Desa Ambengan merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
Desa ini berada di ketinggian sekitar 400 hingga 1000 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh tiga bukit, menjadikannya kawasan yang sejuk dan subur.
Nama “Ambengan” berasal dari bahasa Bali yang berarti rumput ilalang.
Nama ini muncul karena pada masa lampau, wilayah desa ini dipenuhi hamparan padang ilalang yang luas.
Sebelum dikenal sebagai Ambengan, desa ini awalnya bernama Sukadana.
Di masa awal, hanya terdapat satu banjar di desa Sukadana, yaitu Banjar Pebantenan.
Nama “Pebantenan” berasal dari kata “mebanten” yang berarti melakukan persembahyangan.
Banjar ini dinamai demikian karena sering digunakan sebagai tempat sembahyang warga desa, mengingat letaknya yang paling tinggi di wilayah Sukadana.
Perubahan besar terjadi pada tanggal 22 November 1815, ketika Danau Tamblingan meluap dan menyebabkan bencana besar yang menenggelamkan 17 desa, termasuk Pebantenan.
Lumpur setebal 20 hingga 40 kaki melanda wilayah tersebut, menewaskan sekitar 1.252 jiwa.
Desa-desa yang tenggelam antara lain Kede, Mendala, Tapuk Base, Sambangan, Bangkang, Galiran, Panji, Beratan, Banjar Tengah, Banjar Badung, Bungkulan, Buleleng, Pabean, Sukasada, Banyuning, dan Sukadana (termasuk Pebantenan).
Penduduk yang selamat dari banjir besar ini kemudian bermigrasi ke bagian timur Desa Sukadana, yang masih aman dari bencana.
Kawasan ini dikenal subur dan luas, sehingga menjadi tempat persinggahan para pedagang (pengalu) dari Bali Tengah, Selatan, dan Timur yang melakukan perjalanan dagang ke Bali Utara, khususnya ke kota Singaraja.
Karena daerah ini ditumbuhi padang ilalang dan sering dijadikan tempat beristirahat, para pedagang kemudian menyebut wilayah ini sebagai “Ambengan”.
Seiring berjalannya waktu, nama Sukadana mulai ditinggalkan dan masyarakat lebih mengenal wilayah ini sebagai Desa Ambengan.
Nama ini pun bertahan hingga saat ini dan menjadi identitas resmi desa tersebut. (TB)