna yang sangat universal.
Goresan
berbentuk tanda tambah disebut tapak dara karena bentuknya menyerupai tapak
bekas kaki burung merpati atau dalam Bahasa Bali di sebut burung dara. Tanda
ini disebut Swastika yang digunakan sebagai simbol agama Hindu. Simbol itu
berarti, untuk tanda vertikal adalah sebagai lambang berbhakti kepada Tuhan
sementara tanda menyilang horisontal sebagai wujud pengabdian yang bersifat
timbal balik sesama manusia.
Ajaran
Hindu menyebutkan, alam beserta isinya berproses dalam tiga tahap, yaitu Srsti,
Swastika dan Pralaya. Srsti artinya keadaan alam baru dalam proses tercipta,
Swastika artinya proses alam dalam keadaan stabil serba seimbang dan Pralaya
artinya alam dalam proses peleburan menuju sumbernya yaitu sang pencipta.
Wiana
mengatakan, munculnya tanda tapak dara kemungkinan untuk mengingatkan warga
Bali agar menegakkan kembali makna simbol tersebut dalam kehidupan. Sebab,
penggunaannya di Bali kian pudar. Ia pun meminta agar masyarakat menanggapi
secara positif misteri tersebut.
Tahun 2018 fenomena ini pun kembali terulang. Dimana kejadian ini terjadi di
Buleleng dan Jembrana pada bulan November 2018. Dimana, saat itu warga Banjar
Banyuwedang, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng gempar
dengan munculnya colek pamor tersebut. Kabar ini beredar di media sosial
Instagram dan Facebook melalui dua potongan video, hingga mengundang perhatian
wargenet (netizen). Video pendek berdurasi 24 detik dan 59 detik itu itu
diposting oleh akun bernama Rodi Baley.
Selain
di Buleleng, di sejumlah pelinggih milik warga Jembrana juga banyak berisi colek
pamor. Seperti yang terjadi di Banjar Banyubiru, Desa Banyubiru, Negara.
Sejumlah pelinggih milik empat orang warga di banjar ini berisi colek pamor.
Pada tahun 2020, peristiwa colek pamor pada palinggih warga juga kembali muncul
di Buleleng saat pandemi Covid-19. Colek pamor ini ditemukan di palinggih warga
yang salah satunya berada di Kelurahan Banjar Jawa, Kecamatan/Kabupaten
Buleleng. (TB)