Ilustrasi: phdi.or.id |
Meskipun
tujuan tertinggi dalam Hindu adalah moksa atau bersatunya Atman dengan
Paramatman, namun umat Hindu termasuk di Bali mengenal istilah sorga dan
neraka. Sorga digambarkan sebagai tempat yang menyenangkan, sedangkan neraka
merupakan tempat penyiksaan atma yang berdosa.
Salah
satu tempat penyiksaan bagi atma yang berdosa, yakni di bawah kayu curiga. Hal
ini termuat dalam beberapa lontar kuna di Bali. Beberapa lontar tersebut di
antaranya Kakawin Aji Palayon dan lontar Atmaprasangsa.
Dalam
Kekawin Aji Palayon ada petikan yang berbunyi:
Prasada
wesyana ri uttara adwajereng, Unggwang paratma nikanang prabhuutamengrat,
ungkur punang susala kadgatahen marambaya, Atma ngracun nwaparanesti aneng
tarungku.
Arti
dari kutipan tersebut yakni istana besi di utara hitam benderanya, tempat atma
para raja yang utama memimpin dunia. Sementara di belakang istana besi itu ada
pohon kayu curiga (berdaun keris) yang sangat lebat, Atma yang suka meracun dan
menyantet orang lain bertempat di sana.
Sementara
itu, dalam lontar Atma Prasangsa dinyatakan ada beberapa jenis tempat penyiksaan
roh yang bersalah dan salah satunya adalah kayu curiga.
Disebutkan
bahwa Kayu Curiga adalah kayu besar yang berdaun keris. Dikatakan bahwa, atma
yang semasa hidupnya suka selingkuh, maka ia akan diikat dibawah pohon itu. Paksi
Raja atau burung raksasa akan menggoyang-goyangkan pohon itu sehingga daun
kerisnya akan berjatuhan. Daun itu akan menancap di tubuh Atma tersebut.
Sementara
itu, penulis buku tantra yang juga Dosen IHDN Denpasar I Ketut Sandika seperti
dilansir dari blog Wak Laba mengatakan Pohon Curiga ini termuat dalam beberapa
lontar yakni Aji Palayon, Atma Prasangsa, Yama Tattwa dan teks klasik yang
sejenis.
Disebutkan
dalam teks tersebut bahwa pohon ini adalah pohon besar yang tumbuh di alam
kematian yang berbuah besi dan berdaun tajam menyerupai keris. Roh yang
melakukan karma buruk tertentu diikat dibatang pohon ini, sedikit roh bergerak
maka daun yang tajam akan terjatuh dan menusuk sang roh, di sana roh akan
merasakan sakit luar biasa.
Ia
mengatakan pohon curiga tidak ubahnya adalah pohon keinginan yang bercabang
dengan segala hasrat inderawi yang berdaun pemenuhan dan berbuah wasana (efek
karma) yang akan dinikmati jiwa.
Menurutnya,
pohon itu ada dalam diri kita, ia tidak ada di alam kematian. Pohon keinginan
yang mewujud dalam berbagai hasrat inderawi yang harus terpuaskan. Jiwa yang
hinggap pada pohon pun terlalu “asik” dengan rimbunya daun pemenuhan
dan memakan buahnya.
Jiwa
pun terikat oleh segala keinginan itu, sehingga ia lupa akan kesejatiannya. Meskipun
sesekali ia menghadap pada puncak pohon, tetapi buah-buah terlalu nikmat untuk
dilahap. Pohon inipun tumbuh subur, dan semakin jiwa terikat oleh nikmatnya
yang sejatinya adalah semu.
Sementara
itu, dalam blog Sejarah Hari Raya Hindu dituliskan hutan pohon kayu curiga
merupakan sebuah hutan dengan pohon besar-besar berdaun senjata tajam dan
berbuah bola besi. Atma yang melewati hutan tersebut akan diuji dengan jatuhnya
senjata-senjata tajam dan bola besi itu. Disebutkan pula, makin banyak dosa, maka
akan makin sakit rasanya. (TB)
Referensi
http://waklaba.blogspot.com/2019/02/pohon-curiga.html?m=1
https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2011/11/pohon-kayu-curiga.html?m=1