Terletak sekitar 5 kilometer dari pusat Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali, Desa Dukuh dikenal sebagai desa tertua di wilayah tersebut.
Berdasarkan cerita turun-temurun, sejarah berdirinya desa ini dimulai sekitar tahun 700 Masehi, ketika nenek moyang warga Dukuh memulai petualangannya menyusuri berbagai wilayah hingga menetap di sebuah kawasan hutan belantara yang kelak dikenal sebagai Desa Dukuh.
Pada masa itu, wilayah ini masih berupa hutan lebat tanpa pemukiman penduduk. Para leluhur kemudian membabat hutan secara bertahap dan menjadikannya sebagai lahan pertanian, perkebunan, serta tempat tinggal.
Seiring waktu dan meningkatnya jumlah penduduk, terbentuklah satu kelompok masyarakat yang kemudian disebut banjar.
Kesadaran spiritual masyarakat juga tumbuh seiring perkembangan permukiman. Untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, mereka mendirikan Pura Tri Khayangan Desa yang terdiri atas Pura Puseh, Pura Desa, dan Pura Dalem.
Pendirian pura-pura ini menandai awal perwujudan nilai-nilai Tri Hita Karana, yaitu keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam.
Hubungan sosial dalam masyarakat Desa Dukuh kala itu sangat erat, ditandai dengan semangat gotong royong yang tinggi. Saat menyelenggarakan upacara keagamaan, warga banjar mengadakan musyawarah untuk memilih pemimpin upacara.
Dari hasil rapat tersebut, disepakati untuk mengangkat seorang tokoh yang dituakan sebagai pemangku, yang kemudian diberi gelar Ki Dukuh Bujangga Sakti. Sejak saat itu, setiap upacara adat atau keagamaan selalu dipuput oleh keturunan dari tokoh tersebut.
Nama “Desa Dukuh” sendiri berasal dari gelar sakral yang diberikan kepada pemangku pertama, yaitu Ki Dukuh Bujangga Sakti. Nama itu menjadi identitas kolektif masyarakat sekaligus penghormatan terhadap leluhur yang pertama kali menetap di kawasan tersebut.
Dalam perkembangannya, Desa Dukuh awalnya terdiri dari tiga dusun atau banjar, yaitu Dusun Dukuh, Dusun Bhuana Kusuma, dan Dusun Pandan Sari. Kini, wilayah ini telah berkembang menjadi enam dusun, seiring bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya tata kelola desa.
Kepemimpinan di Desa Dukuh juga telah berlangsung secara berkelanjutan. Dua kepala desa pertama yang adalah Jro Pasek Gede (1939–1947), Jro Tetep (1947–1962).
Kehidupan masyarakat Desa Dukuh hari ini masih erat dengan nilai-nilai adat dan budaya yang diwariskan oleh para leluhur. (TB)