Mengenal Pura Agung Datu Magintir, Simbol Harmoni Spiritual Hindu-Dayak di Hulu Sungai Tengah

Author:
Share

Di tengah kawasan pegunungan Meratus yang asri, berdiri megah sebuah pura yang menjadi pusat spiritual umat Hindu di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan.

Pura Agung Datu Magintir, yang terletak di Desa Labuhan, Kecamatan Batang Alai Selatan, merupakan satu-satunya pura di kabupaten ini dan menjadi bukti nyata harmoni antara budaya Hindu dan tradisi lokal Dayak Meratus.

Pembangunan pura ini dimulai sejak tahun 2018 melalui gotong royong masyarakat dan bantuan sejumlah donatur.

BACA JUGA  Bolehkah Wanita Hindu Sembahyang Saat Menstruasi?

Setelah proses panjang, Pura Agung Datu Magintir akhirnya diresmikan pada 11 September 2022 oleh Kementerian Agama Kabupaten HST, bertepatan dengan bulan purnama, momen sakral bagi umat Hindu.

Salah satu keunikan Pura Agung Datu Magintir adalah adanya struktur Pandungkulan, yang berfungsi sebagai paduraksa atau gapura suci, dinamai berdasarkan istilah khas suku Dayak.

Pandungkulan ini dihiasi patung Balian, figur spiritual penting dalam budaya Dayak Meratus.

Keberadaan patung ini tidak hanya memperindah arsitektur, tetapi juga menjadi bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai leluhur masyarakat lokal.

BACA JUGA  Biodata dan Profil Happy Salma, Artis Multitalenta yang Pindah Agama dan Kini Jadi Keluarga Bangsawan di Ubud Bali

Menurut kepercayaan Dayak, Pandungkulan merupakan tempat suci untuk menyucikan diri secara lahir dan batin kepada Sang Hyang Widhi atau Nining Bahatara, serta kepada arwah para leluhur.

Prosesi mendungkul, sebuah ritual yang dilakukan dengan menggenggam kedua tangan dan meletakkannya di atas ubun-ubun, menjadi bagian penting dalam pelaksanaan ibadah di pura ini.

Ritual ini mencerminkan simbolisme mendalam antara tubuh, jiwa, dan kesadaran spiritual.

BACA JUGA  Roh Pelaku Ulah Pati Terperangkap 60.000 Tahun di Kegelapan Neraka dan Tidak Menyelesaikan Masalah

Di atas Pandungkulan berdiri Taruna Halang Balianan, simbol burung elang yang dipercaya sebagai kendaraan roh Balian menuju Swarga Loka atau alam tinggi dalam kepercayaan Dayak.

Sementara itu, Papan Baruwing, yang terletak di sekeliling pagar Pandungkulan, diyakini sebagai media pengantar sesajen atau doa kepada para dewa dan leluhur.

Peresmian pura ini juga diwarnai dengan pementasan seni khas lokal seperti tari Gintur Kreasi dan Capung, hasil binaan Sanggar Seni Dayak Meratus. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!