![]() |
Ist |
Ulah
pedagang asongan atau pedagang acung di Pantai Kuta, Badung Bali membuat
seorang wisatawan asing atau bule marah. Ia meluapkan kemarahannya tersebut
lewat potongan video berdurasi 18 detik. Video tersebut pun viral di media
sosial dan mendapat reaksi beragam dari netizen.
Banyak
netizen menyayangkan ulah pedagang acung yang membuat wisatawan tersebut marah.
Padahal saat ini pariwisata di Pulau Bali belum pulih setelah dihantam badai badai
pandemi Covid-19 selama dua tahun. Video ini pun mulai viral pada Jumat, 22
April 2022 pagi.
Dalam
video tersebut, seorang bule perempuan yang belum diketahui
identitasnya tiba – tiba viral lantaran berkata dengan nada emosi kapok
ke Kuta. Bule perempuan berambut pirang tersebut mengenakan kacamata.
Dalam
video yang beredar, bule bertutur tentang kondisi Kuta yang buruk menggunakan
bahasa Inggris. Bule perempuan itu terekam mengkritisi situasi di Pantai Kuta
dengan latar laut dan pasir putih yang memang identik dengan Pantai Kuta
di Bali. “Pantai Kuta itu buruk. Orang datang maksa mereka pas lagi
jalan di pantai. Itu sangat mengesalkan dan tak akan mau balik lagi,”
begitu kata si bule jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Terlihat bule perempuan
berambut pirang tersebut marah besar. Ia meluapkan emosi dan
penilaian buruknya tentang Kuta – Bali dalam video itu. Bule tersebut
bahkan mengaku kapok datang ke Pantai Kuta karena diperlakukan buruk oleh para
pedagang. Ia menyatakan tak ingin kembali berwisata ke Pulau Dewata.
Terkait
hal tersebut, Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace yang
dilansir dari kumparan.com mengaku sudah mendengar sejumlah keluhan dari
wisatawan asing mengenai keberadaan pedagang acung di Pantai Kuta. Cok Ace
mengatakan, ada turis dari Australia yang dipaksa untuk membeli barang dagangan
dari pedagang acung.
“Ya
sudah saya dengar keluhan yang terjadi (turis asal) Australia bahkan ada
pemaksaan terhadap wisatawan dari penjual-penjual asongan dari sana,” kata
dia saat menghadiri apel persiapan mudik lebaran di Lapangan Renon, Kota
Denpasar, Jumat (22/4/2022).
Cok
Ace memaklumi tindakan pedagang acung tersebut karena sepinya wisatawan selama
pandemi COVID-19. Ia berharap baik masyarakat dan pelaku wisata dapat
menghargai privasi wisatawan di objek-objek wisata.
“Karena
kondisi sosial ini memang sangat rentan sekali dari sebelumnya, dua tahun kita
dalam keadaan suffer sekarang begitu ada sedikit wisatawan pasti ada sedikit
gerakan (menjajakan dagangan kepada wisatawan) dan itu perlu kita
antisipasi,” kata dia.
Cok
Ace telah berkoordinasi dengan pihak desa adat dan pelaku wisata agar hal yang
sama tidak terjadi kembali. Ia mengatakan, akan meminta pecalang dan Satpol PP
memperketat keamanan dan rutin melakukan giat razia gelandangan dan pengemis di
objek wisata.
“Kami
koordinasikan dengan bendesa (perangkat desa), mudah-mudahan ada tanggung jawab
kita bersama, di masyarakat kita harap memperhatikan bersama. Sekarang akan
kita lebih intens kita lakukan,” kata dia.
Cok
Ace juga berharap para pelaku wisata peka dengan keadaan sekitar, termasuk
mencegah hal yang berpotensi menimbulkan adanya kriminal di objek wisata.
“Pelaku
wisata saya harapkan tidak saja mengamankan wilayah kerjanya saja tapi mari
kita sama-sama peduli pada hal-hal yang berpotensi menimbulkan kriminal dan
gangguan kepada wisatawan,” kata dia.
Sementara
itu, dilansir dari Tribun Bali, Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali,
Puspa Negara mengatakan kondisi yang viral ini tentu menjadi kondisi yang
menyakitkan menurutnya didestinasi pariwisata.
Menurutnya
keamanan dan kenyamanan wisatawan adalah tanggung jawab Masyarakat, dan sisanya
memiliki tanggung jawab partisipatif. Kondisi yang viral ini tentu menjadi
kondisi yang menyakitkan menurutnya didestinasi pariwisata. Hal tersebut karena
ditengah Bali sedang menyambut pembukaan kembali pariwisata secara
internasional. Dan memang wisatawan sudah mulai berdatangan kembali meskipun
belum dalam jumlah yang begitu banyak.
“Meskipun demikian Bali sudah bertumbuh kita apresiasi pada pemerintah
yang sudah berjuang untuk membuka border internasional. Meskipun diawal border
internasional dibuka tanggal 14 wisman belum datang kemudian tiba-tiba
ditanggal 3 February Garuda dari Narita Tokyo mendarat di Denpasar Ngurah Rai
membawa wisatawan dan mulai babak baru pariwisata kita di Bali,” imbuhnya.
(TB)