Warga Bali Bernama Gusti Tinggal di Jakarta Tahun 1709, Lokasinya Dikenal dengan Kampung Gusti

Author:
Ist

Warga
Bali tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Mereka akan menetap dan membuat
semacam perkampungan di daerah tempat mereka tinggal. Hal ini tak hanya bisa
ditemui di daerah Lampung ataupun Kalimantan, namun juga di kota besar yakni
Kota Jakarta. Di Jakarta ada sebuah kampung bernama Kampung Gusti. Ini
Sejarahnya.

Dilansir
dari situs encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, Kampung Bali Angke sekarang
menjadi Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Di sana terdapat
sebuah masjid tua, yang menurut prasasti yang terdapat di dalamnya, dibangun
pada 26 Sya’ban 1174, atau 2 April 1761.

Di
halaman depan masjid itu terdapat kuburan, antara lain makam Pangeran Syarif
Hamid dari Pontianak, yang riwayat hidupnya ditulis di Koran Javabode tanggal
17 Juli 1858. Dewasa ini masjid tersebut biasa disebut Masjid Al-Anwar, atau
Masjid Angke.

Pada
tahun 1709 di kawasan itu mulai pula bermukim orang-orang Bali di bawah
pimpinan Gusti Ktut Badulu, yang pemukimannya berseberangan dengan pemukiman
orang-orang Bugis, di sebelah utara Bacerachtsgracht, atau Jl. Pangeran Tubagus
Angke sekarang. Perkampungan itu dahulu dikenal dengan sebutan Kampung Gusti.

Dilansir
dari Wikipedia, Kampung Gusti adalah sebuah kampung yang terletak di sekitar
Masjid Angke atau Masjid Al-Anwar di kelurahan Angke, kecamatan Tambora,
Jakarta Barat, Jakarta. Kampung ini diberi nama demikian karena pernah menjadi
tempat tinggal orang Bali yang bernama Kapten Gusti Ktut Badudu bersama
pasukannya.

Diketahui,
bahwa dulu, kompi-kompi Bali sering ikut berperang di India, Persia, dan
Indonesia Timur. Setelah Perang Banten tahun 1682 hingga 1683, Ida Gde
Baba(n)dam, seorang komandan dari Bali diberikan tanah Kedung Badak sebagai
balasan atas jasanya menyediakan tujuh ratus tentara Bali.

Pada
tahun 1687, di wilayah Batavia terdapat tiga kompi Bali. Namun, banyak budak
Bali yang melarikan diri. Budak-budak ini melawan VOC di seluruh Jawa, di bawah
pimpinan Untung Suropati. Untung Suropati merupakan budak yang dijual dari Bali
ke Batavia. Semula ia dipenjarakan, tetapi berhasil melarikan diri. Ia
membentuk gerombolan bekas budak di wilayah luar Batavia.

Tujuh
ribu bawahannya tinggal di suatu desa di sekitar Karawang. Keberadaan
gerombolan ini sangat mengganggu VOC, walaupun akhirnya VOC berhasil membujuk
Suropati supaya mau bekerjasama. Suropati mendapatkan jabatan sebagai letnan
tentara. Namun, ia menceraiberaikan patroli VOC setelah dihina oleh tentara
Belanda yang pangkatnya lebih rendah. Selain Masjid Angke, di Kampung Gusti
juga terdapat makam Pangeran Wijayakusuma, penasehat Pangeran Jayawikarta yang
berlokasi di jalan Angke.

Sumber
lain juga menyebutkan hal yang sama yakni dari Liputan6.com. Dituliskan, bahwa
menurut catatan sejarah, orang-orang Bali yang dipimpin langsung oleh Gusti
Ketut Badulu telah menempati kawasan tersebut sejak 1709. Bersebelahan langsung
dengan perkampungan Bugis, kawasan Kampung Bali Angke dikenal dengan sebutan
Kampung Gusti.

Selain
itu, ada beberapa kampung di wilayah Jakarta yang menggunakan nama Kampung
Bali. Hal tersebut bukan tanpa sebab, sejak abad ke-17, beberapa kampung di
Jakarta memang menjadi wilayah tempat permukiman orang-orang Bali.

Menurut
buku ‘Asal-usul Nama Tempat di Jakarta’ tulisan Rachmat Ruchiat, untuk
membedakan nama Kampung Bali yang satu dengan yang lainnya, kini penyebutan
nama Kampung Bali juga dilengkapi dengan nama kawasan tertentu yang berdekatan.
Seperti Kampung Bali Jatinegara yang kini dikenal dengan nama Bali Mester.

