Mereka yang lahir pada Minggu Umanis Wuku Langkir, menyimpan berbagai ramalan menarik tentang perjalanan hidup dan bahkan jatah umur mereka.
Dalam perhitungan urip, hari Minggu memiliki nilai 5, demikian juga dengan pasaran Umanis.
Jika dijumlahkan menjadi 10. Dikalikan enam, maka menurut tradisi wariga, jatah umurnya adalah 60 tahun.
Lalu seperti apa warna kehidupan mereka yang lahir di Minggu Umanis Langkir?
Menurut Pal Sri Sedana, masa kecil mereka tidak selalu cerah. Pada usia 0–6 tahun, penghasilan sedikit. Usia 7–12 tahun, bahkan dinilai “0” — menunjukkan kemungkinan penderitaan atau kesakitan yang harus dilalui.
Namun, cahaya mulai bersinar pada usia 13–18 tahun. Masa ini disebut sebagai periode keemasan pertama—hidup berjalan sangat baik. Di sinilah, wariga mengingatkan agar tidak menghabiskan semua kesenangan sekaligus.
Sayangnya, setelah itu, pada usia 19–30 tahun, mereka kembali harus menata hidup. Penghasilan dinilai sedikit. Hemat dan manajemen keuangan jadi kunci.
Keadaan membaik lagi saat usia 31–36 tahun. Demikian pula umur 49–60 tahun, yang digambarkan sebagai masa baik sekali — menjadi periode emas kedua dalam hidup mereka.
Namun, harus tetap waspada. Sebab pada umur 37–48 tahun, kembali dinilai “0”, yang berarti harus bersiap menghadapi masa-masa sakit atau tantangan hidup yang cukup berat.
Karakter: Pemurka dan Tidak Sayang Diri
Dilihat dari Wuku Langkir, orang yang lahir di hari ini dikenal memiliki watak yang cukup keras. Mereka disebut pemurka (pemarah), tidak penurut, bahkan cenderung tidak menyayangi dirinya sendiri. Banyak pantangan yang mengelilingi mereka, dan aura “menakutkan” bisa memengaruhi orang di sekitarnya.
Namun, seperti semua ramalan, percaya atau tidak tetap kembali pada pribadi masing-masing. Wariga hanyalah salah satu cara kearifan lokal Bali membaca arah hidup manusia—bukan vonis mutlak.
Selamat otonan bagi Anda yang lahir Minggu Umanis Langkir. Semoga sifat kerasmu menjelma menjadi kekuatan dalam menghadapi kehidupan yang penuh liku. (TB)