![]() |
Istimewa |
Jayadrata
merupakan Raja Sindhu yang menikahi Dursala, adik perempuan Korawa bersaudara.
Jayadrata merupakan tokoh penting di balik pembunuhan Abimanyu, putra
Arjuna. Ia menghadang para kesatria Pandawa saat mereka berusaha
menyelamatkan Abimanyu.
Dalam
kitab Wanaparwa, yang mengisahkan masa pembuangan panca Pandawa di tengah
hutan, Jayadrata berusaha menculik dan mengawini Drupadi, istri para Pandawa.
Arjuna dan Bima berhasil menangkapnya, lalu membawanya ke hadapan Yudistira,
kakak sulung mereka.
Atas
permohonan dari Drupadi, Yudistira menyarankan agar Jayadrata dibebaskan, sebab
ia tidak tega melihat Dursala hidup menjanda. Sebelum membebaskan
Jayadrata, Bima mencukur rambutnya, dan menyisakan sedikit bagian saja.
Jayadrata
pun dendam terhadap perlakuan tersebut, dan ia melakukan tapa ke hadapan Siwa.
Ia memohon kekuatan untuk menaklukkan Pandawa, tetapi Siwa mengatakan bahwa itu
hal yang mustahil.
Meski
demikian, ia menganugerahkan agar Jayadrata mampu mengalahkan seluruh Pandawa
bersaudara (kecuali Arjuna) untuk satu hari saja. Jayadrata memihak Duryodana
dalam perang di Kurukshetra.
Pada
hari ketiga belas, Jayadrata menggunakan kekuatannya ketika menghentikan
Pandawa di dekat formasi Cakrawyuha yang sulit ditembus, yang dimasuki oleh
Abimanyu, putra Arjuna. Di dalam formasi tersebut, Abimanyu bertarung
sendirian.
Ia
dikepung oleh para kesatria Korawa dan terdesak, sementara kesatria-kesatria
Pandawa yang ingin menyelamatkan Abimanyu dihadang oleh Jayadrata. Saat
terjebak dan kesusahan, Abimanyu dibunuh dengan curang.
Arjuna
terkejut dan bersedih setelah mendengar kematian Abimanyu. Atas penjelasan para
ksatria Pandawa, Arjuna bersumpah bahwa ia akan membakar dirinya sendiri pada
akhir hari keempat belas apabila ia tidak berhasil membunuh Jayadrata.
Pada
hari keempat belas, Arjuna berencana untuk membunuh Jayadrata. Namun ribuan
kesatria dan prajurit dari pihak Korawa melindungi Jayadrata dan memisahkannya
dengan Arjuna. Sampai hari menjelang sore, Arjuna belum berhasil menjangkau
Jayadrata dan membunuhnya, dan apabila setelah malam tiba Arjuna belum berhasil
membunuh Jayadrata maka ia akan membakar dirinya sendiri.
Kresna
yang melihat Arjuna dalam kesusahan mencoba membantunya dengan membuat gerhana
matahari semu. Saat suasana menjadi gelap, pihak yang bertarung merasa bahwa
perang pada hari itu sudah berakhir karena malam sudah tiba. Pasukan Korawa
yang melindungi Jayadrata pulang ke kemah mereka.
Pada
saat Jayadrata tak terlindungi, matahari muncul kembali dan ternyata hari belum
malam. Pada kesempatan itu, Arjuna menyuruh Kresna agar menjangkau Jayadrata.
Saat mendekat, ia melepaskan anak panahnya dan memutuskan leher Jayadrata
dengan senjata sakti Pasupati.
Atas
saran dari Kresna, Arjuna mengarahkan agar senjata tersebut membawa kepala
Jayadrata ke pangkuan ayahnya, Wredaksatra yang sedang bermeditasi. Sebelum
perang terjadi, Wredaksatra menganugerahkan bahwa siapa pun yang membuat kepala
anaknya menyentuh tanah, maka kepala orang tersebut akan meledak menjadi
seratus serpihan.
Saat
kepala anaknya jatuh di pangkuannya, Wredaksatra terkejut, lalu tanpa sengaja
menjatuhkan kepala tersebut. Hal itu pun mengakibatkan kepalanya langsung
pecah.
Dalam
kitab Aswamedikaparwa dikisahkan, setelah perang berakhir, Arjuna bertarung
dengan pasukan Sindhu ketika mereka menolak untuk mengakui Yudistira sebagai
maharaja. Ketika Dursala, istri Jayadrata, keluar untuk melindungi
putranya, yaitu raja muda penerus takhta Sindhu, Arjuna menghentikan
pertarungan. (TB)
Tonton kisahnya di video ini