Kisah Seorang Rsi yang Tergoda Bidadari Saat Bertapa hingga Punya Anak

Author:
Share


Ini merupakan kisah hidup seorang Rsi yang bernama Rsi Wiswamitra. Beliau
merupakan bagian dari Sapta Rsi atau tujuh Rsi penerima wahyu Tuhan. Nama
Wiswamitra juga muncul dalam kitab Ramayana, bersama dengan Resi Wasista. Namun
dalam Ramayana, Resi Wiswamitra berasal dari keturunan kesatria dan dulu
merupakan seorang raja.

Wiswamitra merupakan keturunan seorang raja pada zaman India Kuno, dan ia juga
dipanggil Kaushika (keturunan Kusha). Ia merupakan kesatria yang gagah berani
yang merupakan cicit dari raja bernama Kusha. Salah satu dari empat putera
Kusha adalah Kushanubha, yang melaksanakan upacara Puthrakameshti dan
mendapatkan putera bernama Gadhi sebagai hasilnya. Kaushika, atau Wiswamitra,
adalah putera Raja Gadhi. Kaushika menggantikan ayahnya dan memerintah dengan
baik. Ia sangat dicintai oleh rakyatnya.

Pada suatu ketika, Raja Kaushika (Wiswamitra) beserta angkatan perangnya yang
kuat beristirahat di asrama Resi Wasista. Dengan penuh sopan santun, Resi
Wasista menyambut Raja Kaushika. Resi Wasista menunjukkan segala keindahan dan
kemakmuran di lingkungan pertapannya, termasuk lembu sakti yang dimilikinya
yang bernama Sabala.

Lembu sakti tersebut dapat menciptakan segala sesuatu yang diinginkan oleh
majikannya, ibarat mata air yang tidak pernah kering. Melihat kesaktian lembu
tersebut, Kaushika berkeinginan untuk memilikinya. Kemudian ia mengerahkan
angkatan perangnya untuk merebut Sabala.

Menanggapi hal tersebut, Resi Wasista menyuruh Sabala agar menciptakan angkatan
perang. Maka tak lama kemudian, pertempuran terjadi antara pasukan Kaushika
dengan pasukan yang diciptakan Sabala. Saat pasukan Kaushika terdesak, pasukan
Sabala semakin bertambah. Akhirnya Kaushika mengakui kekalahannya dan pergi
dari asrama Resi Wasista.

Setelah menyerahkan tahta kerajaan kepada salah satu puteranya, Kaushika pergi
ke gunung Himalaya dan melakukan tapa memuja Dewa Siwa. Setelah Siwa muncul
karena berkenan dengan tapa yang dilakukan Kaushika, Kaushika memohon agar ia
memperoleh senjata sakti. Siwa mengabulkan permohonan tersebut dan memberikan
senjata sakti kepada Kaushika. Dengan senjata sakti tersebut, Kaushika datang
kembali ke asrama Resi Wasista.

Setelah mengerahkan segala senjata yang diperolehnya melalui tapa, Kaushika
belum mampu menaklukkan Wasista karena hanya dengan sebuah tongkat bernama
Brahmadanda, Wasista mampu melumpuhkan segala senjata sakti Kaushika, termasuk
senjata Brahmastra yang dianggap sebagai senjata paling mematikan dalam
Mitologi Hindu. Karena merasa bahwa anugerah yang diberikan Dewa Siwa sia-sia,
Kaushika mohon pamit dan meninggalkan asrama Wasista dengan malu.

Setelah kekalahannya di asrama Wasista, Kaushika bertapa memuja Dewa Brahma
untuk memperoleh gelar Brahmaresi supaya menyamai Resi Wasista. Setelah bertapa
selama bertahun-tahun, Dewa Brahma muncul karena berkenan, kemudian memberi
gelar Rajaresi kepada Kaushika.

Untuk memperoleh gelar Brahmaresi, Kaushika melakukan tapa yang sangat berat.
Namun ia tidak dapat menahan amarah selagi melakukan tapa, sehingga
berkali-kali usaha yang ia lakukan gagal. Setelah menyadari kesalahannya,
Kaushika melanjutkan tapa yang lebih berat. Karena berkenan dengan tapa yang
dilakukannya, Dewa Brahma muncul dan memberi gelar “Resi sejati”
kepada Kaushika.

Pada suatu ketika, kekuatan yang diperolehnya melalui tapa terkuras habis
karena melakukan upacara besar demi menolong Raja Trisangku. Maka dari itu,
Kaushika melakukan tapa yang lebih berat di Pushkara. Melihat keteguhan hati
Kaushika, para dewa mengirimkan bidadari cantik bernama Menaka untuk
menggodanya.

