![]() |
Foto Istimewa |
Sugihan
Jawa merupakan rangkaian dari Hari Raya Galungan. Dirayakan enam hari sebelum
Galungan tepatnya pada Kamis (Wraspati) Wage wuku Sungsang. Sugihan Jawa
berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Sugi dan Jaba.
Jawa merupakan rangkaian dari Hari Raya Galungan. Dirayakan enam hari sebelum
Galungan tepatnya pada Kamis (Wraspati) Wage wuku Sungsang. Sugihan Jawa
berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Sugi dan Jaba.
Sugi (masugi)
artinya bersih atau pembersihan diri, sedangkan Jaba artinya luar atau
makrokosmos. Sehingga Sugihan Jawa berarti pembersihan alam
semesta atau makrokosmos atau bhuana agung.
artinya bersih atau pembersihan diri, sedangkan Jaba artinya luar atau
makrokosmos. Sehingga Sugihan Jawa berarti pembersihan alam
semesta atau makrokosmos atau bhuana agung.
I
Wayan Budi Utama dalam Ritual Galungan: Dari Tradisi Agraris Menuju Tradisi
Metropolis yang dimuat di Warta Hindu Dharma NO. 527 Nopember 2010 menuliskan,
kata Jawa ini mengingatkan pada bentuk biji-bijian (kebutuhan akan pangan) yang
akan digunakan pada perayaan Galungan seperti ketan, beras dan lain sebagainya.
Wayan Budi Utama dalam Ritual Galungan: Dari Tradisi Agraris Menuju Tradisi
Metropolis yang dimuat di Warta Hindu Dharma NO. 527 Nopember 2010 menuliskan,
kata Jawa ini mengingatkan pada bentuk biji-bijian (kebutuhan akan pangan) yang
akan digunakan pada perayaan Galungan seperti ketan, beras dan lain sebagainya.
Sementara
itu, dalam Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-Aspek
Agama Hindu I – IX disebutkan Sugihan Jawa merupakan pensucian Bhuwana Agung,
pemeretistan ring Bhatara Kabeh prakertinya arerebu ring Sanggah, muang ring
Pemerajan kunang. Dulurin pangerraratan muang pangereresikan Bhatara saha puspa
wangi.
itu, dalam Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-Aspek
Agama Hindu I – IX disebutkan Sugihan Jawa merupakan pensucian Bhuwana Agung,
pemeretistan ring Bhatara Kabeh prakertinya arerebu ring Sanggah, muang ring
Pemerajan kunang. Dulurin pangerraratan muang pangereresikan Bhatara saha puspa
wangi.
Tujuannya
yakni mensthanakan (ngadegang) Dewa dan Pitara dengan melaksanakan upacara pensucian
semua alat-alat untuk hari Galungan. Pembersihan bhuana agung ini dilakukan
dengan membersihkan pelinggih, pura, merajan, maupun lingkungan sekitar. Dihaturkan
pula canang pengreresik dan canang raka di merajan maupun Paibon.
yakni mensthanakan (ngadegang) Dewa dan Pitara dengan melaksanakan upacara pensucian
semua alat-alat untuk hari Galungan. Pembersihan bhuana agung ini dilakukan
dengan membersihkan pelinggih, pura, merajan, maupun lingkungan sekitar. Dihaturkan
pula canang pengreresik dan canang raka di merajan maupun Paibon.
Dalam
Lontar Sundarigama juga disebutkan: Sungsang, Wrehaspati Wage ngaran
parerebwan, Sugyan Jawa kajar ing loka, katwinya sugyan jawa ta
ngaran, apan pakretin bhatara kabeh arerebon ring sanggar mwang ring
parhyangan, dulurin pangraratan, pangresikan ring bhatara, saha puspa wangi.
Kunang wwang wruh ing tatwa jana, pasang yoga, sang wiku anggarga puja, apan
bhatara tumurun mareng madyapada, milu sang dewa pitara, amukti banten anerus
tekeng galungan.
Lontar Sundarigama juga disebutkan: Sungsang, Wrehaspati Wage ngaran
parerebwan, Sugyan Jawa kajar ing loka, katwinya sugyan jawa ta
ngaran, apan pakretin bhatara kabeh arerebon ring sanggar mwang ring
parhyangan, dulurin pangraratan, pangresikan ring bhatara, saha puspa wangi.
Kunang wwang wruh ing tatwa jana, pasang yoga, sang wiku anggarga puja, apan
bhatara tumurun mareng madyapada, milu sang dewa pitara, amukti banten anerus
tekeng galungan.
Kutipan
ini memiliki arti yakni pada Kamis Wage Sungsang disebut dengan parerebon atau
yang lebih dikenal dengan Sugihan Jawa. Dinamakan Sugihan Jawa karena
merupakan hari suci bagi para Bhatara untuk melakukan rerebu di sanggah dan
parahyangan, yang disertai pangraratan dan pembersihan untuk Bhatara dengan
kembang wangi.
ini memiliki arti yakni pada Kamis Wage Sungsang disebut dengan parerebon atau
yang lebih dikenal dengan Sugihan Jawa. Dinamakan Sugihan Jawa karena
merupakan hari suci bagi para Bhatara untuk melakukan rerebu di sanggah dan
parahyangan, yang disertai pangraratan dan pembersihan untuk Bhatara dengan
kembang wangi.
Orang
yang memiliki kemampuan dalam hal tatwa akan melakukan yoga semadhi, pendeta
akan melakukan pemujaan tertinggi, karena Bhatara pada hari ini turun ke dunia
diiringi oleh para Dewa Pitara untuk persembahan hingga Galungan nanti.
yang memiliki kemampuan dalam hal tatwa akan melakukan yoga semadhi, pendeta
akan melakukan pemujaan tertinggi, karena Bhatara pada hari ini turun ke dunia
diiringi oleh para Dewa Pitara untuk persembahan hingga Galungan nanti.
Rerebu
atau marerebon ini bertujuan untuk menetralisir kekuatan negatif yang ada pada
alam semesta atau Bhuana Agung. Untuk sesajennya yaitu sesayut tutwan atau
pangarad kasukan. (TB)
atau marerebon ini bertujuan untuk menetralisir kekuatan negatif yang ada pada
alam semesta atau Bhuana Agung. Untuk sesajennya yaitu sesayut tutwan atau
pangarad kasukan. (TB)