 |
| Foto Istimewa |
Setelah
hari raya Galungan, lima hari kemudian masyarakat Hindu di Bali melaksanakan
hari raya Pemacekan Agung. Pemacekan Agung dilaksanakan setiap 210 hari atau
enam bulan sekali pada Senin (Soma) Kliwon wuku Kuningan.
hari raya Galungan, lima hari kemudian masyarakat Hindu di Bali melaksanakan
hari raya Pemacekan Agung. Pemacekan Agung dilaksanakan setiap 210 hari atau
enam bulan sekali pada Senin (Soma) Kliwon wuku Kuningan.
Dalam
Himpunan Keputusan Seminar Kesatua Tafsir
Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu I – IX disebutkan upacara yang digelar
saat hari raya ini yakni pesegehan agung di pintu masuk dengan penyambleh ayam
samalulung. Tujuannya yakni untuk mengembalikan Sang Bhuta Galungan beserta
pengikutnya.
Himpunan Keputusan Seminar Kesatua Tafsir
Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu I – IX disebutkan upacara yang digelar
saat hari raya ini yakni pesegehan agung di pintu masuk dengan penyambleh ayam
samalulung. Tujuannya yakni untuk mengembalikan Sang Bhuta Galungan beserta
pengikutnya.
Disebutkan
pula, pada hari ini merupakan tonggak batas antara permulaan dan berakhirnya
kegiatan Galungan yakni 30 hari kemuka dan 30 hari kebelakang, yang dimulai
dari Tumpek Wariga dan berlaku sampai Budha Keliwon Pahang.
pula, pada hari ini merupakan tonggak batas antara permulaan dan berakhirnya
kegiatan Galungan yakni 30 hari kemuka dan 30 hari kebelakang, yang dimulai
dari Tumpek Wariga dan berlaku sampai Budha Keliwon Pahang.
Doden
UNHI, I Made Yudabakti sebagaimana dikutip dari Bali Express mengatakan kata Pemacekan Agung berasal
dari kata Pacek dan Agung. Pacek bisa diartikan Tapa, sedangkan kata Agung
berarti kuat atau teguh. Sehingga makna pelaksanaan hari suci Peemacekan
Agung yakni karena telah kuat tapanya para umat Hindu terhadap godaan
Sang Kala Tiga, sehingga Sang kala Tiga dapat disomya dan kembali ke sumbernya.
UNHI, I Made Yudabakti sebagaimana dikutip dari Bali Express mengatakan kata Pemacekan Agung berasal
dari kata Pacek dan Agung. Pacek bisa diartikan Tapa, sedangkan kata Agung
berarti kuat atau teguh. Sehingga makna pelaksanaan hari suci Peemacekan
Agung yakni karena telah kuat tapanya para umat Hindu terhadap godaan
Sang Kala Tiga, sehingga Sang kala Tiga dapat disomya dan kembali ke sumbernya.
Selain
itu dalam Lontar Sundarigama disebutkan: Soma
Kliwon, pemancekan agung ngaran, masegeh agung ring dengen, mesambleh ayam
samalulung, pakenania. Ngunduraken sarwa buta kabeh.
itu dalam Lontar Sundarigama disebutkan: Soma
Kliwon, pemancekan agung ngaran, masegeh agung ring dengen, mesambleh ayam
samalulung, pakenania. Ngunduraken sarwa buta kabeh.
Kutipan
ini memiliki arti Soma Kliwon (Kuningan) disebut dengan Pemacekan Agung. Pada
sore harinya, umat Hindu patut mempersembahkan segehan agung di depan pintu
keluar rumah yang dilengkapi sambleh ayam semalulung yang disuguhkan kepada
Sang Bhuta Galungan beserta pengiringnya agar kembali ke tempatnya.
ini memiliki arti Soma Kliwon (Kuningan) disebut dengan Pemacekan Agung. Pada
sore harinya, umat Hindu patut mempersembahkan segehan agung di depan pintu
keluar rumah yang dilengkapi sambleh ayam semalulung yang disuguhkan kepada
Sang Bhuta Galungan beserta pengiringnya agar kembali ke tempatnya.
Selain
dalam lontar Dharma Kahuripan disebutkan: Pamacekan
Agung nga, panincepan ikang angga sarira maka sadhanang tapasya ring Sanghyang
Dharma. Ini berarti Pemacekan Agung juga merupakan pemusatan diri dengan
sarana tapa kepada Sang Hyang Dharma. (TB)
dalam lontar Dharma Kahuripan disebutkan: Pamacekan
Agung nga, panincepan ikang angga sarira maka sadhanang tapasya ring Sanghyang
Dharma. Ini berarti Pemacekan Agung juga merupakan pemusatan diri dengan
sarana tapa kepada Sang Hyang Dharma. (TB)