Berbeda
dengan itu, Kampung Bali Krukut yang terletak di sebelah barat Jalan Gajah
Mada, dahulu dikenal dengan nama Molenvliet West. Di sebelah selatannya,
perkampungan ini berbatasan dengan tanah milik Gubernur Jenderal Reinier de
Klerk. Di tanah itu, dirinya membangun gedung peristirahatan yang ini dijadkan
sebagai Gedung Arsip Nasional.

Sebelumnya,
Telusur Bali juga pernah membahas tentang kampung Bali yang ada di Bekasi, Jawa
Barat. Kampung Bali ini kini menjadi salah satu destinasi yang viral di kawasan
Bekasi. Apalagi jika berkunjung ke lokasi ini, pengunjung akan merasa
benar-benar berada di Bali.

Adapun
lokasi Kampung Bali Bekasi ini yakni di Jalan Merpati Bali No.49, RT 11/RW 9,
Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat. Kampung ini
dipenuhi rumah-rumah bearsitektur bergaya Bali. Juga bisa ditemui patung, serta
ukiran khas Bali. Bahkan ada juga pohon-pohon yang diberi kain poleng atau kain
warna hitam putih.

Dilansir
dari www.inews.id Kampung Bali
Bekasi ini banyak dihuni oleh masyarakat Bali yang merantau di Bekasi. Salah
seorang warga yang pertama tinggal di sana, I Made Suma menuturkan perantau
dari Bali datang ke sini tahun 1987. Saat itu hanya tiga orang Bali yang
berdiam di sana termasuk dirinya.

Awalnya
Suma dan dua orang kerabat membeli tanah kavling di sini sekitar tahun 1987.
Ketika dibeli, daerah ini masih berupa alang-alang. Setelah itu, beberapa warga
Bali lainnya mulai membeli tanah di sana saling susul menyusul.

Suma
pun menuturkan jika masyarakat Bali memang rata-rata memiliki kebiasaan untuk
membangun rumah dengan gaya arsitektur khasnya di mana pun mereka berada.

Di
tempat ini, juga ada sanggar untuk belajar kesenian Bali khususnya seni tari
dan tabuh Bali. Masyarakat Kampung Bali Bekasi juga banyak yang memiliki mata
pencaharian sampingan sebagai seorang seniman seperti guru kesenian hingga
pemahat patung. Selain itu, setiap tahun, warga keturunan Bali di tempat
tersebut juga merayakan Nyepi. Bahkan prosesinya sama dengan masyarakat di Bali
seperti pawai ogoh-ogoh hingga melaksanakan Catur Brata Penyepian. Kini 70
persen penduduknya di sini merupakan warga Bali.

Sementara
itu, dilansir dari travel.okezone.com, nama kampung tersebut berasal dari sosok
tukang becak yang sering lalu lalang dan mengantarkan penumpang ke tempat yang
berlokasi di Jalan Merpati Bali Nomor 49, RT 11/RW 9, Harapan Jaya, Kecamatan
Bekasi Utara, Kota Bekasi itu. Hal ini diungkapkan oleh I Made Suma. “Nama
jalan ini kan Jalan Merpati, nah itu dinamain jadi Merpati Bali. Terus
pemukiman kami juga disebut Kampung Bali oleh seorang tukang becak yang sering
melintasi tempat ini karena melihat desain rumah kami,” kata Suma dilansir
dari travel.okezone.com.

Sebagai
orang yang pertama kali menghuni wilayah tersebut, Made menjelaskan bahwa
awalnya tidak ada niatan tertentu untuk membuat sebuah permukiman khusus orang
Bali. Adapun banyaknya warga keturunan Bali yang mendiami tempat tersebut
adalah karena banyak kerabatnya sesama perantau dari Pulau Dewata itu yang
ingin tinggal berdekatan satu sama lain.

Wayan
Agus yang merupakan putra Made Suma menambahkan bahwa penyebutan Kampung Bali
Bekasi sendiri secara resmi dilontarkan oleh Wakil Wali Kota Bekasi, Tri
Adhianto Tjahyono.

“Setiap
pemilihan RT/RW, kita kan selalu mengiringinya dengan pertunjukan budaya. Nah
suatu hari Pak Lurah yang tertarik dengan hal itu lantas menyebut bahwa ia akan
mengundang Pak Tri (Wawali Bekasi). Saat itu kami kira bercanda, tapi beneran
dong Pak Wakil Wali Kota datang. Akhirnya beliau menyaksikan langsung tempat
ini beserta prosesi kebudayaan yang biasa kami tampilkan, lalu menyebut tempat
ini sebagai Kampung Bali Bekasi,” kenangnya menyebut momen yang terjadi pada
tahun 2020.

Setelah
itu permukiman warga di RT 11 itupun viral dan kini sedikit banyak telah
berubah menjadi sebuah destinasi wisata lokal yang banyak dikunjungi warga. (TB)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!