Menaka diutus oleh Indra, Raja para Dewa, untuk menggagalkan tapa yang
dilakukan oleh Wiswamitra. Namun ia takut menjalankan tugas sendirian, sebab ia
tahu bahwa kutukan Wiswamitra yang sedang marah sangat dahsyat. Akhirnya Indra
menjamin bahwa ia akan ditemani oleh Dewa Bayu dan Dewa Kama. Setelah yakin
dengan jaminan Indra, Menaka menuju ke tempat pertapaan Wiswamitra.

Setelah tiba di tempat tujuan, Dewa Bayu menyebarkan bau harum Menaka untuk
memancing asmara Wiswamitra. Setelah Wiswamitra membuka mata, Dewa Bayu
menyingkap kain yang dikenakan Menaka. Pada saat itulah, Dewa Kama memanah
Wiswamitra dengan panah asmara. Akhirnya, nafsu asmara Wiswamitra bangkit untuk
mencintai Menaka.

Selama beberapa tahun keduanya menjalin cinta, tetapi Wiswamitra akhirnya sadar
bahwa Menaka hanyalah godaan yang diberikan oleh Indra untuk menggoda tapanya.
Dengan sorot mata yang memancarkan kemarahan, Wiswamitra memandang Menaka.
Menaka gemetar ketakutan dan memohon ampun di hadapan Wiswamitra supaya ia
tidak dikutuk, sebab ia hanya menjalankan tugas.

Wiswamitra tidak mengutuk Menaka, tetapi ia kecewa sebab pantangan yang ia
taati selama bertahun-tahun dilanggarnya karena telah menjalin cinta dengan
bidadari Menaka. Akhirnya Wiswamitra pergi meninggalkan Pushkara dan pergi menuju
Himalaya untuk melanjutkan tapanya. Beberapa versi mengatakan bahwa Wiswamitra
mengutuk Menaka agar mereka melupakan segala cintanya.

Karena telah menyelesaikan tugasnya, Menaka kembali ke kahyangan, tetapi ia
juga hamil setelah menjalin hubungan asmara dengan Wiswamitra. Di hulu sungai
Malini yang terletak di kaki Gunung Himalaya, Menaka melahirkan seorang bayi
perempuan. Bayi tersebut ditinggalkan begitu saja sementara sang ibu terbang ke
kahyangan.

Kemudian Bagawan Kanwa yang sedang berada di dekat sungai Malini menemukan bayi
tersebut sedang dijaga oleh burung Sakuni. Karena kasihan, bayi itu dipungut
lalu diberi nama “Sakuntala”, oleh sebab ia dirawat oleh burung
Sakuni. Sakuntala lalu menikah dengan Duswanta, dan melahirkan seorang raja
terkenal yang bernama Bharata.

Setelah melakukan tapa yang berat selama bertahun-tahun di Himalaya, Dewa
Brahma muncul dan memberi gelar “Maharesi” kepada Kaushika. Namun
Kaushika masih kecewa dengan gelar yang diperolehnya sehingga ia melakukan tapa
lagi. Melihat keteguhan hati Kaushika, para dewa terperanjat.

Kemudian mereka mengirim bidadari Ramba untuk menggoyahkan tapa Kaushika.
Dengan diiringi Dewa Kama (cinta) dan roh musim semi, Ramba pergi untuk
menggoda Kaushika. Mereka menciptakan suasana indah di hadapan Kaushika. Karena
merasa terganggu, Kausika membuka matanya dan melihat seorang bidadari
tersenyum di hadapannya.

Pemandangan yang membangkitkan hawa nafsu tersebut membuat Kaushika sadar, lalu
ia mengutuk Ramba agar menjadi batu selama sepuluh tahun (beberapa versi
mengatakan seribu tahun). Namun Kaushika kecewa karena kemarahan tersebut telah
menghancurkan kemurnian tapa yang ia lakukan bertahun-tahun. Dengan kecewa, ia
pergi ke hutan rimba di Himalaya timur dan menempuh tapa yang berat di tempat
tersebut.

Setelah melakukan tapa yang keras selama bertahun-tahun, badan Kaushika
mengeluarkan asap dan menyelimuti bumi. atas permohonan para dewa, Brahma
muncul di hadapan Kaushika. Kemudian Dewa Brahma memberi gelar
“Brahmaresi” kepada Kaushika. Ia juga mengubah nama Kaushika menjadi
Wiswamitra, yang berarti “teman semua orang” karena kasih sayangnya
yang tak terbatas.

Wiswamitra senang mendengar hal tersebut, tetapi ia masih belum puas apabila ia
tidak mendengar langsung bahwa Resi Wasista mengakuinya sebagai Brahmaresi.
Saat ia masih sangsi, tiba-tiba Resi Wasista muncul di hadapannya dengan senyum
penuh persahabatan dan memeluk Wiswamitra. Ia juga mengakui bahwa Wiswamitra
adalah seorang Brahmaresi. Pada saat itu juga, permusuhan antara Wiswamitra dan
Wasista lenyap kemudian berubah menjadi persahabatan. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!