Otonan Selasa Pon Langkir, Menapaki Jalan Hidup dari Penderitaan Menuju Kebahagiaan

Author:
Share

Lahir Selasa Pon Wuku Langkir ini ramalannya. Dalam tradisi Bali, otonan adalah peringatan hari kelahiran berdasarkan kalender Pawukon, yang dirayakan setiap 210 hari atau enam bulan sekali.

Bagi mereka yang lahir pada Selasa Pon, dipercaya memiliki perjalanan hidup yang penuh dinamika, namun berujung pada kebahagiaan di masa tua.

Dalam perhitungan wariga Bali, hari Selasa (Anggara) memiliki urip 3, dan Pon memiliki urip 7. Jumlah keduanya menjadi 10, dan jika dikalikan dengan angka 6 (siklus otonan), maka usia yang dijatahkan menurut keyakinan wariga adalah 60 tahun.

BACA JUGA  10 Jenis Wewaran dalam Penanggalan Tradisional Bali, dari Ekawara hingga Dasawara, Lengkap Urip dan Arah

Perjalanan hidup menurut pal Sri Sedana.

  • Usia 0–6 tahun: penghasilan sedikit, masa awal yang penuh keterbatasan.
  • Usia 7–12 tahun: mendapat nilai 0, artinya masa penderitaan atau rawan sakit-sakitan.
  • Usia 13–18 tahun: masa yang sangat baik dan penuh keberuntungan. Namun disarankan agar tidak menghabiskan seluruh kesenangan di usia ini.
  • Usia 19–30 tahun: kembali mengalami penghasilan sedikit, sehingga penting untuk hidup hemat dan mengatur keuangan dengan bijak.
  • Usia 31–36 tahun: kehidupan kembali baik dan stabil.
  • Usia 37–48 tahun: mendapat nilai 0, menandakan masa sulit atau mungkin berhadapan dengan masalah kesehatan.
  • Usia 49–60 tahun: mendapat nilai 4, yang menandakan kehidupan yang sangat baik dan bahagia menjelang akhir usia.
BACA JUGA  Menelusuri Keindahan dan Sejarah Air Terjun Celek-Celek, Permata Tersembunyi di Klungkung, Bali

Dengan demikian, mereka yang lahir pada Selasa Pon diyakini akan merasakan kebahagiaan di masa tua setelah melalui berbagai fase kehidupan yang naik-turun.

Sementara itu, mereka yang lahir dalam Wuku Langkir dikenal memiliki karakter keras. Sifat-sifat seperti pemurka, tidak sayang pada diri sendiri, tidak penurut, banyak larangan, dan cenderung menakutkan, dipercaya melekat pada mereka. Bahkan, menurut kepercayaan, sifat ini bisa menular kepada orang-orang di sekitarnya.

BACA JUGA  Sejarah Desa Besan Klungkung, Konon Berasal dari Wilayah yang Direbut Saat Perang

Namun sebagaimana semua ramalan tradisional, kepercayaan terhadap wariga dan pal Sri Sedana diserahkan sepenuhnya kepada keyakinan masing-masing individu. Bagi masyarakat Bali, ini adalah bagian dari kearifan lokal yang dijunjung dalam tradisi, namun tetap dikembalikan kepada Tuhan dan kehendak-Nya. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!